Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Dislokasi Bahu general_alomedika 2022-09-01T11:12:21+07:00 2022-09-01T11:12:21+07:00
Dislokasi Bahu
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Dislokasi Bahu

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Diagnosis dislokasi bahu dapat dilakukan dengan penunjang pencitraan baik dengan rontgen, CT scan, maupun MRI untuk mengevaluasi adanya fraktur serta menilai keterlibatan jaringan lunak sekitar.[4,5]

Anamnesis

Pasien dislokasi bahu umumnya merasakan sensasi pergerakan sendi atau popping sensation, nyeri pada bahu, keterbatasan gerakan lengan, dan kesemutan atau baal pada lengan. Pada anamnesis perlu ditanyakan mekanisme trauma yang terjadi, serta faktor risiko yang dimiliki pasien, misalnya aktivitas fisik atau riwayat dislokasi bahu sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, Range of motion (ROM) terbatas dan terasa nyeri yang hebat jika dilakukan gerakan. Pada pemeriksaan fisik juga perlu dilihat kondisi neurovaskular ipsilateral, seperti adanya rasa kesemutan yang menjalar atau bahkan baal. Pulsasi arteri radial perlu diperiksa untuk mengetahui apakah ada gangguan peredaran darah. Pemeriksaan lain adalah perabaan akral hangat atau dingin dan capillary refill time (CRT).

Dislokasi Bahu Anterior

Jika terjadi dislokasi bahu anterior, akan didapatkan lengan terabduksi dengan rotasi eksternal, caput humerus menonjol di sisi anterior, dan cekungan di sisi posterior bahu.

Dislokasi Bahu Posterior

Pada dislokasi bahu posterior, posisi lengan teradduksi dengan rotasi internal, dan caput humerus menonjol di sisi posterior. Dislokasi bahu posterior lebih sulit terdeteksi karena pasien hanya tampak seperti melipat lengan ke sisi dalam tubuh.

Dislokasi Bahu Inferior

Pada dislokasi bahu inferior, tangan akan terabduksi, dengan siku fleksi. Dapat teraba caput humeri pada dinding lateral thorax.[4]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dislokasi bahu adalah cedera pada sendi bahu lainnya, seperti cedera sendi acromioclavicular, fraktur klavikula, cedera rotator cuff, dan swimmer’s shoulder.

Cedera Sendi Acromioclavicular

Secara klinis, cedera sendi acromioclavicular ditandai dengan nyeri pada bahu sisi anterior, os klavikula terlihat lebih tinggi dibandingkan acromion, dan scarf test / cross body adduction test positif.

Scarf test atau cross body adduction test dilakukan dengan siku posisi fleksi 90 derajat dan bahu fleksi 90 derajat elevasi ke depan dada. Kemudian lengan diadduksi hingga tangan menyentuh pundak kontralateral. Hasil positif bila nyeri pada sendi bahu, menandakan adanya cedera sendi acromioclavicular. Diagnosis dipastikan dengan rontgen atau MRI bahu.[12]

Fraktur Klavikula

Pasien dengan fraktur klavikula dapat mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area klavikula, disertai penurunan kemampuan menggerakan lengan di sisi yang cedera. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonjolan tulang, krepitasi, dan ROM terbatas. Fraktur klavikula dibedakan dengan dislokasi bahu melalui rontgen.[12]

Cedera Rotator Cuff

Pada cedera rotator cuff, nyeri dada yang dikeluhkan sulit terlokalisir. Pada saat elevasi dan abduksi, akan didapatkan kekuatan menurun. Gerakan pasif lebih leluasa dibandingkan gerakan aktif, dan drop arm test positif.

Drop arm test dilakukan dengan pemeriksa melakukan gerakan pasif abduksi dan rotasi eksternal pada lengan pasien, dan pasien diminta menahan lengan pada posisi tersebut. Hasil positif bila pasien tidak mampu secara aktif mempertahankan posisi lengan sehingga lengan perlahan jatuh atau drop arm.

Diagnosis dikonfirmasi dengan MRI.[12]

Swimmer’s Shoulder

Pada swimmer’s shoulder pasien mengeluhkan nyeri bahu terutama saat sedang atau segera sesudah berenang. Nyeri terasa di “dalam” bahu seperti nyeri rotator cuff. Painful arc test positif menandakan adanya subacromial impingement.

Painful arc test dilakukan dengan pasien melakukan abduksi lengan perlahan ke lateral dari bawah hingga ke atas kepala. Hasil positif bila pada posisi antara 70-110 derajat terdapat nyeri yang kemudian hilang setelah lengan melewati sudut tertentu hingga lengan terangkat lurus ke atas.

MRI umumnya normal, namun terkadang bisa ditemukan tendinitis supraspinatus, adanya cairan pada bursa subacromial (bursitis), atau disertai cedera rotator cuff.[12]

Pemeriksaan Penunjang

Dislokasi bahu dapat didiagnosis secara klinis. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis, mengevaluasi adanya fraktur.

Walaupun pemeriksaan radiologi sering dilakukan, beberapa studi merekomendasikan penggunaan pemeriksaan radiologi secara selektif. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan pada pasien dengan dislokasi pertama kali, ketika mekanisme cedera melibatkan trauma tumpul yang berisiko menimbulkan fraktur, atau klinisi tidak yakin dengan posisi sendi.[5]

Rontgen

Rontgen bahu untuk mendeteksi adanya dislokasi, seperti rontgen muskuloskeletal lainnya, harus dilakukan pada 2 posisi, terutama posisi anterioposterior (AP) dan axillary lateral view. Namun bila axillary lateral tidak bisa dilakukan akibat keterbatasan range of motion pasien, dapat diambil posisi scapular Y view (posisi posteroanterior oblique).

Rontgen bermanfaat untuk menilai adanya fraktur atau adanya segmen fraktur yang avulsi pada sendi bahu. Pada rontgen juga perlu dilihat adanya lesi Blankart dan Hill-Sachs, fraktur klavikula, posisi caput humeri, dan disrupsi acromioclavicular.

MRI

MRI dilakukan setelah dislokasi bahu direduksi untuk menilai keterlibatan jaringan lunak dan apakah diperlukan intervensi bedah. Pada dasarnya, pemeriksaan MRI paling baik dilakukan dengan kontras yang diinjeksikan ke dalam sendi bahu. MRI bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding terutama cedera rotator cuff.

CT Scan

CT scan dilakukan bila gambaran rontgen tidak dapat diambil dengan baik, misalnya bila pasien terlalu nyeri sehingga tidak dapat diambil sesuai posisi yang diinginkan atau tidak kooperatif.[4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

1. Boffano M, Mortera S, Piana R. Management of the first episode of traumatic shoulder dislocation. EFORT Open Reviews, 2017. 2(2): 35–40. doi:10.1302/2058-5241.2.160018
2. Jamali S. Anterior shoulder dislocation - Seated versus traditional reduction technique. Australian Family Physician, 2011. 40(3): 133-137.
3. Abrams R, Akbarnia H. Shoulder dislocations overview. StatPearls. 2019 Feb 12. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/.
4. Cothran VE. Shoulder dislocation. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/93323-overview.
5. Hendey GW. Managing Anterior Shoulder Dislocation. Annals of Emergency Medicine, 2016. 67(1): 76–80. doi:10.1016/j.annemergmed.2015.07.496
6. Kavaja L, Lähdeoja T, Malmivaara A, Paavola M. Treatment after traumatic shoulder dislocation: a systematic review with a network meta-analysis. British Journal of Sports Medicine, 2018. doi:10.1136/bjsports-2017-098539
7. Sheehan SE, Gaviola G, Gordon R, et al. Traumatic Shoulder Injuries: A Force Mechanism Analysis—Glenohumeral Dislocation and Instability. American Journal of Roentgenology, 2013. 201(2): 378–393. doi:10.2214/ajr.12.9986
8. Nambiar M, Owen D, Moore P, Carr A, Thomas M. Traumatic inferior shoulder dislocation: a review of management and outcome. European Journal of Trauma and Emergency Surgery, 2017. 44(1): 45–51. doi:10.1007/s00068-017-0854-y
9. Olds M, Ellis R, Donaldson K, et al. Risk factors which predispose first-time traumatic anterior shoulder dislocations to recurrent instability in adults: a systematic review and meta-analysis. British Journal of Sports Medicine, 2015. 49(14): 913–922. doi:10.1136/bjsports-2014-094342
10. Yang NP, Chen HC, Phan DV, et al. Epidemiological survey of orthopedic joint dislocations based on nationwide insurance data in Taiwan, 2000-2005. BMC Musculoskeletal Disorders, 2011. 12(1). doi:10.1186/1471-2474-12-253
11. Liavaag S, Svenningsen S, Reikerås O, et al. The epidemiology of shoulder dislocations in Oslo. Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports, 2011. 21(6), e334–e340. doi:10.1111/j.1600-0838.2011.01300.x
12. Hohmann E, Tetsworth K, Glatt V. Open versus arthroscopic surgical treatment for anterior shoulder dislocation: a comparative systematic review and meta-analysis over the past 20 years. J Shoulder Elbow Surg. 2017; 10: 1873-80. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28688936.
13. Polyzois I, Dattani R, Gupta R, Levy O, Narvani AA. Traumatic first time shoulder dislocation: surgery vs non-operative treatment. Arch Bone Jt Surg. 2016; 4(2): 104-8. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4852033/.
14. Polyzois I, Dattani R, Gupta R, Levy O, Narvani AA. Traumatic first time shoulder dislocation: surgery vs non-operative treatment. Arch Bone Jt Surg. 2016; 4(2): 104-8. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4852033/.
15. Wasserstein DN, Sheth U, Colbenson K, et al. The True Recurrence Rate and Factors Predicting Recurrent Instability After Nonsurgical Management of Traumatic Primary Anterior Shoulder Dislocation: A Systematic Review. Arthroscopy: The Journal of Arthroscopic & Related Surgery, 2016. 32(12): 2616–2625. doi:10.1016/j.arthro.2016.05.039
16. Shah A, Judge A, Delmestri A, Edwards K, Arden NK, Prieto-Alhambra D, Holt TA, Pinedo-Villanueva RA, Hopewell S, Lamb SE, Rangan A, Carr AJ, Collins GS, Rees JL. Incidence of shoulder dislocations in the UK, 1995-2015: a population-based cohort study. BMJ Open. 2017 Nov 14;7(11):e016112. doi: 10.1136/bmjopen-2017-016112. PMID: 29138197; PMCID: PMC5695490.
17. Hovelius L, Nilsson JA, Nordqvist A. Increased mortality after anterior shoulder dislocation: 255 patients aged 12-40 years followed for 25 years. Acta Orthop. 2007 Dec;78(6):822-6. doi: 10.1080/17453670710014617. PMID: 18236190.
18. Jung MK, Callaci JJ, Lauing KL, Otis JS, Radek KA, Jones MK, Kovacs EJ. Alcohol exposure and mechanisms of tissue injury and repair. Alcohol Clin Exp Res. 2011 Mar;35(3):392-9. doi: 10.1111/j.1530-0277.2010.01356.x. Epub 2010 Nov 30. PMID: 21118273; PMCID: PMC3117956.

Epidemiologi Dislokasi Bahu
Penatalaksanaan Dislokasi Bahu

Artikel Terkait

  • Tata Laksana Bedah vs Konservatif untuk Dislokasi Sendi Akromioklavikular
    Tata Laksana Bedah vs Konservatif untuk Dislokasi Sendi Akromioklavikular
  • Reduksi Tertutup Dislokasi Bahu: Rekomendasi Waktu
    Reduksi Tertutup Dislokasi Bahu: Rekomendasi Waktu
Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
Dibuat 27 Agustus 2023, 10:41
Mnemonic #28 : Tanda Dislokasi Sendi
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
L - Lemah E - Edema (Pembengkakan) P - Pergerakan TerbatasA - Asimetri (dibandingkan 2 sisi) S - Sakit atau NyeriCatatan :Mnemonic adalah sebuah Teknik untuk...
dr. Nurul Falah
Dibalas 10 Juni 2021, 16:34
Reposisi manual bisakah dilakukan pada kasus dislokasi sendi lama - Orthopedi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
5 Balasan
Alo dr. Hendra, Sp. OT, izin bertanya dokter.Apakah memungkinkan reposisi manual pada kasus dislokasi sendi lama? Dan resiko apa yang dapat...
dr. Ranti Phussa
Dibalas 21 Mei 2021, 13:34
Waktu pemulihan post operasi repair shoulder labrum tear - Rehabilitasi Medis Ask the Expert
Oleh: dr. Ranti Phussa
1 Balasan
Alo, dr. Bona Anggi Pardede, SpKFR, MKedKlinIzin bertanya, Dok, berapa lama kira2 perbaikan fungsi bahu setelah operasi repair shoulder labrum tear sampai...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.