Diagnosis Luka Tembak
Diagnosis luka tembak perlu melalui anamnesis untuk kepentingan hukum dan medikolegal, pemeriksaan fisik untuk menilai jenis senjata dan jarak tembakan, serta pemeriksaan penunjang, terutama pemeriksaan darah untuk persiapan transfusi, dan pencitraan untuk penilaian tingkat keparahan luka.
Anamnesis
Anamnesis pada kasus luka tembak lebih diarahkan ke kronologis kejadian, apakah luka tembak disebabkan oleh diri sendiri atau orang lain. Dan jika memang disebabkan oleh diri sendiri, apakah ada percobaan untuk bunuh diri atau akibat kecelakaan misalnya pada saat praktik latihan menembak atau saat membersihkan senjata.
Apabila memang luka tembak disebabkan oleh orang lain, maka harus dipastikan juga apakah tindakan disengaja atau tidak disengaja, apalagi jika sudah menyebabkan kematian, karena hukum yang mengaturnya juga berbeda. Selain itu, kepentingan dari anamnesis yang didapatkan dari keluarga korban atau pelaku yang sudah tertangkap, juga agar bisa didapatkan jenis senjata yang digunakan guna penilaian prognosis akibat kerusakan jaringan yang dihasilkan oleh senjata api.[4,5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kita bisa menilai jenis senjata, serta jarak tembakan dari sebuah luka tembakan. Manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh luka tembak bukan hanya terjadi sebagai akibat terjangan langsung dari anak peluru pada sasaran, melainkan juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan:
- Partikel logam akibat gesekan anak peluru dengan laras
- Butir mesiu yang terbakar tidak sempurna
- Asap dan panas akibat ledakan mesiu
- Kerusakan jaringan akibat moncong laras yang menekan kulit sasaran pada luka tembak tempel
Luka Tembak Masuk dan Keluar
Luka tembak bisa berupa luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki tenaga untuk meneruskan lintasannya, dan menembus keluar tubuh, maka akan terjadi luka tembak keluar.
Luka tembak masuk biasanya berbentuk bulat dengan batas abrasi melingkar mengelilingi luka yang disebabkan oleh peluru, tepi abrasi adalah goresan atau lecet pada kulit (kelim lecet) yang disebabkan oleh gaya dorong dari peluru. Sedangkan luka tembak keluar bisa memberikan tampakan klinis yang cukup beragam, yakni seperti berbentuk bulat, lonjong, seperti celah, stellate, atau berbentuk bulan sabit.
Yang membedakan antara luka tembak masuk dan luka tembak keluar bukan hanya dari ukuran diameter luka, melainkan dari kurangnya batas abrasi. Selain menentukan jarak tembak dan jenis senjata, manfaat dari membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar juga untuk kepentingan hukum.
Perlu diingat bahwa jika gambaran luka tembak pada seseorang yang ditembak dari belakang saat melarikan diri, dengan gambaran luka tembak pada penjahat yang tertembak di bagian dada, saat korban membela diri sendiri dari serangan jelas berbeda. Untuk itu perlu dibedakan antara luka tembak masuk dan luka tembak keluar.
Luka Tembak Tempel
Luka tembak tempel atau contact paling sering ditemukan pada kasus-kasus bunuh diri, di mana laras dari senjata api menempel dengan kulit. Tanda klinis dari luka tembak tempel tergantung dari lokasi tubuh yang terkena sasaran tembak. Jika senjata diarahkan ke kepala, dengan menggunakan senjata seperti pistol, maka akan tampak luka masuk pada permukaan kulit yang berwarna kehitaman, luka bakar dan cetakan dari ujung laras.
Pada penggunaan senjata seperti rifle atau shotgun, maka scalp kepala akan terbuka cukup lebar membentuk stellate disertai dengan keluarnya jaringan otak. Sedangkan apabila senjata diarahkan ke dada atau perut, tampak luka perforasi sirkular yang dikelilingi oleh garis kehitaman akibat luka bakar dari tembakan, serta tampak cetakan dari ujung laras. Selain itu, terdapat tanda khas luka tembak tempel yang tidak ditentukan oleh jenis senjatanya, yaitu adanya backsplatter atau percikan darah pada senjata.
Luka Tembak Jarak Sangat Dekat
Luka tembak jarak sangat dekat atau near contact memiliki tampakan klinis berupa cetakan dari moncong senjata, lubang peluru yang dikelilingi oleh pita kulit yang menghitam, dan menyengat.
Luka Tembak Jarak Dekat
Luka tembak jarak dekat atau intermediate khas ditandai dengan adanya kelim tato. Kelim tato disebabkan oleh butiran serbuk pada moncong senjata api dengan peluru menghadap ke kulit, sehingga tampakannya seperti luka lecet yang disertai dengan bercak-bercak kulit. Kelim tato bisa berwarna coklat kemerahan, hingga oranye kemerahan.
Luka Tembak Jarak Jauh
Luka tembak jarak jauh atau distant cenderung berbentuk putaran oval, dengan tepi tajam menonjol, yang dikelilingi oleh lingkaran abrasi.
Selain melakukan pemeriksaan pada luka tembak, dokter juga harus melakukan pemeriksaan pada organ tubuh sekitarnya yang kemungkinan juga mengalami trauma. Luka tembak bisa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar berupa perdarahan atau infeksi.
Lokasi anatomis dari penembakan penting untuk menilai prognosis dari korban luka tembak. Jika lokasi penembakan terjadi pada sistem saraf, maka prognosis lebih buruk dibandingkan luka tembak pada lengan. Selain sistem saraf, lokasi anatomis yang bisa menyebabkan perdarahan hebat, hipoksia dan kematian adalah pada jantung, aorta, paru-paru, hati, limpa dan ginjal.[1,5,18,19]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada kasus luka tembak terbagi antara pemeriksaan untuk persiapan transfusi darah, serta pemeriksaan untuk evaluasi lokasi dan derajat keparahan kerusakan yang terjadi akibat luka tembak.
Pemeriksaan untuk Persiapan Transfusi Darah
Pada kasus yang dinilai memerlukan transfusi darah, pemeriksaan berupa darah lengkap, golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan sebagai bagian dari persiapan transfusi.
Pemeriksaan untuk Evaluasi Lokasi dan Derajat Keparahan Kerusakan
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan juga umum dilakukan untuk evaluasi jaringan tubuh mana saja yang sudah mengalami kerusakan dan untuk mengestimasi derajat keparahan dari luka.
Pemeriksaan pencitraan yang disarankan untuk dilakukan pada penderita luka tembak adalah Multidetector Row Computed Tomography (MDCT). Pemeriksaan ini bisa mengidentifikasi perdarahan, peluru, fragmen-fragmen tulang, udara, hemotoraks, lesi pada saraf, lesi pada muskuloskeletal, dan trauma pada pembuluh darah.
Pada fasilitas kesehatan yang tidak memiliki teknologi MDCT, maka pilihan pemeriksaan pencitraan bisa disesuaikan dengan lokasi anatomis pada luka tembak, misalnya luka tembak pada dada dan ekstremitas bisa dilakukan pemeriksaan X-Ray, luka tembak di abdomen bisa dilakukan Ultrasonografi atau Focused Assessment with Sonography for Trauma (FAST), dan jika di kepala bisa dilakukan CT Scan kepala.[20-22]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri