Edukasi dan Promosi Kesehatan Deep Vein Thrombosis
Edukasi dan promosi kesehatan pada deep vein thrombosis (DVT) atau thrombosis vena dalam perlu mencakup faktor risiko yang ada pada pasien, termasuk riwayat keluarga, kebiasaan hidup, dan kondisi kesehatan tertentu seperti obesitas atau penyakit jantung. Pasien juga perlu memahami gejala dan tanda rekurensi DVT, serta risiko perdarahan pada penggunaan antikoagulan.
Promosi gaya hidup sehat, termasuk menjaga berat badan ideal, berolahraga secara teratur, dan menghindari merokok atau duduk dalam posisi yang tidak nyaman untuk waktu yang lama, juga harus ditekankan. Selain itu, pasien yang telah mengalami DVT dan telah menjalani pengobatan antikoagulan perlu diingatkan tentang pentingnya mengikuti rencana pengobatan dengan disiplin, termasuk mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter dan melakukan follow up teratur.[1,4,9,11]
Edukasi Pasien
Jelaskan kepada pasien tentang apa itu DVT, termasuk mekanisme pembentukannya, faktor risiko yang terkait, dan bagaimana kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup mereka. Edukasi pasien tentang gejala dan tanda DVT yang perlu diwaspadai, seperti nyeri, pembengkakan, kemerahan, atau panas pada satu kaki atau tungkai.
Jelaskan rencana pengobatan, termasuk lama penggunaan antikoagulan, penggunaan perangkat kompresi, dan pengelolaan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, seperti perubahan gaya hidup atau penghentian penggunaan kontrasepsi hormonal. Tekankan pentingnya kepatuhan terhadap rencana perawatan mereka, termasuk jadwal penggunaan obat dan pembatasan aktivitas jika diperlukan.
Berikan saran tentang perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengelola risiko DVT, seperti menghentikan kebiasaan merokok, menjaga berat badan yang sehat, dan menjaga aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka.[1,4,9,11]
Risiko Perdarahan Akibat Antikoagulan
Pasien harus diberitahu bahwa antikoagulan meningkatkan risiko perdarahan, dan bahwa risiko ini dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti dosis obat, riwayat medis, dan penggunaan obat-obatan lain. Penting bagi pasien untuk memahami gejala perdarahan yang perlu segera dilaporkan kepada dokter, seperti perdarahan gusi yang berlebihan, perdarahan dari saluran pencernaan, atau perdarahan pada urin atau tinja.
Tindakan pencegahan yang dapat membantu menurunkan risiko perdarahan termasuk menghindari cedera, menggunakan pisau cukur yang tumpul, menghindari aktivitas yang berpotensi berbahaya seperti olahraga kontak, dan mematuhi dosis obat yang diresepkan. Pastikan untuk menginformasikan tenaga medis bahwa pasien sedang mengonsumsi antikoagulan setiap kali pasien berobat untuk menghindari interaksi obat yang meningkatkan risiko perdarahan.
Jika mendapat warfarin, jelaskan bahwa pasien memerlukan pengecekan laboratorium rutin untuk memastikan INR ada pada rentang terapeutik. Pasien juga harus memperhatikan tanda-tanda perdarahan internal yang mungkin tidak terlihat, seperti perubahan warna kulit atau perasaan pusing yang berkepanjangan.[1,4,9,11]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan aktivitas fisik yang adekuat. Stoking kompresi dapat digunakan untuk mencegah terjadinya DVT dan mencegah timbulnya post-thrombotic syndrome (PTS) pada pasien yang mengalami DVT.[9,22]
Stoking Kompresi
Penggunaan stoking kompresi elastis selama 6 bulan telah dilaporkan efektif menurunkan risiko post-thrombotic syndrome (PTS). Sementara itu, pada individu yang menjalani penerbangan jangka lama, penggunaan stoking kompresi dilaporkan dapat menurunkan risiko DVT.[9,22]
Pencegahan Sekunder Kejadian Tromboemboli Vena
Selain itu, pada pasien yang mengalami DVT, pemberian aspirin dan apixaban dosis rendah jangka panjang dilaporkan dapat mencegah rekurensi kejadian tromboemboli vena (VTE).[9]
Latihan Fisik
Latihan fisik yang dapat dilakukan adalah menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit. Latihan ini penting untuk mencegah DVT pada pasien yang baru menjalani pembedahan mayor, menempuh perjalanan jauh, atau penerbangan lama. Pada penerbangan lama, sebaiknya dilakukan peregangan dan berjalan-jalan selama 5 menit setiap jam.[23]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra