Penatalaksanaan Bayi Prematur
Penatalaksanaan bayi prematur sangat bergantung pada kondisi bayi saat lahir di mana tidak semua bayi prematur memerlukan seluruh komponen tata laksana. Tata laksana antara satu bayi dan yang lain juga dapat berbeda-beda. Meskipun demikian, tujuan utama tata laksana pada seluruh bayi prematur baru lahir adalah mengurangi mortalitas bayi.[7-10]
Rujukan
Perawatan dengan fasilitas tertentu, seperti ruang perawatan intensif dan dokter spesialis umumnya dibutuhkan pada kelahiran prematur baik untuk maternal ataupun neonatus, khususnya bila kelahiran prematur dicetuskan oleh kondisi maternal tertentu, seperti eklamsia/preeklamsia atau korioamnionitis. Bayi prematur umumnya membutuhkan perawatan di ruang neonatal intensive care unit (NICU).[8,9,15,29]
Rujukan ke fasilitas yang memadai dapat dipertimbangkan sejak masa prenatal dengan mempertimbangkan kondisi klinis ibu dan bayi. Beberapa kondisi pasca bayi lahir yang membutuhkan rujukan ke NICU antara lain adalah:
- Bayi prematur <28 minggu dan/atau berat <1000 gram
- Bayi ketergantungan tinggi dan tidak stabil, terdapat tanda-tanda infeksi atau sepsis, respiratory distress, ikterus neonatorum
- Membutuhkan alat bantu makan atau napas
- Membutuhkan intervensi lebih lanjut untuk kondisi yang dialami, misalnya pembedahan, terapi untuk retinopati prematuritas, atau pemeriksaan lebih lanjut
Apabila terdapat tanda-tanda tersebut pemindahan neonatus harus dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompetensi. [8,9,15,29]
Stabilisasi dan Resusitasi
Stabilisasi dan resusitasi neonatus kurang bulan meliputi pencegahan dan penanganan hipotermia dan tata laksana respiratorik. Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipotermia dan gangguan respiratorik sehingga membutuhkan perhatian lebih.[7,8,10]
Termoregulasi
Hipotermia terjadi karena kehilangan panas akibat mekanisme termogenesis seperti shivering belum sempurna, luas kepala lebih besar dari luas tubuh, perkembangan kulit belum sempurna, dan proporsi air tubuh lebih banyak. Kehilangan panas dapat terjadi melalui 4 mekanisme, yaitu:
- Evaporasi: kehilangan panas akibat cairan dalam tubuh menguap melalui kulit, seperti penguapan cairan amnion segera ketika lahir, berkeringat, ataupun melalui pernapasan
- Konduksi: kehilangan panas akibat benda dingin menempel langsung pada kulit, seperti kain basah, peralatan medis yang dingin, timbangan bayi
- Radiasi: kehilangan panas akibat adanya benda dilingkungan sekitar bayi yang tidak menempel secara langsung pada kulit, misalnya dinding dingin, lemari
- Konveksi: kehilangan panas akibat aliran udara, misalnya dari jendela terbuka atau kipas[7-11]
Tanda-tanda hipotermia pada bayi prematur baru lahir antara lain adalah:
- Suhu tubuh <36°C
- Mottled skin
- Akral sianosis dan dingin
- Letargik, hipotonik
- Hipoglikemia atau hiperglikemia transien[7-11]
Hipotermia dapat menyebabkan perdarahan intraventrikel, sepsis awitan lambat, hipoglikemia, risiko skor APGAR <7, dan gangguan pernapasan pada bayi prematur sehingga termoregulasi sangat penting. Hipotermia dapat dicegah secara rutin dengan:
- Menjaga suhu ruangan paling tidak 26 derajat Celcius
- Mengeringkan bayi segera setelah lahir
- Menggunakan kain kering yang dihangatkan saat resusitasi
- Segera mengganti kain basah
- Menggunakan penghangat/infant warmer saat resusitasi
Intervensi untuk mencegah hipotermia lebih lanjut, seperti kangaroo mother care (KMC), perawatan kulit, dan penggunaan plastik juga dapat dilakukan. Target suhu tubuh pada bayi prematur baru lahir adalah 36.5–37.5°Celsius.[7-11]
Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan metode kanguru direkomendasikan untuk dilakukan secara kontinu pada bayi prematur dengan berat <2000 gram dan dimulai segera setelah bayi stabil. Apabila tidak memungkinkan dilakukan secara kontinu, maka KMC intermiten dapat dilakukan. Bayi yang tidak stabil dan bila KMC tidak mungkin untuk dilakukan, maka termoregulasi diberikan melalui inkubator atau penghangat.[7-11]
Plastik dapat digunakan untuk mencegah kehilangan panas atau heat loss pada bayi berat lahir amat sangat rendah. Penggunaan plastik umumnya dilakukan saat transpor bayi atau saat resusitasi bila diperlukan. Selain plastik, pemakaian topi, sarung tangan, dan matras hangat juga dapat dilakukan.[7-11]
Perawatan kulit juga sangat penting untuk mencegah kehilangan panas. Pemberian salep emolien dapat dilakukan. Bayi dimandikan dengan air hangat tanpa sabun, dapat diberikan pembersih kulit dengan pH netral. Apabila menggunakan povidon iodin atau alkohol untuk prosedur tertentu, harus segera dibersihkan dari kulit bayi setelah prosedur selesai dilakukan.[7-11]
Manajemen Respiratorik
Oksigenasi dengan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) melalui sungkup, CPAP (continuous positive airway pressure), atau intubasi harus sesuai dengan indikasi dan target saturasi oksigen:
- 2 menit pasca lahir = 55-75%
- 3 menit pasca lahir = 65-80%
- 4 menit pasca lahir = 70-85%
- 5 menit pasca lahir = 80-90%
- 10 menit pasca lahir = 85-95%
Kompresi dada dilakukan apabila nadi < 60x/menit dengan ventilasi adekuat. Monitor saturasi oksigen dan nadi harus terpasang.[7-11]
Oksigenasi dengan CPAP lebih direkomendasikan pada bayi prematur <30 minggu dengan respiratory distress. Masker laring direkomendasikan pada bayi prematur <34 minggu. Oksigen yang direkomendasikan adalah 30% oksigen dengan blender pada bayi prematur <32 minggu. Kadar oksigen lebih tinggi dapat diberikan bila nadi <60 kali per menit setelah 30 detik ventilasi adekuat. Terapi dimulai segera setelah diagnosis respiratory distress ditegakkan. Pemberian 100% oksigen tidak direkomendasikan.[7-11]
Terapi dengan surfaktan dapat dipertimbangkan pada bayi prematur dengan respiratory distress yang membutuhkan intubasi atau ventilator. Pemberian surfaktan sebaiknya dilakukan setelah ada gejala respiratorik dan sebelum terjadi pemburukan, umumnya dalam 2 jam pasca lahir. Pemberian surfaktan sebelum terjadi gejala respiratory distress tidak dianjurkan pada bayi prematur.[7-11]
Terapi Nutrisi dan Cairan
Bayi prematur <35 minggu belum memiliki refleks menelan yang sempurna. Motilitas usus pada bayi prematur juga sering kali menurun. Bayi-bayi prematur juga rentan mengalami hipoglikemia. Hal ini menjadikan tata laksana nutrisi, cairan, dan elektrolit sangat penting karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan neonatus. Bayi-bayi prematur umumnya memerlukan cairan dan nutrisi intravena tambahan.[7,8,10]
Cairan dan Elektrolit
Balans cairan dan elektrolit pada neonatus prematur juga sangat penting. Kebutuhan cairan dan elektrolit bayi prematur dapat berbeda-beda tergantung dari usia gestasi dan kondisi klinis yang menyertai. Secara umum, tata laksana cairan yang dapat diberikan adalah glukosa dan kristaloid dengan dosis:
- Cairan 60-80 ml/kg/hari pada neonatus yang cukup matang, sedangkan pada neonatus yang lebih prematur kebutuhan cairan dapat mencapai 100-150 ml/kg/hari
- Pemberian glukosa diberikan dengan laju infus glukosa / glucose infusion rate (GIR) 4-6 mg/kg/menit dapat dinaikkan secara gradual hingga 12 mg/kg/menit dengan target gula darah 50-110 mg/dl. Bolus intravena tambahan dapat diberikan bila terdapat hipoglikemia simtomatik atau gula darah <25 mg/dl. Pilihan glukosa yang diberikan adalah D10% atau D5% pada bayi BBLASR
- Koreksi elektrolit dilakukan bila terdapat imbalans pasca 24 jam setelah lahir dan urine output Kebutuhan elektrolit harian adalah natrium 2-3 mEq/kg/hari, kalium 1-2 mEq/kg/hari, dan kalsium 600 mg/kg/hari.
- Ekspansi volume dapat dilakukan dengan cairan kristaloid atau darah bila terdapat hipotensi dan bradikardia dengan dosis 10 ml/kg
Pemantauan berat badan dilakukan setiap 24 jam dan pemantauan elektrolit dilakukan setiap 12-24 jam.[7,8,10]
Tata Laksana Hipoglikemia
Bayi prematur dengan hipoglikemia simtomatik atau glukosa darah <25 mg/dl dapat diberikan tambahan dekstrosa 10% bolus intravena 2 mg/kg diikuti dosis rumatan dengan GIR 8 mg/kg/menit. Tanda-tanda hipoglikemia simptomatik antara lain:
- Episode sianosis
- Apnea intermiten atau takipnea
- Iritabilitas
- Stupor atau apatis
- Tremor atau konvulsi
- Menangis tinggi / high-pitched cry
- Letargis dan lemas
- Mata mendelik
Pemeriksaan gula darah diulangi setiap 20 menit kemudian setiap 60 menit hingga gula darah stabil dan gejala klinis membaik. Target gula darah adalah 50-110 mg/dl.[7,8,10]
Pemberian Nutrisi
Nutrisi pada bayi prematur dapat berbeda-beda tergantung dari kondisi klinis pasien. Kebutuhan kalori per hari bayi prematur umumnya 120–150/kg/hari. Apabila terdapat infeksi atau kondisi lain, kebutuhan kalori dapat lebih tinggi. Air susu ibu (ASI) tetap direkomendasikan sebagai sumber nutrisi utama pada bayi prematur.[7-9]
Tambahan susu formula dapat diberikan apabila ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi, terutama pada bayi BBLASR. Pemberian nutrisi dengan ASI saja sering kali tidak adekuat untuk mempertahankan pertumbuhan bayi-bayi BBLASR.[7-9]
Formula yang dapat diberikan adalah formula khusus bayi prematur dengan kandungan glukosa mudah termetabolisme (50% karbohidrat) dan rantai trigliserida sedang. Berat badan bayi harus diukur setiap 24 jam.[7-9]
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya jarang diperlukan dan hanya diberikan jika ada indikasi. Tata laksana yang sering kali diperlukan adalah obat inotropik atau epinefrin untuk bradikardia dengan cara:
Epinefrin 1:10.000 intravena dengan dosis 0.01-0.03 mg/kg atau 0.05-0.1mg/kg bila dilakukan percobaan pemasangan tuba endotrakeal
Meskipun demikian, bradikardia pada bayi prematur umumnya terjadi akibat hipoksemia dan inflasi paru yang tidak adekuat. Ventilasi dan oksigenasi yang cukup umumnya dapat memperbaiki bradikardia.[8,10]
Perawatan Pasca Stabilisasi
Transpor neonatus intra rumah sakit ataupun ke fasilitas kesehatan lain harus dilakukan pasca stabilisasi. Kriteria neonatus yang telah stabil adalah:
Sugar and Safe: gula darah stabil, bayi hangat, dan warna kulit bayi kemerahan (pink)
- Temperatur: suhu 37°C per rektal atau 36.5-37°C per aksila
Airway: jalan napas terbuka, ventilasi adekuat, saturasi baik
Blood pressure: tekanan darah stabil, nadi 120-160x/menit
- Laboratorium: gangguan metabolik teratasi
- Emosional: dukungan emosional cukup
Perawatan dan skrining lebih lanjut untuk morbiditas akibat prematuritas dapat dilakukan pasca stabilisasi dengan dokter spesialis terkait dan dilakukan sesuai indikasi. Bayi dapat dipulangkan apabila:
- Orang tua atau pengasuh mampu merawat
- Asupan kalori pasien cukup
- Bayi tetap hangat tanpa bantuan infant warmer
- Tidak apnea
- Tidak bradikardia
Kunjungan kembali ke dokter dilakukan sesuai anjuran dokter dan dapat berbeda-beda setiap bayi.[7,8,29,30]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri