Diagnosis Cedera Tersengat Listrik
Diagnosis cedera tersengat listrik dapat dicurigai pada pasien yang datang dengan riwayat tersengat listrik. Pasien cedera tersengat listrik dapat datang dalam keadaan compos mentis, maupun kehilangan kesadaran karena henti napas atau jantung.[1,3,8]
Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai gejala yang bervariasi, dari luka bakar ringan hingga kegagalan organ multipel, dan bahkan kematian. Temuan luka bakar ringan pada pemeriksaan kulit terkadang tidak menggambarkan keparahan cedera internal yang sesungguhnya terjadi.[1,3,8]
Pemeriksaan penunjang pada cedera tersengat listrik dapat menggunakan elektrokardiografi untuk mengetahui adanya aritmia. Pemeriksaan laboratorium yang mungkin diperlukan adalah panel metabolik, seperti kreatinin, dan urinalisis.[2,5]
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan meliputi evaluasi tipe arus listrik, yaitu aliran bolak-balik/ alternating current (AC), misalnya pada peralatan elektronik rumah tangga, atau aliran searah/ direct current (DC), yang berasal dari baterai, jalur kereta api, atau petir. Selain itu, perlu juga bertanya tentang lingkungan tempat kejadian, misalnya indoor atau outdoor, suhu, dan risiko jatuh, serta kondisi medis lain.[3]
Besarnya tegangan juga perlu diketahui. Tegangan tinggi, yaitu di atas 1000 Volt (V) biasa berasal dari peralatan elektronik industri. Tegangan rendah, yaitu di bawah 1000 V biasa berasal dari alat-alat elektronik rumah tangga atau perkantoran.[3,5]
Manifestasi klinis pasien dapat berupa rasa kesemutan/tingling hingga kerusakan jaringan, bahkan kematian. Kondisi medis lain dapat memperparah efek dari cedera ini, termasuk pasien dengan penyakit jantung, yang dapat menjadi aritmia.
Cedera akibat tegangan rendah AC biasa terjadi di rumah atau perkantoran. Penting untuk menanyakan riwayat pekerjaan pasien, sebab cedera tersengat listrik sering terjadi sebagai bahaya akibat kerja/occupational hazard, seperti pada pekerja konstruksi, teknisi listrik, atau tukang las. Pada orang dewasa biasa terdapat riwayat menggunakan peralatan elektronik rumah tangga atau sirkuit listrik.[1,5]
Pasien yang datang ke rumah sakit dengan henti napas atau fibrilasi ventrikel yang terjadi tanpa saksi mata, perlu dicurigai cedera tersengat listrik. Pada cedera tersengat listrik tegangan tinggi AC, biasa pasien tidak kehilangan kesadaran, tetapi disertai dengan luka bakar yang berat. Pada cedera tersengat listrik akibat pekerjaan, besarnya tegangan dapat diketahui dengan bertanya pada perusahaan listrik negara (PLN) cabang terdekat.[1,5]
Pada pasien dengan riwayat tersengat listrik yang kemudian terlempar, biasa disebabkan oleh DC. Biasanya pasien tidak kehilangan kesadaran, sehingga dapat menjawab anamnesis dengan baik.[1]
Pada pasien wanita, perlu ditanyakan apakah saat ini sedang hamil atau tidak, jika perlu lakukan tes kehamilan. Sebab, cedera tersengat listrik dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan pada janin. Selain itu, riwayat penggunaan implanted cardiac electronic devices, seperti pacemaker (alat pacu jantung) dan defibrilator, juga perlu diketahui.[5,8]
Pemeriksaan Fisik
Pasien cedera tersengat listrik dapat datang dengan kesadaran compos mentis maupun penurunan kesadaran, tergantung dari jenis arus listrik dan trauma lain yang menyertai.[1,2,5]
Pasien cedera tersengat listrik harus diperlakukan sebagai pasien trauma. Primary survey meliputi pemeriksaan airway (jalan napas), breathing (pernapasan), circulation (sirkulasi), dan imobilisasi tulang belakang. Pada primary survey penting untuk melakukan imobilisasi tulang belakang, kecuali jika pasien compos mentis dan bisa mengingat kejadian dengan jelas.[1,5]
Setelah penilaian awal dilakukan, dapat dimulai pemberian resusitasi cairan pada pasien dengan luka bakar yang luas. Cedera tersengat listrik dapat menyebabkan gangguan berbagai organ tubuh, luka bakar, dan bisa disertai dengan cedera anggota tubuh lainnya. Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh.[1,2,5]
Secara umum, cedera akibat tegangan rendah memiliki morbiditas yang lebih rendah dibanding akibat tegangan tinggi. Namun, cedera akibat tegangan rendah juga dapat menyebabkan aritmia, kejang, dan komplikasi jangka panjang jika area yang terkena adalah dada atau kepala.[5]
Pemeriksaan fisik pada cedera tersengat listrik yang terjadi akibat pekerjaan, perlu dicatat dan didokumentasikan pada rekam medis dengan baik. Jika memungkinkan, ambilah foto luka-luka pasien. Hal ini berkaitan dengan tindakan hukum yang mungkin diambil kedepannya.[1,5]
Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
Aliran listrik mengikuti aksis vaskular dan persarafan yang memiliki resistansi rendah. Cedera pada jantung dapat terjadi akibat aliran arus listrik horizontal, yaitu listrik masuk melalui tangan dan keluar dari tangan. Selain itu, dapat juga akibat arus listrik vertikal yaitu listrik masuk melalui tangan atau kepala, dan keluar dari kaki.[8]
Pada pemeriksaan fisik kardiovaskular dapat ditemukan aritmia. Aritmia dapat terjadi beberapa jam setelah tersengat listrik, dan sebagian besar derajatnya ringan. Namun, henti jantung juga dapat terjadi, misalnya akibat asistol karena DC, atau fibrilasi ventrikel karena AC. Fibrilasi ventrikel merupakan jenis aritmia yang paling berbahaya.[2,5,8,14]
Pemeriksaan Sistem Pernapasan
Jika aliran listrik melewati toraks, maka mungkin terjadi paralisis otot dinding pernapasan yang mengakibatkan henti napas. Paru-paru merupakan konduktor yang buruk sehingga tidak rentan untuk mengalami cedera langsung dibanding organ lain yang resistansinya lebih rendah. Namun, terdapat laporan terjadi pneumothorax setelah cedera tersengat listrik.[2,5]
Pemeriksaan Kulit
Setelah jantung, kulit merupakan organ yang terkena dampak paling besar akibat cedera tersengat listrik. Pada inspeksi dapat ditemukan adanya bekas kontak dengan sumber listrik, seperti luka bakar di area antecubital, aksila, inguinal atau popliteal. Temuan luka bakar yang terlihat ringan tidak dapat menggambarkan keparahan cedera pada jaringan dalam yang sesungguhnya.[2]
Luka bakar tampak paling berat pada area masuk dan keluar aliran listrik. Luka bakar paling sering ditemui pada tangan, kepala, dan kaki. Lama waktu kontak dan besarnya tegangan memengaruhi luas serta keparahan luka. Seluruh luka bakar perlu diperiksa dan dicatat dengan baik, jika memungkinkan, ambil foto.[1,5]
Terdapat beberapa manifestasi kulit yang dapat ditemukan pada cedera tersengat listrik, antara lain luka bakar akibat high-voltage electrothermal, arc, flash, flame, tegangan rendah, kontak, dan luka bakar oral pada anak.[1,5]
High Voltage Electrothermal Burns:
Pada jenis luka bakar ini, dapat terlihat lokasi listrik masuk dan keluar. Pada permukaan kulit, kerusakan yang tampak mungkin tidak terlalu parah. Namun, pada jaringan dalam dapat terjadi kerusakan yang berat. Lesi biasanya tidak terlalu nyeri, kulit tertekan ke dalam/depressed, disertai dengan nekrosis sentral dan perdarahan sedikit.[1,5]
Arc Burns:
Tipe luka ini terjadi saat aliran listrik dari organ resistansi tinggi ke resistansi rendah, sehingga menimbulkan jalur bersuhu tinggi yang menyebabkan luka bakar. Pusat luka biasanya tampak sangat kering atau disebut parchment paper-like, disertai kongesti pada tepi luka.[1,2,5]
Arc burns tidak ditemukan pada cedera tersengat listrik akibat tegangan rendah. Arc burns pada tersengat listrik banyak disebabkan oleh bahaya akibat kerja/occupational hazard karena bekerja dengan peralatan las, plasma cutting, dan fluorescent lighting.[1,2,5]
Flash Burns:
Flash burns dapat terjadi pada jaringan yang terpapar panas lebih dari 5000o C. Karakteristik lesi berupa luka bakar superfisial yang tersebar/diffused. Luka jenis ini biasa tidak melibatkan organ internal.[1,5]
Flame Burns:
Luka jenis ini biasa diakibatkan percikan api pada pakaian atau barang-barang sekitar yang mengenai kulit. Karakteristik lesi menyerupai luka bakar akibat penyebab lain.[1,5]
Luka Bakar akibat Tegangan Rendah:
Karakteristik lesi dapat berupa eritema lokal hingga luka bakar derajat 3. Pada luka bakar akibat tegangan rendah, dibutuhkan waktu tersengat listrik beberapa detik untuk menyebabkan luka pada kulit. Terkadang, arus listrik cukup besar sehingga menyebabkan fibrilasi ventrikel sebelum menimbulkan luka bakar di kulit.[1,5]
Luka Bakar Kontak:
Luka bakar kontak memiliki bentuk menyerupai benda yang menyebabkan kontak dengan listrik atau disebut branding. Terkadang, luka bakar kontak tampak mirip dengan high-voltage electrothermal, sehingga sulit dibedakan.[1,5]
Luka Bakar Oral pada Anak:
Luka bakar tipe ini paling sering dijumpai pada anak berusia di bawah 4 tahun yang menggigit kabel listrik alat-alat rumah tangga. Ditemukan gambaran luka dari sisi mulut yang satu menuju sisi mulut lainnya.[1,5]
Pada luka tipe ini, dapat terjadi deformitas wajah dan gangguan pertumbuhan gigi, rahang, serta muka. Cedera juga dapat mengenai musculus orbicularis oris sehingga terjadi deformitas bibir. Jika aliran listrik mengenai mata dapat terjadi katarak, yang mungkin timbul dalam beberapa hari hingga tahun setelah cedera tersengat listrik.[1,5]
Pemeriksaan Saraf
Gangguan sistem saraf pada cedera tersengat listrik biasa disebabkan oleh trauma tumpul sekunder atau akibat terbakar. Pemeriksaan fisik sistem saraf dapat menemukan penurunan kesadaran, yang dinilai dengan Glasgow coma scale (GCS), dan amnesia.[2,5]
Jika sengatan listrik mengenai bagian kontrol pernapasan di otak, dapat terjadi henti napas. Cedera medula spinalis juga dapat ditemukan akibat aliran arus listrik dari tangan menuju tangan dapat, atau karena trauma tumpul. Gejala neurologis akibat cedera tegangan tinggi dapat muncul dalam hitungan hari hingga bulanan setelah cedera.[5,14]
Pemeriksaan Muskuloskeletal
Cedera pada muskuloskeletal dapat terjadi karena trauma tumpul dan sindrom kompartemen. Jika terdapat kecurigaan sindrom kompartemen, lakukan palpasi pada ekstremitas dan pemeriksaan neurologis, vaskular, serta motorik.[1,5]
Pemeriksaan Kepala
Kepala merupakan lokasi yang sering menjadi tempat masuk listrik pada cedera tersengat listrik tegangan tinggi. Pasien dapat mengalami perforasi membran timpani, luka bakar pada wajah, dan cedera tulang belakang. Sekitar 6% pasien akan mengalami katarak.[1,2,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk cedera tersengat petir adalah luka bakar kimia, yang dapat dibedakan melalui riwayat anamnesis pasien. Cedera petir juga dapat menjadi diagnosis banding cedera tersengat listrik, dan bisa dibedakan melalui temuan Lichtenberg figure.[1,10]
Luka Bakar Kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh zat kimia asam maupun basa. Luka bakar kimia juga dapat terjadi karena bahaya akibat kerja/occupational hazard. Luka bakar kimia menyebabkan nekrosis pada kulit. Anamnesis untuk mengetahui adanya riwayat paparan terhadap zat kimia penting untuk digali sehingga dapat membedakan dengan cedera tersengat petir.[1]
Cedera Petir
Cedera petir merupakan cedera akibat tersambar petir. Sama halnya dengan cedera tersengat listrik, cedera petir juga menyebabkan luka bakar. Namun, gambaran khas luka bakar pada cedera petir menyerupai bentuk pohon pakis atau Lichtenberg figure. Pada cedera petir juga sering ditemukan kelainan fraktur multipel, dan sebagian besar pasien mengalami ruptur membran timpani.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada semua pasien cedera tersengat listrik adalah elektrokardiogram (EKG) untuk menilai kelainan pada jantung, misalnya aritmia. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pada pasien dengan cedera berat adalah darah perifer lengkap, panel metabolik, dan urinalisis.[1,8]
Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dilakukan pada semua pasien dengan riwayat cedera tersengat listrik. Pasien cedera tersengat listrik baik tegangan rendah maupun tinggi dapat mengalami infark miokard, aritimia, dan abnormalitas EKG yang lain.[2,8]
Aritmia paling sering ditemukan sebagai sinus takikardia dan premature ventricular contractions, tetapi atrial fibrilasi dan takikardia ventrikular juga pernah dilaporkan. Fibrilasi ventrikel dapat menyebabkan kematian mendadak, dan sering terjadi pada cedera akibat tegangan rendah AC. Sedangkan asistol biasa diakibatkan cedera tegangan tinggi, baik AC maupun DC.[1,5,8]
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien cedera tersengat listrik tegangan rendah dan luka bakar kulit yang minor, pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan.[8]
Pada cedera berat, yaitu pasien dengan luka masuk dan luka keluar, serta pasien dengan EKG yang abnormal atau disritmia, dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan panel metabolik, termasuk elektrolit dan kadar kreatinin.[2,8]
Pemeriksaan urinalisis juga perlu dilakukan, sebab pasien dapat mengalami mioglobinuria, yang menyebabkan urin berwarna merah bahkan hitam. Pemeriksaan creatinine kinase (CK) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan rhabdomyolysis akibat cedera luas pada otot.[1,2,8]
Pemeriksaan creatinine kinase-MB (CK-MB) dan troponin dapat dilakukan jika aliran listrik diduga melewati dada, terdapat keluhan nyeri dada, temuan aritimia pada EKG, atau tanda-tanda iskemia. Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan pada semua pasien wanita usia produktif.[2,3]
Pemeriksaan Pencitraan
Pencitraan dapat dipilih berdasarkan ada atau tidaknya trauma tumpul, gangguan kesadaran, henti napas atau henti jantung mendadak, dan jenis listrik. Pada pasien dengan gangguan kesadaran, kejang, defisit neurologis dapat dilakukan computed tomographic (CT) scan kepala.[1,3]
Pasien dengan keluhan nyeri dada, riwayat henti napas atau henti jantung setelah tersengat listrik, sesak napas, hipoksia, trauma tumpul pada toraks perlu dilakukan foto rontgen toraks.[1]
Pada pasien dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) berupa focused assessment with sonography in trauma (FAST) jika dicurigai terdapat trauma intra abdomen.[3]
Evaluasi pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan pada pasien yang mengalami deformitas pada tulang, misalnya trauma pelvis atau dislokasi bahu. Pemeriksaan ultrasound ekstremitas dengan Doppler arteri atau vena dapat bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan trombosis.[3]