Prognosis Deep Vein Thrombosis
Prognosis deep vein thrombosis (DVT) atau thrombosis vena dalam dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk ukuran gumpalan, lokasi, keparahan gejala, dan kesehatan umum pasien. Dalam kasus yang diobati dengan cepat dan efektif, prognosisnya umumnya baik, dengan mayoritas pasien pulih tanpa komplikasi jangka panjang.
Namun, tanpa pengobatan yang tepat, DVT dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk emboli paru yang mengancam jiwa, kerusakan vena permanen yang dapat menyebabkan post-thrombotic syndrome (PTS), dan bahkan kematian.[1,4,9]
Komplikasi
Potensi komplikasi DVT mencakup emboli paru, post-thrombotic syndrome (PTS), dan kematian.[1,12]
Emboli Paru
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis atau percabangannya akibat emboli, dalam hal ini berasal dari DVT. Tanda dan gejala yang muncul misalnya dispnea, nyeri dada pleuritik, batuk, hemoptisis, palpitasi, desaturasi oksigen, penurunan kesadaran, hipotensi, bahkan kematian.[1,4]
Post-Thrombotic Syndrome (PTS)
DVT dapat merusak katup dalam vena atau menyebabkan sumbatan permanen, mengganggu aliran darah normal. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan kronis, nyeri, dan perubahan kulit pada kaki yang terkena. PTS dapat mengurangi kualitas hidup pasien secara signifikan dan mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.[1,4,9]
Rekurensi DVT
Jika bekuan darah tidak diobati dengan tepat atau jika pasien memiliki faktor risiko persisten, seperti riwayat keluarga atau penyakit genetik yang mempengaruhi koagulasi darah, kemungkinan terjadinya DVT berulang meningkat. Rekurensi DVT meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut, dan memerlukan pengobatan intensif jangka panjang.[1,9]
Risiko Terapi
Salah satu risiko utama dari terapi antikoagulasi adalah risiko perdarahan berlebihan. Obat antikoagulan, seperti warfarin, bekerja dengan menghambat pembekuan darah, yang berarti dapat meningkatkan risiko perdarahan, terutama perdarahan gastrointestinal, perdarahan intrakranial, atau perdarahan internal lain.
Selain perdarahan, beberapa pasien dapat mengalami reaksi alergi atau hipersensitivitas terhadap obat antikoagulan tertentu. Efek samping lain juga bisa berupa heparin-induced thrombocytopenia, yang merupakan reaksi imun yang jarang terjadi terhadap heparin.[1,4,9]
Prognosis
Meskipun luaran pasien bisa baik dengan terapi antikoagulasi yang cepat dan tepat, angka mortalitas dalam 30 hari dari DVT dilaporkan sebesar 6%. Kematian pada pasien DVT biasanya berkaitan dengan komplikasi, terutama emboli paru.
Selain itu, pasien yang mendapat terapi DVT berisiko 20-50% mengalami post-thrombotic syndrome (PTS). Angka rekurensi dari kejadian tromboemboli vena (VTE), termasuk DVT, juga cukup tinggi, yakni mencapai 40% dalam 10 tahun pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan 3-6 bulan.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra