Pendahuluan Syok Neurogenik
Syok neurogenik merupakan penyakit kegawatdaruratan berupa syok distributif yang menyebabkan penurunan tekanan darah, kegagalan perfusi, dan hipoksia jaringan. Syok neurogenik terjadi akibat hilangnya tonus otonom oleh kerusakan medula spinalis di atas level T6, tepatnya pada jalur-jalur simpatetik desenden yang menyebabkan penurunan resistensi vaskular dan vasodilatasi vaskular.
Syok neurogenik umumnya terjadi setelah cedera pada sistem saraf pusat, misalnya cedera medula spinalis atau cedera otak traumatik. Syok neurogenik berbeda dengan syok spinal, walaupun kedua istilah tersebut sering kali dianggap sama. Pada syok spinal, gangguan terjadi pada fungsi sensoris, motoris, dan refleks, berbeda dengan syok neurogenik yang justru mengalami perubahan hemodinamik.[1-3]
Penyebab syok neurogenik yang paling sering adalah kerusakan medula spinalis oleh berbagai penyebab, baik traumatik (kecelakaan) maupun nontraumatik (kelainan vaskular, tumor. infeksi, spondilosis, osteoporosis, dan kelainan prekembangan).[4,5]
Diagnosis syok neurogenik ditegakkan pada pasien dengan memerhatikan riwayat pasien yang berhubungan dengan adanya cedera medula spinalis. Selanjutnya, pasien akan menunjukkan gejala hipotensi dan bradikardia relatif. Selain itu, diagnosis syok neurogenik harus terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan syok perdarahan jika pasien memiliki riwayat trauma.[2,4]
Tata laksana syok neurogenik difokuskan dalam mengatasi penurunan resistensi vaskular sistemik yang terjadi akibat peningkatan kapasitas vena. Biasanya tata laksana dilakukan dengan pemberian cairan isotonik intravena dan vasokonstriktor untuk membantu mengatasi vasodilatasi sistemik.[2,6]