Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gastroesophageal Reflux Bayi general_alomedika 2024-11-03T10:07:21+07:00 2024-11-03T10:07:21+07:00
Gastroesophageal Reflux Bayi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Gastroesophageal Reflux Bayi

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah
Share To Social Media:

Diagnosis gastroesophageal reflux (GER) dan gastroesophageal reflux disease (GERD) pada bayi dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang hanya diperlukan jika terdapat gejala atipikal, tanda bahaya atau red flag, kecurigaan terhadap diagnosis lain, kemungkinan komplikasi, atau kegagalan terapi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain endoskopi, barium study, pemantauan pH, dan multiple intraluminal impedance.[2,5,9]

Anamnesis

Pada kasus GER pada bayi, orang tua akan menyampaikan keluhan utama berupa regurgitasi, atau sering diungkapkan orang tua sebagai muntah. Pada pasien yang datang dengan gejala regurgitasi, dokter perlu mengidentifikasi apakah regurgitasi berkaitan dengan kondisi medis yang mendasari, misalnya hernia hiatus, dan apakah pasien telah mengalami komplikasi. Pada kebanyakan kasus, GER bersifat asimtomatik dan akan membaik dengan terapi konservatif.[2,9,11]

Regurgitasi

Regurgitasi bisa berjumlah sedikit seperti bercampur dengan air liur, atau yang sering disebut sebagai ngiler; atau dapat juga berupa muntah bolus atau proyektil. Keluhan dapat terjadi sejak usia awal kehidupan dan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Keluhan biasanya muncul segera atau 1‒2 jam setelah makan, saat bayi dalam posisi berbaring, atau ketika ada tekanan pada perut bayi.

Sekitar 25% bayi mengalami regurgitasi sebanyak 4 kali sehari, tetapi ada juga yang lebih dari itu. Regurgitasi akan berisi sisa makanan atau cairan yang diminum. Pada bayi berusia <6 bulan, dikarenakan diet yang diberikan masih berupa diet cair, maka regurgitasi berisi cairan susu.[2,9,11]

Keluhan Ekstraesofagus

Selain adanya regurgitasi, keluhan lain adalah iritabilitas, menangis berlebihan, nafsu makan yang buruk, menolak makanan, sering tersedak, gagal tumbuh, dan gangguan tidur. Gastroesophageal reflux disease (GERD) dapat memiliki manifestasi ekstraesofageal seperti mengi, laringitis, sinusitis rekuren, dan otitis media.[2,9,11]

Sindrom Sandifer

Pasien juga bisa mengalami sindrom Sandifer berupa distonia torsional spasmodik dengan posisi punggung melengkung, torsi leher, dan dagu terangkat. Secara teori, posisi melengkungkan punggung dan postur opistotonik yang kaku pada sindrom Sandifer dapat memberikan rasa lega atas ketidaknyamanan akibat refluks.[2,9,11]

Gejala Saluran Napas

Refluks juga dihubungkan dengan gangguan jalan napas pada bayi. Dalam anamnesis, perlu ditanyakan adanya stridor rekuren, batuk kronis, pneumonia rekuren, dan reactive airway disease. Meski demikian, keberadaan gejala ini memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab selain GERD.[2,9,11]

Riwayat Nutrisi

Riwayat nutrisi bayi juga merupakan hal yang perlu digali di anamnesis. Perlu ditanyakan apakah terdapat gangguan makan, seperti penolakan makan atau nafsu makan yang berkurang, serta apakah anak memiliki alergi makanan. Riwayat kehamilan dan persalinan perlu ditanyakan terutama apabila bayi lahir prematur.[2,9,11]

Tanda Bahaya

Keberadaan tanda bahaya atau red flag mengindikasikan kemungkinan regurgitasi disebabkan oleh masalah selain GERD. Apabila terdapat tanda bahaya, maka evaluasi lebih lanjut akan diperlukan. Tanda bahaya terkait obstruksi atau kelainan gastrointestinal:

  • Muntah bilier
  • Hematemesis atau hematochezia

  • Forceful vomiting yang berkelanjutan

  • Awitan muntah setelah usia 6 bulan
  • Konstipasi atau diare
  • Nyeri atau distensi abdomen
  • Pneumonia rekuren (berkaitan dengan fistula trakoesofageal)
  • Aspirasi (berkaitan dengan laryngotracheal cleft)

Tanda bahaya terkait penyakit sistemik atau neurologi, yaitu: 

  • Hepatosplenomegali
  • Ubun-ubun membonjol
  • Makrosefali atau mikrosefali
  • Kejang
  • Hipotonus atau hipertonus
  • Stigmata kelainan genetik
  • Infeksi kronik

Tanda bahaya lain adalah adanya gejala nonspesifik, seperti demam, infeksi saluran napas, letargi, dan penambahan berat badan yang tidak adekuat.[2,9,11,12]

Pemeriksaan Fisik

Tidak ada tanda spesifik dari GER pada bayi. Pemeriksaan fisik perlu mencakup antropometri untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan. Apabila terdapat tanda gangguan pertumbuhan, dokter perlu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain terlebih dulu sebelum menyimpulkan penyebabnya adalah GERD.

Pemeriksaan fisik lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kepala dan neurologi. Cari tanda adanya ubun-ubun membonjol, makrosefali atau mikrosefali, dan tanda kelainan neurodevelopmental.

Pada pemeriksaan toraks, auskultasi perlu dilakukan untuk menilai adanya stridor dan mengi. Pada pemeriksaan abdomen, perlu diperiksa adanya nyeri tekan, distensi abdomen, hepatosplenomegali, tanda peritoneal, dan massa.

Adanya sindrom Sandifer saat dilakukan pemeriksaan dapat menjadi petunjuk yang memperkuat diagnosis GER pada bayi. Namun, jika tidak tampak saat pemeriksaan, Sindrom Sandifer dapat digali melalui anamnesis. Sebagai catatan, Sindrom Sandifer seringkali disalahartikan sebagai tortikolis spastik.

Pada bayi yang lebih besar dan sudah tumbuh gigi, regurgitasi berlebihan dapat menyebabkan masalah gigi yang signifikan karena asam lambung dapat menimbulkan efek buruk pada email gigi. Apabila terdapat tanda-tanda kerusakan email gigi, dokter perlu mempertimbangkan rujukan ke dokter gigi. Selain itu, iritabilitas dapat mengindikasikan adanya esofagitis.[2,11]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding GER pada bayi sangatlah luas dan mencakup sistem gastrointestinal secara umum. Beberapa diagnosis banding umum yang perlu dipikirkan adalah gastroenteritis akut, alergi protein susu sapi, dan kolik infantil.[9]

Membedakan GER dengan GERD

Bayi dengan GER akan memiliki kenaikan berat badan yang normal. Gejala yang timbul juga tidak mengganggu bayi, meskipun dapat menyebabkan sedikit kesulitan saat pemberian makan. Pasien juga tidak akan mengalami gejala respiratorik atau neurobehavioral signifikan.

Pada GERD, gejala yang timbul menyebabkan kenaikan berat badan bayi terganggu. Pasien bisa mengalami disfagia, odinofagia, gagal tumbuh, iritabilitas postprandial, muntah yang berulang, dan menolak makan ataupun prolonged feeding. Pasien bisa mengalami batuk kronik, serak, serta rekurensi laringitis, sinusitis, ataupun otitis media. Pasien juga bisa mengalami apnea atau sianosis. Adanya sindrom Sandifer juga menguatkan kecurigaan terkait GERD.[3]

Gastroenteritis Akut

Gejala pada gastroenteritis akut memiliki awitan yang mendadak dan durasi gejala yang pendek. Pasien juga bisa menunjukkan tanda infeksi dan dehidrasi akibat diare dan muntah yang dialami.[3]

Alergi Protein Susu Sapi

Gejala pada alergi protein susu sapi biasanya muncul 1 minggu setelah pasien mulai mengonsumsi susu formula berbasis susu sapi. 50-60% pasien juga menunjukkan gejala atopi, serta 20-30% menunjukkan gejala respiratorik. Diagnosis dapat dilakukan dengan elimination and challenge testing.[3]

Kolik Infantil

Pasien dengan kolik infantil akan menangis tanpa penyebab yang jelas, sulit ditenangkan, tangisan bernada tinggi, serta berlangsung setidaknya 3 jam per hari dalam 3 hari seminggu dan berlangsung selama 3 minggu. Setelah episode menangis, pasien umumnya buang gas atau buang air besar.[3]

Stenosis Pilorus

Stenosis pilorus adalah kondisi yang lebih jarang ditemukan dibandingkan GER pada bayi. Stenosis pilorus adalah kondisi dimana terdapat hipertrofi pada otot polos pilorus lambung. Pada stenosis pilorus, refluks yang dialami bayi tampak membutuhkan usaha (forceful) dan memiliki frekuensi lebih sering dan bayi tampak selalu lapar. 

Stenosis pilorus dapat dibedakan dari GER melalui pencitraan seperti USG. Pada USG stenosis pilorus akan tampak adanya penebalan lebih dari 3 mm dan panjang kanal lebih dari 15 mm, dengan kurangnya pengosongan gaster dan target sign.[3]

Pemeriksaan Penunjang

Pada sebagian besar kasus, pemeriksaan penunjang tidak diperlukan untuk mendiagnosis GER  bayi. Diagnosis dapat dibuat secara klinis. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan apabila diagnosis masih diragukan, menyingkirkan diagnosis banding, atau bila terdapat kecurigaan adanya komplikasi. Baku emas untuk diagnosis penyakit GER pada bayi adalah pemantauan pH esofagus dan intraluminal esophageal electrical impedance.

pH Esofagus dan Intraluminal Esophageal Electrical Impedance

Pemantauan pH esofagus selama 24 jam telah terbukti sensitivitas dan spesifisitasnya dalam mendeteksi GER pada bayi. Pemeriksaan pH esofagus berguna untuk mendiagnosis GER pada bayi, menentukan tingkat keparahannya, menilai apakah refluks berkaitan dengan kondisi patologis ekstraesofagus, dan mengukur keberhasilan terapi.

Pemeriksaan intraluminal esophageal electrical impedance dapat mendeteksi refluks asam dan non-asam dengan cara menangkap perubahan impedansi listrik selama pergerakan bolus makanan. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk mengevaluasi GERD pada pasien dengan gejala atipikal maupun tipikal.[2,9]

Pencitraan

Pedoman klinis yang ada tidak merekomendasikan evaluasi pasien GERD menggunakan pemeriksaan kontras secara rutin. Apabila ada indikasi klinis, barium kontras dapat membantu mendeteksi adanya abnormalitas struktur anatomi seperti striktur esofagus, kompresi esofagus ekstrinsik, akalasia, stenosis pilorus, stenosis duodenum, hernia hiatus, malrotasi, dan pankreas.[8]

Manometri esofagus dapat menyelidiki tekanan yang menggambarkan fungsi dan motilitas sfingter esofagus inferior. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan diagnosis banding seperti sindrom ruminasi dan akalasia esofagus yang gejalanya mirip dengan gastroesophageal reflux bayi.[2,9]

Endoskopi dan Biopsi Esofagus

Serupa dengan prinsip evaluasi pasien dewasa, endoskopi bayi dengan GER tidak dilakukan secara rutin. Endoskopi dan biopsi esofagus dapat dipertimbangkan pada pasien dengan tanda bahaya atau gejala yang refrakter. Dalam kasus ini, endoskopi berfungsi untuk menyingkirkan kemungkinan adanya komplikasi dan menyingkirkan diagnosis banding. Pertimbangan melakukan endoskopi juga perlu mengevaluasi rasio manfaat dan risiko pada pasien, termasuk terkait anestesi.[8]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

2. Schwarz SM. Pediatric Gastroesophageal Reflux. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/930029-overview
3. Baird DC, Harker DJ, et al. Diagnosis and Treatment of Gastroesophageal Reflux in Infants and Children. Am Fam Physician. 2015 Oct 15;92(8):705-14. PMID: 26554410.
5. Sintusek P, Mutalib M, et al. Gastroesophageal reflux disease in children: What's new right now? World J Gastrointest Endosc. 2023 Mar 16;15(3):84-102.
8. Rybak A, Pesce M, Thapar N, Borrelli O. Gastro-Esophageal Reflux in Children. Int J Mol Sci. 2017;18(8):1671. doi:10.3390/ijms18081671
9. Leung AK, Hon KL. Gastroesophageal reflux in children: an updated review. Drugs Context. 2019;8:212591. doi:10.7573/dic.212591
11. Ayerbe JIG, Hauser B, et al. Diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease in infants and children: from guidelines to clinical practice. Pediatric gastroenterology, hepatology & nutrition. 2019; 22(2), 107-121.
12. Eichenwald EC. Diagnosis and management of gastroesophageal reflux in preterm infants. Pediatrics. 2018; 142(1).

Epidemiologi Gastroesophageal Re...
Penatalaksanaan Gastroesophageal...

Artikel Terkait

  • Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
    Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
  • Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
    Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
  • Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
    Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
  • Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD
    Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD
  • Makanan Alternatif untuk Pasien GERD: Menjelajahi Potensi Nasi Jagung dan Nasi Singkong
    Makanan Alternatif untuk Pasien GERD: Menjelajahi Potensi Nasi Jagung dan Nasi Singkong

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Februari 2025, 10:31
interaksi spasminal dgn metoklopramid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
alodok, apakah rasional jika memberikan terapi spasminal (antispasmodik) bersamaan dgn metoklopramid (prokinetik) untuk mengatasi dispepsia dgn keluhan...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2025, 09:11
Obat tradisional apa untuk menghilangkan asam lambung
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok saya mau bertanya obat tradisional apa untuk menghilangkan asam lambung?
dr. Meva Nareza T
Dibalas 18 Februari 2025, 14:46
Makanan Alternatif untuk Pasien GERD - Artikel ALOMEDIKA
Oleh: dr. Meva Nareza T
4 Balasan
ALO Dokter!Modifikasi pola makan merupakan langkah krusial dalam tata laksana GERD. Sebagai dokter, penting bagi kita untuk mengedukasi pasien tentang jadwal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.