Penatalaksanaan Cedera Petir
Penatalaksanaan kasus cedera petir atau yang sering disebut sebagai lighting injuries harus meliputi 3 hal penting yaitu stabilisasi keadaan umum (bila pasien datang dengan penurunan kesadaran), penatalaksanaan holistik sesuai dengan gangguan pada sistem organ tertentu, terapi supportif, dan rehabilitatif. Penatalaksanaan pada korban tersambar petir harus berdasarkan dengan prinsip advanced trauma life support (ATLS) serta harus diperlakukan sebagai pasien trauma.[1-3]
Stabilisasi Keadaan Umum
Penatalaksanaan awal pada korban tersambar petir harus berdasarkan dengan prinsip advanced trauma life support (ATLS) yang meliputi primary survey yaitu meliputi penatalaksanaan pada airway, breathing and ventilation, circulation, disability, serta exposure and environmental yang berfungsi sebagai resusitasi dan stabilisasi keadaan umum pasien.[2,4,5]
Airway (Jalan Napas)
Tindakan membebaskan airway harus didukung dengan proteksi terhadap c-spine, karena korban yang tersambar petir memiliki potensi tinggi untuk mengalami cedera servikal. Bila pasien dapat berbicara dengan jelas, maka airway dinyatakan paten, namun bila pasien mengalami gurgling segera lakukan suction untuk membersihkan cairan ataupun darah yang terakumulasi pada rongga mulut pasien yang dapat menyebabkan obstruksi airway.[2,3,12]
Pasien dengan GCS ≤8 membutuhkan definitive airway seperti intubasi endotrakeal, karena ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan jalan napas. Teknik jaw-thrust merupakan intervensi awal untuk membuka airway pasien. Bila pasien tidak sadar dan tidak memiliki refleks muntah, dapat dilakukan pemasangan oropharyngeal airway untuk sementara.[2-5]
Breathing and ventilation (Pernapasan dan Ventilasi)
Pasien dengan lightning injuries yang tidak terintubasi harus diberikan suplementasi oksigen melalui sungkup muka non-rebreathing dengan kecepatan aliran oksigen sebesar 9-15 liter/menit yang dapat memberikan konsentrasi oksigen sebesar 90-100%. Tetap pertahankan pemberian oksigenasi dan ventilasi sebelum, saat, dan segera setelah melakukan intubasi pada pasien yang membutuhkan definitive airway.[4,12]
Circulation (Sirkulasi)
Luka bakar sering terjadi pada lightning injuries dan dapat menyebabkan hipotensi. Inisiasi resusitasi cairan harus dilakukan dengan segera untuk memperbaiki sirkulasi, melalui pemberian ringer laktat 3 ml x BB x % TBSA (total body surface area) sampai tidak ditemukan pigmentasi pada urin. Diperlukan juga pemasangan kateter urin untuk mengetahui urine output.[12-14]
Lakukan titrasi maksimal pada pemberian ringer laktat, untuk mempertahankan urine output 30-50 ml per jam pada orang dewasa atau 1 ml/kg/jam pada anak. Bila terdapat pigmentasi merah (seperti myoglobin) dalam urin, maka urine output harus dipertahankan antara 75-100 ml/jam (2 ml/kgBB/jam) sampai urin benar-benar bersih. Selama resusitasi cairan lakukan pemantauan fungsi vital pasien (nadi, tekanan darah, mean arterial pressure (MAP), capillary refill time (CRT), dan urine output).[12-14]
Pasien lightning injuries yang mengalami kondisi asistol, fibrilasi ventrikel, pulseless electrical activity (PEA), ventrikel takikardi, ventrikel fibrilasi, serta gangguan aritmia yang mengancam jiwa, harus segera dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan prinsip advanced cardiac life support (ACLS).[12-14]
Disability (Evaluasi Neurologis)
Cedera neurologis yang sering terjadi pada lightning injuries adalah disorientasi, keraunoparalisis (yang merupakan kelumpuhan motorik sementara pada ekstremitas bawah), subdural dan epidural hematoma, serta perdarahan intraserebral akibat trauma tumpul yang terkait lightning strike.
Lakukan penilaian tingkat kesadaran pasien dengan metode GCS, menilai ukuran dan reaksi pupil, mengidentifikasi tanda lateralisasi, serta menentukan kemungkinan adanya cedera medulla spinalis. Selain GCS, dapat digunakan penilaian AVPU untuk evaluasi neurologis. AVPU terdiri dari alert, verbal, pain, unresponsive.[3,4,13]
Exposure and environmental (Paparan dan Lingkungan)
Pakaian pasien sepenuhnya ditanggalkan untuk pemeriksaan dan penilaian yang menyeluruh pada saat primary survey, untuk itu pasien harus segera diselimuti dengan selimut hangat atau menggunakan external warming device untuk mencegah hipotermia. Penggunaan high-flow fluid warmer sangat dianjurkan untuk menghangatkan cairan kristaloid hingga suhu 39 derajat C dan direkomendasikan untuk mencegah hilangnya panas tubuh dan mengembalikan suhu tubuh ke normal.[3,9-13]
Penatalaksanaan Tinjauan Sistem
Penatalaksanaan pada tinjauan sistem dilakukan setelah primary survey selesai dilakukan, upaya resusitasi sedang berjalan, dan fungsi vital pasien telah menunjukkan perbaikan. Bila ditemukan tanda-tanda kelainan pada pemeriksaan tinjauan sistem organ (secondary survey), segera lakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan prinsip penanganan trauma, seperti prinsip penanganan pneumotoraks, flail chest, maupun trauma abdomen.[2,3,6]
Tetap pertahankan proteksi tulang belakang sampai terbukti tidak terdapat cedera spinal, jika terdapat cedera spinal segera konsultasi ke dokter spesialis bedah saraf. Bila terdapat fraktur multipel pada ekstremitas lakukan prinsip penatalaksanaan fraktur seperti reduksi dan imobilisasi, perlu juga dilakukan penilaian adanya gangguan neurovaskular distal. Bila terjadi sindroma kompartemen, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan fasiotomi oleh dokter yang memiliki kompetensi.[1,6,9]
Terapi Suportif
Terapi suportif pada lightning injuries diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis, seperti pasien dengan tingkat morbiditas sedang dan berat dengan gangguan kardiopulmonal maupun luka bakar berat, serta pasien syok yang membutuhkan perawatan di ruang intensive care unit (ICU). Manajemen suportif, berupa pemberian cairan dan elektrolit, penggunaan ventilator bila terjadi gagal napas, serta pemberian vasopressor bila dibutuhkan.[2-5]
Terapi Rehabilitatif
Pasien dengan lightning injuries membutuhkan terapi rehabilitatif ekstensif, oleh karena gejala sisa seperti nyeri kronis, masalah psikologis (ketakutan akan badai petir, gangguan anxietas, depresi, gangguan dalam ritme tidur, serangan panik, gangguan memori dan konsentrasi), serta gangguan stress pasca trauma. Pasien dengan lightning injuries juga memerlukan konsultasi dengan ophtamologist, otorhinolaryngologists, ahli saraf, ahli fisioterapi, dan terapis okupasi untuk menangani gejala sisa dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.[2,4,17]
Terapi Medikamentosa
Penggunaan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) selama beberapa hari pertama setelah lightning strike dapat mengurangi gejala sisa inflamasi. Pemberian Ibuprofen, vitamin C (1 g/hari), dan vitamin E (400 U/hari) telah digunakan untuk mencegah cedera jangka panjang dan sikatriks yang timbul akibat cedera petir.[4]
Pemberian obat golongan analgetik diperkenankan untuk meredakan rasa nyeri pada pasien dengan lightning injuries.Untuk manajemen nyeri kronis, dapat diberikan antidepresan trisiklik, inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), dan gabapentin yang dapat menghilangkan dan mengelola rasa sakit secara holistik.[4]