Patofisiologi Bayi Prematur
Patofisiologi bayi lahir prematur sangat multifaktorial di mana reaksi inflamasi dan efek progesteron dinilai paling berperan. Bayi yang lahir prematur sering kali mengalami berat lahir rendah atau restriksi perkembangan (IUGR) akibat gangguan plasenta.
Reaksi Inflamasi
Reaksi inflamasi pada kelahiran prematur terjadi akibat proses patogenik spesifik yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi, metaloprotease matriks, dan prostaglandin. Inflamasi yang terjadi pada jalan lahir (birth canal inflammation) menyebabkan kontraksi uterus dan perubahan serviks yang dapat memicu rupturnya kantung amnion, sehingga terjadi ketuban pecah dini (KPD) dan kelahiran prematur.[7,12,13]
Peran Progesteron
Progesteron dapat berfungsi sebagai antiinflamasi, antiabortus, dan mempertahankan matriks serviks. Konsentrasi progesteron dan PIBF menurun seiring usia gestasi mulai dari minggu ke-7 hingga ke-37 pada kehamilan normal. Pada kehamilan prematur, progesteron ditemukan lebih rendah sehingga sintesis PIBF melalui sel plasenta dan sel CD8+ juga menurun. Belum diketahui secara pasti mekanisme penyebab turunnya progesteron dan PIBF pada kelahiran prematur.[7,12,13]
Inkompetensi Serviks dan Disfungsi Plasenta
Inkompetensi serviks pada wanita hamil merupakan salah satu penyebab abortus dan kelahiran prematur. Inkompetensi serviks dapat disebabkan oleh faktor genetik, paparan diethylstilbestrol (DES), serta riwayat dilatasi dan operasi serviks. Inkompetensi serviks juga meningkatkan risiko infeksi intrauterin yang dapat mengaktifkan kaskade respons imun dan inflamasi.
Disfungsi plasenta menyebabkan sirkulasi maternal-fetal terganggu sehingga tidak dapat melakukan ekskresi, sintesis hormon untuk perkembangan bayi, dan mengalirkan nutrisi ke fetus dengan baik. Disfungsi plasenta sering kali menyebabkan berat lahir bayi rendah. Disfungsi plasenta dapat mencetuskan infeksi dan respons imunologis sehingga terjadi kehamilan prematur. Bayi yang lahir secara prematur umumnya belum mengalami perkembangan organ secara sempurna sehingga sering kali membutuhkan perawatan di NICU.[7,12,13]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri