Diagnosis Cedera Petir
Diagnosis cedera petir atau lightning injuries dapat ditegakkan melalui manifestasi klinis nyeri otot, disestesia, kelemahan tubuh dan ekstremitas, serta luka bakar. Pasien mungkin datang dengan kondisi penurunan kesadaran ataupun compos mentis. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis sekunder yang timbul akibat lightning injuries.
Anamnesis
Pasien dengan lightning injuries dapat datang dengan penurunan kesadaran maupun dengan kesadaran compos mentis (melalui pemeriksaan GCS). Pasien dengan kesadaran compos mentis dapat menjelaskan tentang keluhan yang sedang dirasakan, onset, kronologis lightning strike.
Pasien dengan kesadaran compos mentis juga dapat mengeluhkan nyeri otot (myalgia), disestesia, kelemahan tubuh dan ekstremitas, serta gangguan pada muskoskeletal, dan luka bakar. Namun, pasien dengan kesadaran compos mentis juga dapat mengalami amnesia anterograde. Pasien dengan penurunan kesadaran tidak dapat memberikan keterangan, oleh karena itu diperlukan aloanamnesis singkat kepada pengantar pasien maupun saksi ditempat kejadian. Anamnesis riwayat lengkap pasien berpedoman pada AMPLE, yaitu:
- A: allergies atau riwayat alergi
- M: medications atau daftar obat-obatan yang sedang digunakan
- P: past illnesses/pregnancy atau riwayat penyakit dahulu dan kehamilan
- L: last meal atau waktu makan terakhir
- E: events/environment atau mekanisme kejadian yang berhubungan dengan trauma[3,5]
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan lightning injuries memiliki manifestasi klinis dan presentasi fisik yang bervariasi. Pasien yang datang dalam kondisi compos mentis dan stabil maupun pasien dengan penurunan kesadaran dengan keadaan gawat serta darurat harus segera dilakukan pemeriksaan primary survey yang meliputi pemeriksaan pada airway (jalan napas), breathing and ventilation (pernapasan dan ventilasi), circulation (sirkulasi), disability (evaluasi neurologis), serta exposure and environmental (paparan dan lingkungan). Segera lakukan penatalaksaanaan awal primary survey dengan resusitasi fungsi vital pada pasien dengan penurunan kesadaran sampai kondisi pasien stabil.[1-5]
Kondisi pasien lightning injuries yang stabil pada saat datang maupun setelah dilakukan resusitasi fungsi vital, harus tetap dilakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien, dan pemeriksaan fisik head to toe pada secondary survey yang meliputi evaluasi kepala, toraks, abdomen, dan pelvis, serta sistem muskuloskeletal, integumen, dan saraf. Pasien cedera petir mungkin mengalami katarak, tuli, dan rhabdomyolysis.[1-5,18]
Pemeriksaan Kepala
Edema facial pada pasien dengan trauma maksilofasial, struktur rambut yang mengalami singeing (hangus atau terbakar), dan adanya tanda trauma kapitis.[3,6,12]
Pemeriksaan Mata Dan Adneksanya
Pupil tampak dilatasi (akibat gangguan saraf otonom) dan atau tidak reaktif terhadap refleks cahaya. Reaksi pupil akibat lightning strike ini biasanya bersifat jangka pendek dan tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghentikan resusitasi maupun sebagai indikator kematian batang otak.
Pada pemeriksaan mata dengan fundoskopi, akan dijumpai gambaran atrofi pada chorioretinal dan lubang makula, papilledema serta perdarahan. Dapat ditemukan juga lesi pada palpebra seperti lesi nekrotik ulserasi. Kemosis konjungtiva dan lesi kornea juga dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik mata.[4-8]
Pemeriksaan Telinga
Ruptur membran timpani, efusi darah pada telinga tengah, dan ruptur total pada membrane reissner.[3-5]
Pemeriksaan Toraks
Pada pemeriksaan toraks dapat ditemui tanda-tanda trauma toraks seperti pneumotoraks (suara napas menurun pada sisi yang terkena, perkusi hipersonor pada sisi yang terkena), dan flail chest (ditemukan pernapasan paradoksal).[2,6,19]
Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemui tanda-tanda trauma abdomen akibat trauma tumpul maupun barotrauma seperti adanya jejas atau laserasi pada inspeksi abdomen, bising usus yang menghilang, nyeri tekan pada lapang abdomen, dan juga dapat ditemui tanda-tanda pada fraktur pelvis.[6]
Pemeriksaan Muskoskeletal
Pada pemeriksaan muskuloskeletal dapat ditemukan tanda-tanda multipel fraktur seperti deformitas maupun shortening, serta nyeri tekan dan range of motion yang terbatas pada satu ekstremitas atau lebih. Gangguan sensibilitas, pallor, pulseless, paresthesia, serta hilangnya kekuatan kontraksi otot volunter merupakan tanda yang dapat dijumpai pada sindroma kompartemen.[1,3,13]
Pemeriksaan Saraf
Pada pemeriksaan saraf dapat dijumpai penurunan kesadaran, disorientasi, dan amnesia retrograde. Dapat juga ditemukan tanda keraunoparalisis, yaitu paralisis sementara pada ekstremitas yang disertai dengan mottled (bintik-bintik). Paralisis pada ekstremitas, hilangnya refleks dan sensibilitas, serta disfungsi miksi dan defekasi dapat menunjukkan adanya kemungkinan cedera spinal.[9,13]
Pemeriksaan Integumen
Pada pemeriksaan integumen dapat ditemukan luka bakar yang biasanya superfisial dengan titik masuk dan keluar yang terpisah. Jenis luka bakar berikut yang dapat ditemui pada lightning strike, yaitu:
Lichtenberg figure yang menyerupai pola pohon bercabang atau pola pakis (ferning), seringkali menjadi tanda patognomonik, yang timbul dalam 1 jam dan bertahan hingga 36 jam serta tidak berkaitan dengan perubahan patologis pada epidermis maupun dermis.
Punctate yaitu luka bakar multipel, berjarak dekat, dan terpisah, menyerupai luka bakar akibat rokok
-
Thermal, luka bakar yang terjadi akibat petir yang menyulut atau melelehkan pakaian, sehingga dapat menjadi luka bakar yang dalam full –thickness burn
- Kontak, luka bakar yang terjadi ketika bahan logam yang ada pada perhiasan, ikat pinggang, atau ritsleting menyentuh kulit pada saat lightning strike dan menimbulkan pola “tato logam” pada kulit
Flash merupakan luka bakar superfisial yang menyebabkan perubahan warna kulit menjadi coklat[4,13-14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menegakkan diagnosis sekunder yang timbul akibat lightning injuries dan menunjang hasil evaluasi tanda dan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan rontgen thoraks, spine, dan ekstremitas. Perlu juga dilakukan pemeriksaan CT scan kepala maupun abdomen.
Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada semua pasien lightning injuries. Pemeriksaan EKG 12 lead akan membantu mendeteksi setiap perubahan irama jantung pada kasus yang memerlukan pemantauan berkelanjutan seperti pada kasus aritmia. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, ureum, kreatinin, enzim jantung, urinalisis, serta kadar myoglobin urin maupun serum perlu dipertimbangkan untuk diperiksa pada kasus lightning injuries.[2,4-5]
Klasifikasi
Paparan, intensitas, dan mekanisme cedera serta efek yang ditimbulkan dari lightning strike sangat bervariasi, oleh karena itu dibutuhkan klasifikasi lightning injuries. Berdasarkan manifestasi klinis, cedera petir terbagi menjadi ringan, sedang, dan berat.[2,4]
Cedera Petir Ringan
Pada cedera petir ringan jarang ditemukan manifestasi klinis luka bakar superfisial. Namun, sering dilaporkan adanya disorientasi seperti amnesia anterograde. Pasien juga mengeluhkan banyak gejala nonspesifik seperti myalgia, disestesia, dan rasa baal. Pasien dengan cedera petir ringan memiliki kondisi umum yang stabil dan tidak mengalami nyeri dada, hipotensi, maupun perubahan status mental yang berkelanjutan.[2,4]
Cedera Petir Sedang
Cedera petir sedang dapat menyebabkan henti jantung maupun henti napas yang dapat diatasi dengan resusitasi fungsi vital. Luka bakar superfisial, multipel fraktur, dan trauma kapitis dapat dijumpai pada cedera petir sedang. Pasien dengan cedera petir sedang berpotensi memiliki gejala sisa dari trauma kapitis, nyeri yang kronis, gangguan tidur, dan gangguan kecemasan.[2,4]
Cedera Petir Berat
Pasien dengan cedera petir berat biasanya akan datang dengan henti jantung dan henti napas yang seringkali belum mendapatkan pertolongan pertama resusitasi jantung paru (RJP). Dapat juga diikuti dengan luka bakar yang parah akibat keraunoparalisis, trauma kapitis, fraktur multipel, dan cedera spinal.[2,4]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan saat menegakkan diagnosis lightning injuries adalah blast injuries, electrical injuries, dan barotrauma.[4,5]
Blast Injuries
Blast injuries yang dikenal dengan cedera ledakan merupakan cedera yang dihasilkan dari ledakan berupa gas ataupun zat yang memiliki kemampuan untuk menyebabkan cedera multisistem yang dapat mengancam jiwa. Berbeda dengan lightning injuries, cedera ledakan memiliki manifestasi luka bakar yang parah diikuti dengan multipel trauma dan fraktur. Pada pasien blast injuries seringkali ditemukan trauma inhlasi yang akan menyebabkan acute respiratory distress syndrome.[15]
Electrical Injuries
Electrical injuries merupakan cedera listrik yang timbul akibat arus listrik dan tegangan yang tinggi maupun rendah. Pada pasien dengan cedera listrik dapat ditemui luka bakar dan aritmia jantung. Berbeda dengan lighting injuries, pada cedera listrik jarang ditemukan multipel fraktur maupun ruptur membrane timpani.[16]
Tabel 1. Perbedaan Lightning Injuries dengan High Voltage Injuries
Faktor | Cedera Petir (Lightning Injuries) | Luka Bakar Listrik Tegangan Tinggi (High Voltage) |
Level Energi | 30 juta volts (V), 50,000 amperes (A) | Biasanya lebih rendah dari petir (jangkauan transmisi 500 V hingga jutaan volt) |
Waktu Paparan | Singkat dan seketika | Hitungan detik |
Pathway (Jalur) | Flashover, lubang | Dalam dan internal |
Luka bakar | Superfisial, minor | Dalam, major injury |
Renal | Jarang ditemui myoglobinuria atau hemoglobinuria | Sering dijumpai myoglobinuric renal failure |
Fasiotomi
| Jarang bila dibutuhkan | Sering dilakukan pada umumnya dan lebih dini |
Trauma tumpul | Efek dari ledakan petir, terlempar | Jatuh dan terlempar |
Sumber: Alcock. 2017.[4]