Patofisiologi Dislokasi Bahu
Patofisiologi dislokasi bahu pada dasarnya diawali trauma pada gelang bahu, namun mekanisme trauma yang berbeda akan menghasilkan jenis dislokasi yang berbeda pula. Jenis dislokasi bahu yang paling sering terjadi adalah dislokasi bahu anterior (95%) kemudian diikuti posterior (2-5%) dan inferior (<1%).[7]
Dislokasi Bahu Anterior
Patofisiologi dislokasi bahu anterior umumnya didasari mekanisme indirek pada bahu. Mekanisme tersering adalah tumpuan gaya mendadak pada lengan dalam keadaan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi. Pada 40% kasus dislokasi bahu anterior, dapat terjadi kerusakan saraf, fraktur caput humerus, robekan fossa glenoid, atau labrum.
Dislokasi bahu anterior dapat dibagi berdasarkan letak caput humeri terhadap glenoid. Dislokasi subkorakoid adalah yang paling sering, disusul dengan subglenoid dan subklavikula.[7]
Dislokasi Bahu Posterior
Berbagai mekanisme dapat menyebabkan dislokasi bahu posterior, yang paling sering adalah tumpuan gaya aksial pada lengan saat adduksi, fleksi, dan rotasi internal misalnya jatuh dengan tangan terentang atau fall onto an outstretched hand (FOOSH) injury. Dislokasi posterior juga dapat terjadi akibat kontraksi muskular seperti pada kejang atau tersengat listrik, dimana rotator internal menarik sendi lebih kuat dibandingkan rotator eksternal.[7]
Dislokasi Bahu Inferior
Patofisiologi dislokasi bahu inferior sering disebabkan dua mekanisme. Pertama adalah kompresi aksial terhadap lengan yang terabduksi penuh, sehingga menyebabkan caput humeri terdorong melewati ligamen glenohumeral inferior. Kedua adalah gaya hiperabduksi pada lengan yang sudah dalam posisi abduksi, sehingga humerus proksimal terangkat melewati akromion, menyebabkan cedera pada ligamen glenohumeral inferior, ligamen glenohumeral media, dan rotator cuff.[8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri