Penatalaksanaan Luka Tembak
Penatalaksanaan kasus luka tembak pada dasarnya harus meliputi 3 hal penting, yaitu kontrol perdarahan, pencegahan dan tata laksana infeksi, dan rekonstruksi dari kerusakan jaringan. Ketiga prioritas tersebut ditempatkan pada beberapa fase seperti perawatan segera, damage control dan operasi definitif.[2,3,23-25]
Perawatan Segera dan Damage Control
Perawatan segera dan damage control meliputi tindakan-tindakan seperti kontrol perdarahan, dan pencegahan serta pengendalian infeksi. Selain itu, jika memang kondisi disertai fraktur, perlu dilakukan imobilisasi dan fiksasi pada area fraktur. Terapi suportif berupa pemberian obat pereda nyeri juga bisa diberikan pada fase ini.
Kontrol Perdarahan
Metode kontrol perdarahan bisa dilakukan dengan berbagai metode seperti direct pressure dressings, turniket, hingga dressings hemostatik. Pada kasus-kasus tertentu bisa juga ditangani dengan melakukan ligasi dari pembuluh darah atau tindakan shunting sementara untuk menjaga perfusi dari jaringan.
Kontrol perdarahan dimulai dengan cara direct pressure dressings terlebih dahulu dan jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan torniket. Perlu diingat bahwa turniket efektif terutama pada kondisi perdarahan di ekstremitas namun risiko iskemik pada ekstremitas tersebut juga cukup tinggi.
Secara simultan, resusitasi berupa pemberian bolus cairan kristaloid seperti cairan salin normal atau ringer laktat untuk kondisi-kondisi pasien dengan hipovolemik akibat perdarahan juga perlu segera dilakukan.
Setelah persiapan transfusi darah dilakukan, pasien bisa diberikan transfusi packed red cells, fresh frozen plasma, dan platelet dengan perbandingan 1:1:1 atau mengikuti protokol transfusi masif yang berlaku di fasilitas kesehatan setempat.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik secara sistemik, membersihkan luka dengan irigasi menggunakan beberapa liter cairan salin normal yang diberikan dengan tekanan rendah, dan penutupan luka dengan dressing disertai pemberian obat topikal antiseptik. Luka tembak juga memerlukan profilaksis tetanus berupa pemberian tetanus imunoglobulin.
Pemberian antibiotik spektrum luas berupa sefalosporin generasi kedua seperti cefotetan atau cefuroxime disertai metronidazole direkomendasikan pada kasus-kasus luka tembak disertai fraktur terbuka. Luka harus selalu dievaluasi setiap 48 jam untuk dilakukan debridemen dan lavage. Tidak ada rekomendasi khusus terkait jenis dressing yang digunakan.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan berdasarkan lokasi anatomis dari luka tembak dan jenis kerusakan yang dialami. Tindakan pembedahan yang perlu dilakukan adalah rekonstruksi pada kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh luka tembak. Jenis rekonstruksi disesuaikan dengan derajat keparahan luka tembak dan lokasi anatomis dari luka tembak.
Secara umum, tindakan pembedahan atau operasi yang dilakukan pada kasus luka tembak adalah irigasi, debridemen dari jaringan yang sudah mengalami nekrosis, evakuasi hematoma, perbaikan tulang jika ada keterlibatan kerusakan tulang (fiksasi dari tulang yang mengalami fraktur), dan pengambilan fragmen-fragmen dari peluru yang bisa dievakuasi.
Pada kasus-kasus luka tembak yang disertai dengan sindrom kompartemen, tindakan fasiotomi perlu dilakukan. Tindakan amputasi juga bisa saja dilakukan mengikuti prinsip life before limb, yakni apabila nyawa pasien dipertaruhkan.
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri