Epidemiologi Atresia Bilier
Di Indonesia, epidemiologi atresia bilier masih belum dapat diketahui dengan pasti karena belum ada data epidemiologi yang pasti. Atresia bilier merupakan indikasi operasi tersering pada kolestasis neonatal. Insidensi kolestasis neonatal di dunia mencapai 1 per 2.500 kelahiran hidup. Di antara kasus kolestasis neonatal, ditemukan sebanyak 34-42% adalah kasus atresia bilier. Atresia bilier lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan rasio 1,4:1. [8,16]
Global
Insidensi atresia bilier secara global mencapai 1 per 8.000-18.000 kelahiran hidup. Data di Amerika Serikat menunjukkan terdapat 1 kasus atresia bilier per 10.000 sampai 15.000 kelahiran hidup. Atresia bilier menjadi indikasi terbanyak transplantasi liver (32,3%) pada pediatric liver transplants pada tahun 2016. [3,8]
Indonesia
Data epidemiologi mengenai atresia bilier di Indonesia masih belum banyak dilaporkan. Namun, pada studi yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, atresia bilier merupakan penyebab kolestasis obstruktif yang tersering (>90%). Berdasarkan studi tersebut, terdapat total 60 pasien dengan atresia bilier yang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo dalam 12 tahun terakhir (tahun 1998-2009). Dari total pasien tersebut, hanya 20% pasien yang berobat pada usia kurang dari 2 bulan. [17]
Mortalitas
Mortalitas pasien dengan atresia bilier cukup tinggi apabila tidak mendapat tata laksana yang tepat. Pasien dengan atresia bilier yang tidak menerima tata laksana yang cepat dan tepat akan mengalami liver failure karena sirosis bilier, dengan rerata survival rate kurang dari 2 tahun. [18,19]