Diagnosis Frostbite
Diagnosis frostbite didapat dari riwayat paparan suhu eksternal di bawah titik beku jaringan, dengan klinis perubahan warna kulit dari pucat sampai ungu, dengan/tanpa bula dan gangren pada kondisi berat. Pemeriksaan penunjang seperti technetium-99 (Tc-99) triple phase scanning dan magnetic resonance angiography (MRA) membantu identifikasi luas lesi amputasi jaringan. Adanya kondisi yang mengancam jiwa hipotermia karena frostbite, harus diidentifikasi dan ditangani terlebih dahulu.[1-3]
Anamnesis
Anamnesis frostbite terkait durasi paparan dan suhu eksternal pajanan yang diperkirakan di bawah titik beku jaringan. Pajanan suhu di bawah –10 derajat Celcius selama beberapa menit akan menyebabkan mati rasa jaringan. Mati rasa disertai kehilangan sensasi total menjadi gejala awal frostbite.[2,4]
Predileksi tersering terjadinya frostbite, antara lain tangan, kaki, telinga, hidung, pipi, dan dagu. Frostbite pada kornea telah dilaporkan pada individu yang tetap membuka mata terhadap paparan dingin dan angin yang sangat kuat.[2,3]
Gejala lainnya, antara lain kedinginan, rasa perih, terbakar, berdenyut, kehilangan keterampilan motorik halus (kaku pada jari) dan kasar (kesulitan berjalan). Keluhan lainnya adalah nyeri sendi, nyeri hebat selama atau setelah fase penghangatan, dan parestesia. Gejala jangka panjang yang dikeluhkan seperti peningkatan sensitivitas terhadap dingin, kehilangan sensorik, dan hiperhidrosis.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menyeluruh, mencakup pemeriksaan lokalis pada area kulit dan status neurovaskular. Perubahan kulit bervariasi sesuai dengan derajat keparahan cedera.[1,4]
Derajat keparahan cedera ditentukan oleh kedalaman dan cedera selanjutnya. Klasifikasi derajat dibagi menjadi derajat I hingga IV.
Derajat I
Pada frostbite derajat I, terjadi perubahan warna keunguan dengan plak keras berwarna putih atau kekuningan di area cedera yang berhubungan dengan gejala mati rasa dan eritema. Sekuele selama beberapa minggu dapat berupa deskuamasi, edema sementara, eritema, dan sensitivitas dingin.[1,2,4]
Derajat II
Pada frostbite derajat II, terdapat lesi vesikel superfisial atau luka lepuh dengan cairan bening atau seperti susu yang dikelilingi eritema dan edema. Sekuele yang dapat terjadi berupa parestesia, hiperhidrosis, dan sensitivitas dingin yang persisten atau sementara.[1,2,4]
Derajat III
Pada frostbite derajat III, terdapat luka lepuh berwarna ungu dan mengandung darah yang menunjukkan luka pada dermis retikuler dan di luar pleksus pembuluh darah dermal. Sekuele yang dapat terjadi berupa ulserasi tropik, sensitivitas dingin derajat berat, dan growth plate injury.[1,2,4]
Derajat IV
Pada frostbite derajat IV, terdapat cedera lebih dalam dari dermis yang melibatkan otot, saraf, dan tulang. Terkadang menyebabkan mumifikasi (gangrene kering) di mana jaringan tampak berwarna hitam dan nekrotik. Demarkasi antara jaringan hidup dan tidak hidup membutuhkan waktu 1 bulan, sedangkan amputasi spontan membutuhkan waktu satu bulan setelah demarkasi.[1,2,4]
Pola pembentukan luka lepuh menjadi indikator derajat keparahan cedera. Jika kantung udara atau bleb terbentuk jauh di bagian distal ekstremitas, cedera termasuk dalam derajat kedua. Jika bleb terbentuk di bagian proksimal dengan cedera pada jaringan distal termasuk derajat ketiga atau keempat disertai adanya kemungkinan kehilangan jaringan.[3,4]
Pemeriksaan awal tidak akan akurat mengungkapkan kedalaman dan derajat cedera. Selama proses penghangatan, kemungkinan edema mulai muncul dalam 3–5 jam dan dapat berlangsung selama 7 hari. Luka lepuh cenderung muncul dalam 4–24 jam. Sedangkan, eschar akan terlihat jelas pada 10–15 hari dan mumifikasi dengan garis demarkasi dapat berkembang dalam 3–8 minggu.[1,2]
Status neurovaskular dari ekstremitas yang terkena harus dinilai, baik sensasi dan perfusi jaringannya. Tanda-tanda dislokasi atau fraktur juga perlu dinilai karena ada adanya kemungkinan terjadi akibat menahan beban pada area frostbite atau trauma yang terjadi bersamaan.[4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari frostbite meliputi frostnip, fenomena Raynaud, pernio, dan trench foot.[1,2]
Frostnip
Frostnip merupakan bentuk paling ringan dan umum dari cedera akibat paparan dingin yang dapat didiagnosis secara klinis. Gejala pada frostnip dapat berupa nyeri, pucat, mati rasa pada area yang terpapar seperti jari, hidung, telinga, pipi, atau hidung, dan tidak adanya kehilangan jaringan. Penghangatan kembali jaringan yang terpapar akan mengembalikan sensasi dan fungsi.[2,4]
Fenomena Raynaud
Fenomena Raynaud merupakan respon vasokonstriksi perifer sementara akibat paparan suhu dingin atau stres emosional. Diagnosis ditegakkan secara klinis. Umumnya, muncul secara tiba-tiba pada digiti distal, dimulai dengan satu digiti dan menyebar ke digiti lain secara simetris berwarna pucat/putih selama 20 menit diikuti keluhan nyeri, mati rasa, pin and needles sensation, serta livedo reticularis. Perubahan kulit bersifat reversibel dan tidak ada bukti kerusakan jaringan.[4,10,11]
Pernio (Chilblains)
Chilblains atau non-freezing cold injury, pernio, atau perniosis merupakan kondisi inflamasi kulit akibat respon vaskular terhadap paparan dingin. Keluhan dapat berupa lesi eritrosianotik tunggal atau multipel, umumnya makula, papul, atau nodul terdistribusi simetris dengan area predileksi di punggung dan sisi jari-jari tangan atau kaki bilateral. Keluhan dapat disertai nyeri, pruritus, dan sensasi terbakar.[12-14]
Lebih dari setengah kasus chilblains memiliki etiologi idiopatik. Sedangkan 20–40% kasus childblains memiliki kondisi sistemik yang menyertai seperti lupus eritematosus sistemik, cryoglobulinemia, sindrom antifosfolipid, macroglobulinemia, dan chronic myelomonocytic leukaemia (leukemia).
Diagnosis ditegakkan secara klinis disertai pemeriksaan penunjang laboratorium darah untuk evaluasi kondisi sistemik, dan pemeriksaan biopsi untuk kasus kronik agar dapat menyingkirkan diagnosis banding inflamasi lainnya.[4,12-14]
Immersion foot (trench foot)
Trench foot atau cold immersion foot merupakan cedera akibat paparan lama (antara 12 jam sampai 4 hari) terhadap kondisi dingin dan basah. Personil militer menjadi populasi yang paling rentan. Patofisiologi yang mendasari berupa periode vasokonstriksi dan vasodilatasi pada jaringan yang terkena secara bergantian. Paparan dingin yang mendekati titik beku akan menyebabkan anestesi diikuti hiperemia yang dapat berlangsung sampai 3 bulan setelah cedera awal.[2,4]
Diagnosis ditegakkan secara klinis. Berbeda dengan frostbite, penghangatan kembali secara cepat pada trench foot akan memperburuk hiperemia dan prognosis sehingga disarankan penghangatan kembali dilakukan secara lambat.[2,4]
Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, diagnosis frostbite ditegakkan secara klinis. Akan tetapi, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dan histopatologi dapat dilakukan untuk menentukan sejauh mana keterlibatan jaringan, respon terhadap terapi, viabilitas jaringan jangka panjang. Pemeriksaan penunjang juga membantu identifikasi komplikasi sistemik yang tertunda, seperti infeksi luka dengan sepsis atau komplikasi hipotermia yang mendasari.[1-3]
Pemeriksaan laboratorium
Umumnya, pemeriksaan laboratorium dari sampel jaringan, cairan blister, atau darah tidak memberikan informasi yang bermakna secara klinis pada frostbite. Akan tetapi, adanya hipotermia secara bersamaan, paparan lama dengan perubahan fisiologis sistemik, dan penyakit penyerta sebelumnya membuat diperlukannya pemeriksaan laboratorium.[1–3]
Beberapa pemeriksaan laboratorium dasar yang perlu dipertimbangkan, meliputi hitung darah lengkap, elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, glukosa darah, dan fungsi hati. Urinalisis dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya mioglobinuria serta pewarnaan Gram dan kultur pada dugaan infeksi luka frostbite.[2]
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan dapat menentukan sejauh mana cedera dan keterkaitan dengan trauma serta dapat membantu menentukan prognosis.[2,3]
Beberapa pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan, antara lain:
Radiografi Polos:
Pada pemeriksaan radiografi polos, dapat ditemukan fraktur terkait trauma yang tidak disengaja, edema jaringan lunak yang disebabkan oleh paparan dingin, dan destruksi tulang. Pada anak-anak dapat ditemukan kerusakan lempeng pertumbuhan, frostbite arthritis, serta osteomyelitis pada komplikasi jangka panjang.[2,3]
Technetium (Tc)-99 Scintigraphy dan Bone Scan:
Pemeriksaan technetium (Tc)-99 scintigraphy sensitif dan spesifik untuk mengukur perfusi jaringan, menilai kedalaman cedera jaringan, menilai respon terhadap terapi. Tc-99 direkomendasikan pada awal pengelolaan frostbite (48 jam setelah cedera) untuk mengarahkan debridemen awal jaringan lunak yang non-viabel.
Umumnya, pada pemeriksaan Tc-99 akan ditemukan perfusi yang buruk pada ekstremitas yang terkena. Pemeriksaan triple-phase bone scans pada 2–3 minggu setelah cedera saat sudah terjadi kerusakan jaringan secara mikroskopis dapat membantu menggambarkan keadaan tulang yang non-viabel.[2–4]
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography (MRA):
Beberapa peneliti menyatakan pemeriksaan MRI dan MRA lebih baik dari bone scan dalam visualisasi pembuluh darah yang tersumbat dan jaringan, dan lebih baik dalam menunjukkan garis demarkasi antara jaringan iskemik dan non-iskemik. Selain itu, MRI dan MRA lebih mudah diakses daripada Tc-99, serta sebagai pemandu dalam prosedur pembedahan amputasi untuk mencegah sepsis. Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan pembuluh darah yang tersumbat dan demarkasi jaringan iskemik.[2,4]
Pemeriksaan histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi, akan didapatkan kristal es intraseluler dibandingkan kristal es ekstraseluler yang menunjukkan pola pendinginan kulit yang cepat. Berdasarkan kerangka waktunya, temuan histopatologi meliputi:
- Dalam jam pertama akan didapatkan kebocoran endotel
- Dalam 6 jam pertama akan didapatkan ekstravasasi eritrosit
- Dalam 6-24 jam akan didapatkan migrasi leukosit dan vaskulitis
- Dalam 1-2 minggu akan didapatkan degenerasi medial, hilangnya perlekatan intraseluler, dan vakuolisasi keratinosit[2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli