Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Heat Stroke general_alomedika 2023-09-08T17:29:16+07:00 2023-09-08T17:29:16+07:00
Heat Stroke
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Heat Stroke

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Diagnosis heat stroke berdasarkan trias hipertermia, defisit neurologis, dan paparan terhadap cuaca panas. Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan suhu inti tubuh >40⁰C. Heat stroke harus dengan cepat dibedakan dengan demam akibat penyakit, sehingga dapat dilakukan penanganan yang cepat.[1-3,6,8]

Anamnesis

Pasien heat stroke biasanya dibawa ke unit gawat darurat (UGD) dalam keadaan delirium, kebingungan, atau iritabel. Anamnesis kepada pasien atau pengantar untuk menentukan kemungkinan penyebab heat stroke, seperti aktivitas fisik yang berlebih saat cuaca panas, penggunaan obat-obat tertentu, dan penyakit penyerta pada pasien.

Keluhan lain pada pasien heat stroke di antaranya adalah mual, muntah, kram perut, pusing, dispnea, dan kelemahan tubuh. Dokter juga perlu menanyakan upaya pengobatan yang sudah dilakukan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit. Suhu inti tubuh dapat saja menurun pada pasien yang sudah diberikan terapi sebelumnya.

Selain itu, anamnesis dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain. Penyebab demam ensefalopati lain adalah seperti malaria falciparum, meningoensefalitis, atau sepsis. Penyebab lain dapat disingkirkan dengan mengetahui pola demam, onset demam, serta gejala dan tanda lain.[1-3,8]

Klasifikasi Penyebab Heat Stroke

Exertional heat stroke adalah kondisi akibat aktivitas fisik yang berat, seperti pelari maraton atau anggota militer yang berlatih saat cuaca panas. Heat stroke ini tidak dipengaruhi oleh aklimatisasi. Namun, biasanya terjadi pada daerah yang panas dan lembap.[3,5]

Sementara, non-exertional heat stroke terjadi pada individu dengan aktivitas fisik rendah, seperti lansia atau pasien dengan komorbiditas yang terpapar lingkungan panas. Contoh non-exertional heat stroke yang sering terjadi adalah anak yang terkunci di dalam mobil saat cuaca panas.[3,5]

Klasifikasi penyebab heat stroke lainnya adalah classical heatstroke (karena paparan panas secara pasif dari panas lingkungan yang ekstrem) dan exertional heatstroke (akibat kelelahan saat latihan fisik berat).[4]

Pemeriksaan Fisik

Heat stroke harus dicurigai pada semua pasien yang datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan suhu inti tubuh >40⁰C yang disertai dengan penurunan kesadaran, kebingungan, atau kejang, terutama saat cuaca panas. Pemeriksaan suhu rektal merupakan perkiraan yang paling mendekati suhu inti tubuh.

Namun, pada beberapa kasus dapat ditemukan suhu <40⁰C, apabila sudah dilakukan inisiasi pendinginan selama perjalanan atau sudah terjadi mekanisme penguapan. Pasien dapat mengalami takikardi dengan denyut >130 kali/menit. Selain itu, hipotensi juga dapat terjadi. Penurunan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung merupakan respons fisiologis terhadap trauma panas.

Berbagai sistem dalam tubuh dapat mengalami gangguan akibat heat stroke. Dapat terjadi disfungsi pada sistem saraf pusat, berupa penurunan kesadaran, kebingungan, iritabel, hingga koma. Pasien juga dapat datang dengan ataksia, tremor, atau kejang. Pada pemeriksaan mata, dapat terjadi nistagmus dan pemeriksaan pupil yang normal, dilatasi, atau bahkan pin point.

Pada pemeriksaan fisik paru, dapat tampak adanya hiperventilasi dan suara paru tambahan yang disebabkan oleh pneumonia aspirasi atau edema pulmonal. Pada pemeriksaan muskuloskeletal, didapatkan otot yang kaku atau lemah. Pada pemeriksaan renal, dapat terjadi oliguria atau perubahan warna di urine. Sekitar 5% pasien dapat mengalami jaundice dan tanda-tanda gagal hati akut.[1-3,8,11]

Kriteria Diagnosis Heat Stroke

Pada tahun 2016, Japanese Association of Acute Medicine Heat Stroke (JAAM-HS) mendefinisikan pasien heat stroke sebagai pasien yang terpapar suhu lingkungan tinggi, dan memenuhi satu atau lebih kriteria berikut:

  • Skor Glasgow Coma Scale (GCS) ≤14
  • Kadar kreatinin atau bilirubin total ≥1,2 mg/dL
  • Skor DIC (disseminated intravascular coagulation) dari JAAM ≥4

Suhu tubuh tidak termasuk dalam kriteria diagnostik ini, karena secara klinis terdapat pasien yang mengalami heat stroke berat walaupun suhu inti tubuh <40°C.[3,6]

Diagnosis Banding.

Heat stroke dan demam akibat penyakit lainnya harus dapat dibedakan dengan cepat. Setiap penyakit sistemik dengan manifestasi demam dan defisit neurologis dapat dipertimbangkan hanya setelah kemungkinan heat stroke disingkirkan. Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan dapat secara substansial meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Setelah heat stroke disingkirkan, kondisi berikut ini dapat dipertimbangkan.

Sindrom Neuroleptik Malignan

Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkrasi terhadap pengobatan neuroleptik, yang ditandai dengan adanya demam, rigiditas muskular, gangguan status mental, dan disfungsi otonom. Sindrom ini sering kali terjadi setelah penggunaan obat neuroleptik.[8]

Tirotoksikosis

Tirotoksikosis ditandai dengan adanya takikardia atau aritmia atrial, hipertensi sistolik dengan tekanan pulsasi yang lebar, peningkatan suhu, tremor, kelemahan otot, ansietas, dan dapat terjadi gangguan oftalmologi, seperti proptosis atau diplopia.[8]

Meningitis

Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Trias klasik meningitis adalah demam, nyeri kepala, dan kaku leher. Tanda dan gejala lain yang dapat timbul adalah nausea, muntah, fotofobia, bingung, iritabel, dan delirium.[8]

Ensefalopati Hepatikum

Ensefalopati hepatikum dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis. Ensefalopati ini ditandai dengan adanya gangguan perilaku, gangguan intelektual, dan penurunan status mental.[8]

Intoksikasi Kokain

Pasien dengan intoksikasi kokain biasanya dapat menunjukkan manifestasi gangguan pada sistem saraf pusat, seperti kejang dan penurunan kesadaran serta hipertermia. Takipnea, dispnea, atau gagal napas mungkin terjadi. Pasien dapat mengalami gangguan sirkulasi yang berupa hipertensi atau bahkan cardiac arrest.

Jika riwayat penggunaan kokain tidak diakui, atau pasien mengalami toksisitas yang sedang hingga berat, uji toksikologi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini. Namun, manajemen hipertermia pada intoksikasi kokain juga dapat menggunakan metode yang sama dengan heat stroke.[8]

Pemeriksaan Penunjang

Heat stroke dapat menyebabkan gangguan dalam berbagai sistem, seperti sistem pernapasan, ginjal, liver, dan gangguan elektrolit. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dan elektrokardiogram (EKG) dapat membantu dalam manajemen heat stroke.[7,8]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien heat stroke, antara lain analisis gas darah, kadar glukosa darah, kadar elektrolit, dan pemeriksaan darah lengkap.

Analisis Gas Darah:

Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan untuk melihat apakah terdapat alkalosis respiratorik penatalaksanaan akibat stimulasi sistem saraf pusat dan asidosis metabolik akibat asidosis laktat.

Kadar Glukosa Darah:

Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien heat stroke, terutama pada tipe exertional heat stroke.

Kadar Elektrolit:

Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan fosfat. Hipokalemia sering terjadi pada pasien heat stroke. Pada exertional heat stroke dapat ditemukan adanya hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan hiperkalemia karena adanya peningkatan kerusakan otot. Hipernatremia dapat terjadi akibat penurunan intake cairan dan dehidrasi, namun hiponatremia juga dapat terjadi pada kondisi pasien dengan penggunaan diuretik.

Urinalisis:

Warna gelap pada urine dapat mengindikasikan adanya rabdomiolisis dan pemeriksaan mioglobin dalam urine dapat mengonfirmasi hal ini. Rabdomiolisis dapat mengarahkan ke gagal ginjal akut.

Fungsi Liver dan Ginjal:

Pasien yang mengalami heat stroke dapat terjadi trauma pada liver sehingga dapat terjadi peningkatan 10–100 kali enzim aminotransferase dalam waktu 48 jam. Dapat terjadi peningkatan level asam urat, blood urea nitrogen, dan kreatinin apabila sudah terjadi komplikasi gagal ginjal.

Pemeriksaan Darah Lengkap:

Pada pasien dengan heat stroke dapat terjadi peningkatan leukosit hingga 40.000/uL.[7,8]

Pemeriksaan Pencitraan

Pemeriksaan CT scan kepala dapat membantu untuk menyingkirkan kemungkinan trauma otak pada pasien dengan gangguan status mental. Pemeriksaan Rontgen toraks dapat memperlihatkan gambaran atelektasis, pneumonia, infark paru, atau edema paru.[7,8]

Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan EKG pada pasien heat stroke menunjukkan temuan yang nonspesifik. Abnormalitas gelombang ST-T iskemik dapat terlihat pada pasien heat stroke. Pada beberapa kasus, dapat ditemukan adanya gangguan seperti penghambat cabang berkas kanan atau interval QT memanjang.[7,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Epstein Y, Yanovich R. Heatstroke. The New England Journal of Medicine. 2019;380:2449-59
2. Mehta CSR. Heat Stroke. MJAFI. 2003;59:140-143.
3. Hifumi T, Kondo Y, et al. Heat Stroke. Journal of Intensive Care 2018;6:30.
4. Bouchama A, Abuyassin B, et al. Classic and exertional heatstroke. Nat Rev Dis Primers. 2022 Feb 3;8(1):8. doi: 10.1038/s41572-021-00334-6. PMID: 35115565.
5. Mozzini C, Xotta G, et al. Non-exertional heatstroke: a case report and review of the literature. Am J Case Rep. 2017;18:1058-65.
6. Asmara IGY. Diagnosis and Management of Heatstroke. Acta Med Indones. 2020 Jan;52(1):90-97. PMID: 32291378.
7. Morris A, Patel G. Heat Stroke. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537135/
8. Helman RS. Heat Stroke. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/166320-overview#a9

Epidemiologi Heat Stroke
Penatalaksanaan Heat Stroke

Artikel Terkait

  • Demam vs Heat Stroke: Bagaimana Cara Membedakannya?
    Demam vs Heat Stroke: Bagaimana Cara Membedakannya?
  • Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
    Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
  • 5 Alasan Tidak Perlu Mengobati Demam
    5 Alasan Tidak Perlu Mengobati Demam
  • Demam Tidak Selalu Harus Diberikan Antipiretik
    Demam Tidak Selalu Harus Diberikan Antipiretik
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 5 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 6 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 12 menit yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.