Etiologi Atresia Bilier
Etiologi atresia bilier sebenarnya belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, beberapa jurnal menyatakan adanya gangguan pada masa prenatal (toksin atau virus) dapat merusak duktus ekstrahepatik pada fetus saat perkembangan maupun secara genetik. Namun, pada masa prenatal, gangguan ini masih dapat dikompensasi oleh ibu. Kerusakan hepar menjadi progresif setelah lahir dengan teraktivasinya sistem imun dan autoimun yang berlebihan. [3,13]
Defek Embriogenesis dan Malformasi Duktus
Defek embriogenesis yang terjadi pada waktu tertentu pada masa embrio dapat dipicu oleh kelainan genetik (misalnya mutasi) maupun gangguan pada proses biologis pada saat organogenesis. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya reprogramming diferensiasi seluler dan berakhir pada gangguan perkembangan.
Ductal plate (pada embrio) merupakan struktur tubular bilayer yang dikelilingi mesenkim yang tebal yang dibentuk dekat vena portalis pada usia kehamilan antara 11-13 minggu. Plate ini lama-kelamaan menghilang, namun pada area tertentu akan membentuk lumen yang nantinya akan menjadi duktus biliaris. Apabila tetap persisten sampai setelah lahir, maka sinyal remodelling duktus telah dihentikan. Hal ini merupakan salah satu proses patogenesis defek perkembangan embrio yang berakhir pada atresia bilier. [4,14]
Agen Eksogen (Virus dan Toksin)
Infeksi virus dapat menjadi salah satu faktor yang berperan dalam patogenesis atresia bilier. Beberapa virus telah terdeteksi pada jaringan hepar yang mengalami kerusakan dan sisa duktus bilier atau secara tidak langsung lewat marker serologis infeksi pada pasien dengan atresia bilier. Virus yang telah terdeteksi antara lain, Cytomegalovirus (CMV), human papillomavirus (HPV), human herpes virus 6, Epstein-Barr virus, reovirus dan rotavirus.
Zani, et al telah meneliti biopsi hepar pada bayi dengan atresia bilier dan menemukan bahwa terdapat DNA Cytomegalovirus (CMV) dengan kadar IgM yang positif terhadap CMV pada pasien dengan atresia bilier. [11]
Abnormalitas Proses Inflamasi dan Autoimunitas
Sistem imun memegang peranan penting dalam terjadinya atresia bilier. Hal ini dilihat dari adanya infiltrasi sel-sel inflamatorik serta ekspresi berlebihan dari sitokin dan/atau kemokin pada pemeriksaan histopatologis jaringan hepar pada bayi yang dengan atresia bilier.
Aktivasi sistem imun seperti IFN-gamma, sel limfosit T CD4 dan CD8, interleukin, serta TNF pada atresia bilier mendukung terjadinya obstruksi duktus, dilatasi kistik fokal pada duktus ekstrahepatik, serta fibrosis hepatik yang progresif, dan kerusakan epitel. [4,14,15]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan atresia bilier meliputi abnormalitas sirkulasi fetal atau prenatal dan faktor genetik. Adanya variasi anatomik pada arteri hepatika pada pasien dengan atresia bilier, seperti hiperplasia arteri maupun hipertrofi hepar berpengaruh pada aliran darah arteri untuk mempertahankan integritas duktus biliaris.
Defek genetik pada atresia bilier biasanya berhubungan dengan defek lainnya, seperti polisplenia atau asplenia, penyakit jantung bawaan (misalnya ventricular septal defect), dan malrotasi intestinal. [4,15]