Epidemiologi Ankle Sprain
Data epidemiologi menunjukkan ankle sprain merupakan jenis cedera muskuloskeletal yang paling sering dijumpai oleh dokter umum. Sekitar 30% dari seluruh kasus cedera akibat berolahraga merupakan ankle sprain.
Global
Ankle sprain merupakan jenis cedera ekstremitas bawah yang paling sering ditemukan pada individu yang aktif secara fisik. Secara global, prevalensi chronic ankle instability adalah 25%, dan sebanyak 46% kasus memiliki riwayat ankle sprain terdahulu.[10]
Berdasarkan data dari Amerika Serikat dan Inggris, kejadian ankle sprain diperkirakan sebanyak 2 juta kasus per tahun. Namun, angka ini mungkin lebih rendah dari jumlah sesungguhnya, sebab banyak pasien ankle sprain yang tidak mencari pertolongan medis.[3,4]
Sekitar 40% ankle sprain terjadi saat berolahraga. Jenis olahraga yang paling sering menyebabkan ankle sprain, antara lain basket, American football, dan sepak bola. Prevalensi ankle sprain lebih tinggi pada perempuan, anak-anak, dan atlet yang berkompetisi pada lapangan indoor maupun outdoor. Berdasarkan usia, kelompok usia di bawah 24 tahun ditemukan lebih sering terkena ankle sprain.[5,11]
Indonesia
Epidemiologi ankle sprain di Indonesia belum tersedia. Namun, berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) Indonesia tahun 2018, proporsi kejadian terkilir secara nasional adalah sebanyak 32,8%, dan sebanyak 68% kasus cedera terjadi pada ekstremitas bawah.[12]
Mortalitas
Ankle sprain pada umumnya tidak berakibat fatal. Namun, ankle sprain seringkali mengalami rekurensi. Sekitar 40% pasien yang terkena lateral ankle sprain akan mengalami gejala yang persisten, cedera berulang, dan chronic lateral ankle instability. Terjadinya cedera berulang dapat mengakibatkan pasien mengalami osteoarthritis onset dini dan osteoporosis traumatik.[3,4,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra