Patofisiologi Cedera Tersengat Listrik
Patofisiologi pada cedera tersengat listrik terjadi akibat adanya kontak sumber listrik dengan tubuh. Paparan terhadap sumber listrik dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Cedera tersengat listrik terbagi menjadi dua, yaitu akibat tegangan rendah dan tegangan tinggi.
Faktor-faktor Keparahan Cedera Tersengat Listrik
Listrik dihasilkan oleh pergerakan elektron menuruni gradien dari potensial tinggi ke rendah. Arus (I), diukur dalam ampere (A), dan didefinisikan sebagai jumlah energi yang bergerak menuruni gradien. Resistansi (R) adalah kemampuan suatu material menurunkan jumlah aliran listrik yang mengalir di dalamnya, diukur dalam satuan ohms.[2-4]
Cedera tersengat listrik dibagi menjadi cedera akibat voltase atau tegangan tinggi, yaitu 1000 Volt (V) atau lebih, dan tegangan rendah, yaitu kurang dari 1000 V. Semakin tinggi voltase penyebab cedera, maka potensi cedera dan kematian juga bertambah.[2-4]
Selain itu, jenis arus, misalnya arus bolak-balik/alternating current (AC) atau arus searah/direct current (DC). Alat-alat elektronik rumah tangga merupakan sumber AC, sedangkan DC dapat ditemukan pada baterai, jalur kereta api, automobile electrical systems, dan petir. Cedera akibat tegangan rendah AC dapat menyebabkan henti jantung mendadak, aritmia, dan kejang.[2-4]
Mekanisme Sengatan Arus Listrik
Mekanisme cedera tersengat listrik tergantung pada jaringan yang mengalami cedera. Secara umum, jaringan tubuh yang memiliki kandungan cairan dan elektrolit lebih banyak atau memiliki resistansi rendah, dapat menghantarkan listrik dengan lebih baik. Tangan dan kepala merupakan bagian tubuh yang paling sering sebagai jalur masuk dari sengatan arus listrik. Luka keluar paling sering terjadi pada kaki.[3,5]
Jaringan kulit merupakan jaringan yang memiliki tingkat resistansi yang tinggi terhadap sumber listrik. Resistansi kulit meningkat pada kulit yang lebih tebal, lebih kering, dan ada keratinisasi. Resistansi kulit yang tinggi akan menyebabkan kerusakan pada kulit yang jelas terlihat, misalnya berupa luka bakar, tetapi mengurangi kerusakan organ dalam.[2]
Pada kulit dengan resistansi lebih rendah, cedera pada kulit mungkin tidak jelas terlihat. Namun, dapat terjadi kerusakan parah pada organ dalam. Tulang merupakan jaringan yang paling tahan terhadap arus listrik. Jaringan saraf, pembuluh darah, dan otot memiliki resistansi yang rendah terhadap arus listrik, sehingga menjadi konduktor yang sangat baik.[2]
Cedera pada tubuh akibat tersengat listrik dapat terjadi karena 3 hal. Pertama, aliran listrik merusak jaringan tubuh secara langsung. Kedua, adanya perubahan energi listrik menjadi energi panas dan menyebabkan luka bakar yang dalam maupun superfisial. Terakhir, terjadi trauma tumpul mekanik akibat tersambar petir, kontraksi otot, atau akibat terlempar jauh setelah tersengat listrik.[5]