Patofisiologi Luka Tembak
Patofisiologi luka tembak meliputi terjadinya tiga fenomena, yaitu nekrosis jaringan terlokalisir sesuai ukuran peluru, peregangan jaringan elastis yang menyebabkan kavitas sementara, serta shock wave yang dapat menyebabkan cedera jaringan.
Luka tembak terjadi saat proyektil atau peluru dari senjata api menghantam jaringan tubuh, pada saat itu terdapat tiga fenomena yang akan terjadi.
Nekrosis Jaringan Terlokalisir
Fenomena pertama adalah nekrosis jaringan yang terlokalisir dengan ukuran sesuai dengan peluru, di mana jalur peluru tersebut akan membentuk suatu kavitas yang disebut dengan kavitas permanen.
Peregangan Jaringan Elastis
Fenomena kedua terjadi saat jaringan elastis meregang, yang menyebabkan terbentuknya kavitas sementara. Peregangan pada kavitas sementara ini disebabkan oleh displacement jaringan-jaringan ke arah lateral.
Pada bagian otot rangka, pembuluh darah, dan saraf, lateral displacement secara makroskopik pada jaringan-jaringan tersebut tampak seperti trauma tumpul, namun pada jaringan yang tidak elastis seperti tulang atau hati, maka bisa terjadi fraktur.
Shock Wave
Fenomena ketiga adalah shock wave, yang merupakan tekanan dalam bentuk gelombang, yang bergerak dengan kecepatan suara yang mendahului peluru di dalam jaringan, berdurasi sangat singkat dan menghasilkan tekanan hingga 100 atm dalam magnitudo, ada beberapa studi yang mengatakan bahwa shock wave bisa menyebabkan cedera jaringan, namun ada juga yang menyatakan bahwa shock wave belum terbukti menyebabkan cedera pada jaringan tubuh.[6]
Patofisiologi Luka Tembak Berdasarkan Lokasi
Luka tembak memberikan efek yang berbeda-beda di setiap lokasi anatomis.
Kulit dan Otot
Di kulit dan otot, karena jaringan cenderung elastis, maka kavitasi dan nekrosis jaringan cukup ringan dan dapat ditoleransi dengan baik. Secara fungsional, biasanya tidak terdapat banyak gangguan pada kedua organ ini.
Struktur Neurovaskular
Struktur neurovaskular biasanya tidak terlalu terganggu akibat kavitasi dari proyektil peluru. Walau demikian, jika sampai terjadi kerusakan akibat peluru, terutama pada dinding pembuluh darah dan aksonal saraf, maka secara fungsi dapat terganggu.
Tulang
Pada tulang, karena bukan merupakan jaringan elastis, tentu akibat adanya perpindahan energi sehingga tulang dan peluru bisa mengalami fragmentasi.[3]
Hubungan antara Kerusakan Jaringan dan Luka Tembak
Kerusakan jaringan akibat luka tembak paling utama bergantung pada energi kinetik yang dihasilkan oleh peluru pada senjata api. Energi kinetik ada saat peluru masuk ke dalam tubuh dan saat peluru keluar dari tubuh.
Energi kinetik adalah massa dikali dengan kecepatan dalam kuadrat, kemudian dibagi 2. Semakin besar kecepatan peluru, semakin parah atau semakin fatal kerusakan tubuh yang diakibatkan oleh luka tembak.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri