Diagnosis Syok Neurogenik
Diagnosis syok neurogenik hanya ditegakkan setelah kemungkinan syok perdarahan telah dipastikan tidak ada, sehingga syok neurogenik jarang ditegakkan pada awal penanganan pasien trauma. Selain itu, syok neurogenik sering kali dijadikan diagnosis akhir pada kasus hipotensi dan bradikardia tanpa ada penyebab yang jelas. Hingga saat ini belum ada baku emas dalam diagnosis pasti syok neurogenik.[2,8,19]
Anamnesis
Anamnesis perlu difokuskan pada riwayat penyakit yang dapat menyebabkan syok neurogenik, seperti adanya cedera medula spinalis atau cedera otak traumatik. Syok neurogenik dapat terjadi beberapa menit setelah terjadinya cedera medula spinalis atau otak. Oleh karena itu, tingkat kecurigaan yang tinggi perlu dimiliki seorang dokter untuk dapat dengan cepat mendiagnosis syok neurogenik.[2,8,19]
Riwayat penyakit lainnya yang perlu diwaspadai adalah adanya infark medula spinalis (spinal cord infarction). Kondisi ini dicurigai jika terdapat nyeri akut dan mendadak pada tulang belakang yang dapat menjalar ke perut, disertai adanya kelemahan bilateral, parestesia, dan hilangnya sensori.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah adanya ketidakmampuan untuk berkemih atau defekasi, serta defisit neurologis yang sesuai dengan tingkat terjadinya lesi. Selain itu, dokter juga harus menggali penyakit yang menjadi faktor risiko infark medula spinalis, seperti meningitis bakterial akut, abses epidural dan subdural, serta infeksi varicella, herpes simpleks, atau virus lainnya. Terdapat juga faktor risiko lainnya, seperti pembedahan aorta, injeksi untuk blok saraf foraminal, serta injeksi yang dilakukan oleh pengguna narkotika, psikotropika, atau zat adiktif lainnya (NAPZA) suntik.
Syok lain seperti syok kardiogenik juga dapat menyebabkan terjadinya syok neurogenik. Untuk itu, dokter harus menanyakan gejala atau faktor risiko yang berhubungan dengan syok lainnya, misalnya adanya kelainan jantung pada pasien.[2,8,19]
Pada kasus sindrom Guillain Barre, penurunan kondisi pasien yang disertai adanya hipotensi dan bradikardia perlu menjadi dasar kecurigaan terhadap syok neurogenik.[2,8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan syok neurogenik biasanya menunjukkan gejala utama berupa hipotensi (tekanan sistolik <100 mmHg) dan bradikardia relatif. Pada syok yang berhubungan dengan trauma, hipotensi umumnya direspons secara fisiologis dengan adanya takikardia. Sebaliknya, pada syok neurogenik, tidak terjadi respons takikardia terhadap hipotensi yang terjadi. Hal ini dikenal sebagai bradikardia relatif.
Kondisi bradikardia relatif ini dapat diperparah pada kondisi hipoksia, yang dapat terjadi pada cedera medula spinalis akibat adanya paralisis otot respiratori dan diafragma. Kondisi bradikardia juga dapat diperparah oleh kegiatan yang menyebabkan stimulasi vagal, seperti mengejan.[2,8,19]
Kulit pasien pada awal syok neurogenik dapat hangat dan kemerahan. Selanjutnya dapat terjadi hipotermia pada pasien yang disebabkan oleh vasodilatasi parah dan hilangnya panas tubuh.[2,19]
Hipertensi dapat juga terjadi pada awal syok neurogenik, sebelum diikuti oleh hipotensi. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh instabilitas sistem saraf otonom akibat terjadinya cedera medula spinalis.[2,4]
Pada kasus trauma, dokter harus mewaspadai adanya perdarahan, terutama perdarahan yang tidak kasat mata (concealed bleeding).[2,8,19]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding syok neurogenik terdiri dari syok lainnya, seperti syok kardiogenik dan syok hemorrhagik. Kemungkinan syok hemorrhagik terutama harus dipertimbangkan pada pasien trauma.[2,4,19]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang syok neurogenik terdiri dari pencitraan, pengukuran tekanan vena sentral, EKG, echocardiography, serta pemeriksaan darah.
Pencitraan
Pencitraan otak atau medula spinalis (CT Scan kepala, MRI otak) dilakukan untuk melihat adanya cedera pada medula spinalis atau otak.
Pengukuran Tekanan Vena Sentral
Pengukuran tekanan vena sentral: menggunakan kateter vena sentral, biasanya menunjukkan tekanan yang rendah oleh karena penurunan resistensi vaskular sistemik.
EKG
Elektrokardiogram (EKG): dilakukan untuk mendeteksi penyebab syok neurogenik yang berasal dari jantung, biasanya ditemukan kelainan gelombang QRS, T, dan kelainan segmen ST.
Echocardiography
Echocardiography: mendeteksi penyebab syok neurogenik yang berasal dari jantung, dapat ditemukan apical ballooning karena hipokinesis jantung akibat kelainan simpatetik.
Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah rutin, dapat ditemukan leukositosis pada kasus infeksi. Pemeriksaan serum kortisol juga dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya insufisiensi adrenal. Selain itu, kultur darah juga dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami demam untuk mengetahui penyebab infeksi yang mungkin terjadi.[1,2]