Pendahuluan Atresia Bilier
Atresia bilier adalah penyakit hati pada neonatus yang ditandai dengan obstruksi, obliterasi, serta fibrosis duktus biliaris ekstrahepatik yang progresif. Bayi dengan atresia bilier umumnya akan mengalami ikterus saat usia 3-6 minggu. Cairan empedu yang telah diproduksi tidak dapat mengalir dengan baik ke intestinal sehingga terakumulasi di hepar dan menyebabkan inflamasi hepar yang progresif, bahkan sampai dengan sirosis hepatis.
Atresia bilier dapat terjadi secara kongenital atau akibat inflamasi yang terjadi beberapa saat setelah lahir sehingga menyebabkan kerusakan duktus biliaris. Atresia bilier dapat disebabkan oleh infeksi virus, paparan zat yang bersifat toksik, dan mutasi genetik (gen CFC1). [1,2]
Neonatus dengan atresia bilier biasanya baru menunjukkan gejala khas ikterus pada usia 3-6 minggu. Gejala dapat berupa perubahan warna kulit dan sklera menjadi ikterik, feses seperti dempul, dan urine yang gelap. [3,4]
Neonatus dengan atresia bilier memiliki kadar bilirubin direk (terkonjugasi) yang abnormal saat lahir. Ultrasonografi akan menunjukkan adanya atrofi kantung empedu atau triangular cord sign pada atresia bilier. Sampai saat ini, baku emas diagnosis atresia bilier adalah dengan cholangiography intraoperasi. [5,6]
Tata laksana atresia bilier yang disarankan sampai sekarang adalah tindakan operatif, yaitu dengan pembedahan Kasai, yang bertujuan untuk memperbaiki aliran empedu ke intestinal serta memperbaiki fungsi hepar. Tanpa tindakan tersebut maka hal ini dapat berakibat fatal bagi neonatus. [3,7,8]
Komplikasi yang sering terjadi pada atresia bilier adalah sirosis hepatis, hipertensi portal, perdarahan varises esofagus, asites, dan gangguan fungsi hati. Pada keadaan ini pasien akan membutuhkan transplantasi hati. [9,10]