Pendahuluan Cedera Petir
Cedera petir yang dikenal sebagai lightning injuries, merupakan cedera yang disebabkan oleh sambaran petir. Pada lightning injuries dapat timbul cedera dengan spektrum luas yang melibatkan multisistem organ, seperti trauma tumpul, luka bakar, gangguan pendengaran dan penglihatan, sindrom neurologis, kerusakan otot, gangguan pernapasan akut, aritmia jantung, hingga henti jantung. Cedera petir jarang terjadi pada manusia, namun dapat menyebabkan mortalitas yang signifikan sebesar 10% dan sekitar 75% korban yang survive mengalami gejala sisa.[1,3,6]
Diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari lightning injuries, sangat dipengaruhi oleh mekanisme trauma, tingkat keparahan, dan spektrum multisistem organ yang mengalami dampak akibat cedera petir. Diagnosis lightning injuries dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat tersambar petir, serta pemeriksaan fisik yang dapat menunjukkan bentuk khas seperti adanya luka bakar, pakaian dari korban tersambar petir yang hangus dengan bentuk yang tidak utuh dan disertai dengan lubang belang-belang, atau tanda melepuhnya potongan logam pada struktur pakaian.
Tanda patognomonik yang dapat dijumpai pada beberapa pasien dengan lightning injuries adalah lichtenberg figure yang menyerupai pola pohon bercabang atau pola pakis (ferning). Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan elektrokardiografi dapat membantu evaluasi trauma dan gangguan sistem organ yang dapat terjadi sebagai akibat dari sambaran petir.[2,3-5]
Penatalaksanaan awal pada lightning injuries harus berdasarkan dengan prinsip advanced trauma life support (ATLS) yang meliputi manajemen jalan napas dengan dukungan c-spine, manajemen pernapasan dan sirkulasi. Setelah kondisi pasien stabil, segera lakukan evaluasi head to toe dan lakukan penanganan sesuai dengan temuan evaluasi. Pada pasien lightning injuries yang memiliki gejala sisa diperlukan rehabilitatif yang ekstensif.[1-6]