Edukasi dan Promosi Kesehatan Cedera Tersengat Listrik
Edukasi dan promosi kesehatan pada cedera tersengat listrik terutama berfokus pada aspek pencegahan. Cedera tersengat listrik bisa terjadi sebagai bahaya akibat kerja/occupational hazard, sehingga penting untuk menerapkan pedoman keselamatan kerja yang memadai. Beberapa profesi yang berisiko untuk mengalami cedera tersengat listrik adalah pekerja konstruksi, teknisi listrik, dan tukang las.[5,6]
Edukasi Pasien
Edukasi perlu mencakup sumber potensial pajanan listrik, baik di rumah tangga maupun di lingkungan kerja. Penting untuk menjelaskan pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terkena sengatan listrik saat di rumah. Matikan sumber aliran listrik terlebih dahulu sebelum menyentuh seseorang yang tersengat listrik. Bila perlu, lakukan bantuan hidup dasar pada korban tersengat listrik.[1,5]
Edukasi pada cedera ini juga meliputi tata laksana apa saja yang akan dijalani oleh pasien serta perlu tidaknya untuk follow-up. Hal ini supaya cedera dapat teratasi dengan baik serta tidak menimbulkan komplikasi di kemudian hari.[2]
Selain itu, pasien juga perlu diedukasi tentang kemungkinan komplikasi jangka panjang cedera tersengat listrik, misalnya gangguan saraf, psikologis, atau fisik, seperti katarak. Penting bagi pasien melakukan pemeriksaan kesehatan lanjutan sesuai kebutuhan.[2]
Pencegahan Cedera Tersengat Listrik
Sebagian besar cedera tersengat listrik sebetulnya dapat dicegah, sehingga pencegahan merupakan aspek terpenting. Pencegahan dapat dilakukan baik di lingkungan kerja maupun rumah.[2,5,8]
Di rumah, pencegahan cedera tersengat listrik dapat dilakukan dengan mengikuti tata cara penggunaan peralatan listrik, menghindari pemakaian alat elektronik di kamar mandi basah, dan mematikan circuit breaker jika akan memperbaiki peralatan elektronik. Pada anak, dapat dilakukan dengan memasang penutup pada stopkontak dan menjauhkan anak dari kabel listrik.[2]
Cedera tersengat listrik dapat terjadi sebagai bahaya akibat kerja, terutama pada profesi pekerja konstruksi, teknisi listrik, atau pada pekerja yang menggunakan peralatan las, plasma cutting, dan fluorescent lighting.[1,5,6]
Pada lingkungan kerja, pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari kontak tidak aman dengan sumber listrik. Hal tersebut dicapai dengan menerapkan pedoman keselamatan kerja, memeriksa instalasi listrik secara berkala, mematikan peralatan elektronik jika tidak digunakan, mengikuti rekomendasi jarak aman dari sumber listrik, dan melakukan pelatihan hazard recognition.[8]
Jika terjadi kecelakaan tersengat listrik, jumlah aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh harus diminimalisir dengan cara meningkatkan resistansi, misalnya dengan dengan menggunakan pakaian pelindung api, tangga berbahan non konduktif, dan insulating blanket. Penggunaan automatic power outage mechanism, seperti dengan circuit breakers dan sekring, juga dapat dilakukan.[8]
Peraturan keselamatan kerja yang memadai, pelatihan basic life support, dan tersedianya defibrilator eksternal di tempat kerja juga diperlukan, mengingat cedera tersengat listrik dapat terjadi di berbagai situasi dan waktu.[2,8]