Diagnosis Sindrom Marfan
Diagnosis sindrom Marfan ditegakkan berdasarkan kriteria Ghent. Kriteria ini mencakup berbagai fitur sistemik dan pengukuran diameter akar aorta. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan terkait komplikasi pada muskuloskeletal, kardiorespirasi, dan okular.[4]
Anamnesis
Diagnosis sindrom Marfan dilakukan dengan pendekatan berdasarkan kriteria yang mencakup riwayat keluarga, data molekular, dan 6 sistem organ. Diagnosis tidak hanya bisa didasarkan pada analisis molekuler saja karena tidak semua mutasi gen fibrillin-1 (FNB1) berhubungan dengan sindrom Marfan.
Beberapa manifestasi klinis yang bisa muncul pada pasien sindrom Marfan adalah:
- Keterlambatan dalam memenuhi perkembangan motorik halus dan kasar karena adanya kelemahan ligamen pada panggul, lutut, pergelangan kaki, lengkung plantar, pergelangan tangan, dan jari
- Nyeri dada yang timbul mendadak, umumnya akibat diseksi aorta
- Nyeri pinggang dekat tulang ekor
- Rasa terbakar, kelemahan, atau kesemutan pada kaki
- Nyeri tulang dan sendi
- Sesak dan berdebar-debar
- Gangguan penglihatan, misalnya penglihatan kabur karena dislokasi lensa[1]
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan sindrom Marfan biasanya lebih tinggi dan lebih kurus dibandingkan orang sekitarnya. Tangan dan kaki mereka juga tampak lebih panjang secara disproporsional dibandingkan tubuhnya (dolichostenomelia). Arachnodactyly juga sering ditemukan.
Pasien dapat mengalami skoliosis, pengurangan kemampuan ekstensi siku, protrusio acetabuli, pektus ekskavatum, lordosis torakal, dan hipermobilitas sendi.
Pada sistem okular bisa didapatkan kornea yang datar, peningkatan panjang aksial dari bola mata, katarak, iris hipoplastik, otot siliar hipoplastik, myopia, glaukoma, dan retinal detachment. Pada kulit bisa didapatkan striae atrofik. Pasien juga bisa mengalami hernia rekuren atau hernia insisional.
Temuan lain pada pemeriksaan fisik adalah:
- Murmur dekresendo pada diastolik akibat regurgitasi aorta
- Klik ejeksi pada apek yang diikuti murmur holosistolik akibat prolaps dan regurgitasi mitral
- Disritmia
- Tanda diseksi aorta seperti sinkop, syok, pallor, pulselessness, dan parestesia atau paralisis ekstremitas
- Hipotensi akut akibat ruptur aorta
- Dural ektasia yang menyebabkan nyeri kepala dan defisit neurologis
Pneumothorax spontan
Gangguan refraksi, tersering berupa myopia dan amblyopia[1,8]
Pasien sindrom Marfan juga bisa menunjukkan tanda Walker dan Steinberg positif. Tanda Walker dianggap positif jika saat melingkari pergelangan tangan, phalang distal dari jari pertama dan kelima saling tumpang tindih. Tanda Steinberg dianggap positif jika ibu jari memanjang melewati batas ulnar saat tangan menggenggam.[1]
Diagnosis Banding
Sindrom Marfan dapat didiagnosis banding dengan beberapa kelainan genetik lainnya, seperti Loeys-Dietz Syndrome, Congenital Contractural Arachnodactyly, dan Vascular Type Ehlers-Danlos Syndrome.[9]
Loeys-Dietz Syndrome
Loeys-Dietz Syndrome (LDS) adalah suatu kelainan autosomal dominan dengan manifestasi klinis yang mirip dengan sindrom Marfan, seperti adanya kelainan kraniofasial, pectus deformity, skoliosis, arachnodactyly, gangguan sendi, dural ectasia, dan aneurisma aorta.
Namun, pada LDS terdapat beberapa gejala sindrom Marfan yang tidak muncul, seperti ektopia lentis. Beberapa gejala lain pada LDS adalah adanya cleft palate, hidrosefalus, Chiari I malformation, sklera kebiruan, instabilitas servikal, kraniosinostosis, talipes equinovarus, kulit yang tampak tipis, dan mudah lebam.
LDS terjadi akibat kelainan pada salah satu dari lima gen yang patogen antara lain TGFBR1, TGFBR2, SMAD3, TGFB2 dan TGFB3.[9]
Congenital Contractural Arachnodactyly
Congenital Contractural Arachnodactyly (CCA) adalah suatu kelainan autosomal dominan dengan tampilan klinis mirip dengan sindrom. Kebanyakan penderita CCA memiliki keluhan crumpled ears (bagian atas heliks terlipat) dan kontraktur pada lutut dan pergelangan kaki saat lahir, yang membaik seiring waktu.
Sendi interfalang proksimal sering mengalami kontraktur fleksi. Selain itu, penderita CCA sering mengalami hipoplasia otot. Dilatasi aorta maupun anomali kardiovaskular lain jarang terjadi pada CCA.[9]
Heritable Thoracic Aortic Disease
Heritable Thoracic Aortic Disease (HTAD) merupakan adanya mutasi genetik yang menyebabkan penderita mengalami risiko tinggi terjadi aneurisma aorta dan diseksi aorta yang diturunkan secara autosomal dominan.[9]
Vascular Type Ehlers-Danlos Syndrome
Vascular Type Ehlers-Danlos Syndrome (vEDS) merupakan kelainan autosomal dominan yang disebabkan oleh kelainan pada gen COL3A1. Penyakit ini ditandai dengan adanya joint laxity, kulit yang tampak tipis dan mudah memar, karakteristik wajah dengan mata tampak prominen, ruptur organ, dan adanya kecenderungan timbul aneurisma dengan atau tanpa disertai diseksi pada arteri sedang atau besar di seluruh tubuh.
Tidak seperti sindrom Marfan, vEDS cenderung tidak mengalami kelainan pada aorta.[9]
Pemeriksaan Penunjang
Belum ada pemeriksaan laboratorium spesifik yang mampu dengan mudah menegakkan diagnosis sindrom Marfan. Pemeriksaan genetik molekuler dapat dilakukan untuk melihat adanya mutasi FBN1 dan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis pada anggota keluarga lain.[1]
Radiologi
Pemeriksaan radiografi standar dilakukan untuk mengevaluasi adanya arachnodactyly dengan mengukur rasio panjang dan lebar metakarpal kedua hingga keempat. Selain itu, pemeriksaan radiografi standar juga dilakukan untuk mengevaluasi tulang belakang untuk mengetahui adanya skoliosis, lordosis, maupun kifosis.
Evaluasi pelvis dilakukan pada posisi anteroposterior untuk mengetahui adanya protrusio acetabuli dan developmental dysplasia of the hip. Evaluasi thoraks dilakukan pada posisi posteroanterior dan lateral untuk mengetahui adanya pektus ekskavatum atau karinatum.
Evaluasi pada telapak kaki dilakukan untuk mengetahui adanya pes planovalgus berkaitan dengan kelenturan ligament. Selain itu juga bisa dilakukan evaluasi tulang tengkorak untuk mengidentifikasi adanya high arched palate, peningkatan tinggi tulang tengkorak, dan sinus frontalis yang membesar.[1]
CT Scan dan MRI
CT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi adanya protrusio acetabuli dan dural ektasia. Protrusio acetabuli adalah deformitas pada sendi panggul, dimana dinding medial acetabulum menginvasi kavitas pelvis disertai dengan displacement medial dari kepala femur.
Dural ektasia adalah terjadinya pelebaran atau ballooning dari dural sac, sering kali berhubungan dengan herniasi akar saraf. Pada sindrom Marfan, dural ektasia paling banyak ditemukan pada area lumbosakral.[1]
Pemeriksaan Okular
Pemeriksaan sistem okular sederhana dengan menggunakan slit lamp digunakan untuk mengetahui adanya abnormalitas seperti dislokasi lensa, ektopia lentis, retinal detachment, glaukoma sudut terbuka, myopia, dan katarak.
Pemeriksaan keratometri dapat dilakukan untuk mendeteksi kelengkungan lensa, dimana pada pasien sindrom Marfan bisa ditemukan kurva kornea yang datar. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi adanya megalokornea dan peningkatan panjang aksial bola mata.[1]
Pemeriksaan Kardiovaskular
Pemeriksaan sistem kardiovaskular mencakup EKG untuk mendeteksi adanya abnormalitas konduksi elektrik atrium, ventrikel, ataupun kardiomiopati. Pemeriksaan transesophageal echocardiography (TEE) ataupun MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya pelebaran aorta dan prolaps katup mitral.[1]
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis yang digunakan untuk menegakkan diagnosis sindrom Marfan adalah Kriteria Ghent revisi kedua pada tahun 2010 yang dibedakan untuk penderita sindrom Marfan dengan atau tanpa riwayat keluarga. Skor Sistemik dapat dilihat selengkapnya pada tabel 1.
Kriteria Diagnosis Tanpa Riwayat Keluarga
Pada pasien tanpa riwayat keluarga, sindrom Marfan bisa didiagnosis jika:
- Skor Z untuk dilatasi aorta ≥2 standar berdasarkan usia dan ukuran tubuh, atau didapatkan diseksi dan ektopia lentis, dengan atau tanpa fitur sistemik
- Walaupun tanpa ektopia lentis, diagnosis sindrom Marfan bisa ditegakkan jika ditemukan skor Z untuk dilatasi aorta ≥2 atau diseksi dan ditemukan mutasi pada FBN1
- Skor sistemik ≥7 dianggap cukup untuk menegakkan diagnosis sindrom Marfan ketika dilatasi aorta atau diseksi ditemukan tetapi tidak disertai ektopia lentis atau status FBN1 negatif atau tidak diketahui
- Apabila terdapat ektopia lentis tetapi dilatasi atau diseksi aorta tidak ada, diagnosis hanya bisa ditegakkan jika ditemukan aortic disease–associated FBN1 mutation[1,10,11]
Kriteria Diagnosis dengan Riwayat Keluarga
Pada pasien dengan riwayat keluarga sindrom Marfan, diagnosis dapat ditegakkan jika:
- Terdapat ektopia lentis dan riwayat keluarga sindrom Marfan
- Skor sistemik ≥ 7 dan riwayat keluarga sindrom Marfan
- Skor Z untuk dilatasi aorta ≥ 2 untuk pasien usia 20 tahun ke atas dan ≥3 untuk pasien usia di bawah 20 tahun disertai dengan riwayat keluarga sindrom Marfan[1,10,11]
Tabel 1. Skor Sistemik
Kriteria | Poin |
Tanda Walker dan Steinberg positif | 1 poin jika hanya salah satu, 3 poin apabila keduanya |
Deformitas pektus karinatum | 2 poin jika hanya pektus eskavatum, 1 poin jika asimetri toraks |
Deformitas kaki belakang | 2 poin, tetapi jika plain pes planus 1 poin |
Protrusio acetabuli | 2 poin |
Penurunan rasio segmen atas dan bawah tubuh, peningkatan panjang tangan atau tinggi, dan tanpa skoliosis berat | 1 poin |
Skoliosis atau kifosis torakolumbar | 1 poin |
Pengurangan kemampuan ekstensi siku | 1 poin |
Fitur fasial 3 dari 5 (dolikosefal, enophthalmos, fisura palpebra miring ke bawah, malar hypoplasia, retrognathia) | 1 poin |
Pneumothorax | 2 poin |
Striae kulit | 1 poin |
Myopia >3 dioptri | 1 poin |
Prolaps mitral | 1 poin |
Dural ektasia | 2 poin |
Sumber: Evelyn, 2020.[4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini