Etiologi Gastroschisis
Etiologi definitif gastroschisis masih kontroversial, tetapi diduga merupakan gabungan faktor genetik seperti intercellular adhesion molecule 1 (ICAM 1) dan lingkungan, seperti konsumsi obat saat kehamilan.[24]
Faktor Genetik
Meskipun penyebab gastroschisis bersifat multifaktorial, insiden gastroschisis pada bayi kembar menunjukkan adanya peran faktor herediter dan pola penurunan autosomal. Selain itu, persentase rekurensi gastroschisis pada saudara kandung sebesar 3–5%.
Beberapa gen yang diduga berperan dalam kejadian gastroschisis adalah mutasi intercellular adhesion molecule 1 (ICAM1), nitric oxide synthase 3 (NOS3), dan natriuretic peptide A (NPPA).[1,8,9,24]
Faktor Lingkungan
Risiko gastroschisis meningkat pada ibu yang mengonsumsi obat vasoaktif seperti pseudoefedrin, aspirin, kokain, dan ibuprofen. Ibu yang merokok, minum alkohol, dan dengan riwayat infeksi saluran kemih juga diduga berhubungan dengan kejadian gastroschisis.[8,10]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan pada gastroschisis, antara lain:
- Usia kehamilan muda maupun nuliparitas
- Merokok
- Alkohol
- Pendidikan ibu rendah maupun status sosio-ekonomi rendah
- Lebih dari satu kali aborsi elektif
- Jarak yang pendek antara menarche dan kehamilan pertama
- Indeks massa tubuh (IMT) kehamilan rendah
- Infeksi saluran kemih/ISK[8,10]
Penelitian di Eropa menunjukan bahwa anak dari ibu yang berusia <20 tahun memiliki risiko 7 kali lebih besar untuk mengalami gastroschisis dibandingkan ibu usia 25–29 tahun, dan memiliki risiko 2,4 kali lebih besar pada ibu usia 21–24 tahun.
Sedangkan ibu dengan ISK memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk memiliki bayi dengan gastroschisis. Pada studi ini, didapatkan bahwa 43% ibu dengan bayi yang memiliki gastroschisis terinfeksi dengan Chlamydia trachomatis.[11,12]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli