Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Intoleransi Makanan general_alomedika 2024-01-31T15:19:40+07:00 2024-01-31T15:19:40+07:00
Intoleransi Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Intoleransi Makanan

Oleh :
dr. William Sumoro
Share To Social Media:

Intoleransi makanan adalah kondisi dimana pasien tidak dapat mencerna suatu zat dari makanan atau minuman tertentu, misalnya susu. Intoleransi makanan didasari pada suatu reaksi non-imun terhadap makanan yang pada kondisi normal dapat ditoleransi. Gangguan ini diperkirakan terjadi hingga 20% dari populasi.[1]

Intoleransi makanan biasanya terjadi karena sensitivitas terhadap suatu makanan tertentu atau defisiensi enzim tertentu. Makanan yang dapat menyebabkan intoleransi antara lain yang mengandung FODMAP (fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, and polyols), gandum, histamin, laktosa, bahan aditif, dan bahan kimia makanan bioaktif.[1,2]

Intoleransi Laktosa-min

Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi makanan adalah kembung, nyeri perut, diare, sakit kepala, ruam kulit, dan asthenia. Intoleransi makanan biasanya terjadi pada penderita irritable bowel syndrome (IBS) dan gangguan gastrointestinal fungsional lainnya.[1-3]

Intoleransi makanan perlu dibedakan dengan alergi makanan. Intoleransi makanan melibatkan sistem pencernaan, jumlah makanan berhubungan langsung dengan derajat keparahan (dose dependent), dan satu makanan yang sama menyebabkan gejala yang sama pada setiap paparan. Di sisi lain, alergi makanan melibatkan reaksi sistem imun yang dimediasi imunoglobulin E (IgE). Makanan yang menimbulkan alergi jika tertelan dalam jumlah kecil dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat mengancam jiwa.[1,2]

Hingga saat ini, belum ada pemeriksaan biomarker yang dapat memastikan diagnosis intoleransi makanan. Hal inilah yang menyulitkan penegakan diagnosis dan pelaksanaan penelitian di lapangan. Pemeriksaan dengan pendekatan food diary dan rechallenge  dapat digunakan untuk memastikan apakah gejala akan muncul kembali setelah diberikan makanan serupa.[1,3]

Eksklusi makanan yang diduga menyebabkan intoleransi merupakan langkah terapi utama. Namun, perlu diperhatikan bahwa eksklusi makanan dalam jangka panjang dapat menyebabkan malnutrisi, terutama pada anak. Penanganan diare atau gangguan elektrolit akibat intoleransi makanan bersifat suportif sesuai dengan gejala yang muncul.[3,4]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Turnbull JL, Adams HN, Gorard DA. Review article: the diagnosis and management of food allergy and food intolerances. Aliment Pharmacol Ther. 2015; 41:3-25
2. Nasr IH, Al Wahshi H. Food intolerance vs food allergy. J Integr Food Sci Nutr. 2017;1(1):1-3
3. Boyce JA, Assa’ad A, Burks AW, et al. Guidelines for the diagnosis and management of food allergy in the United States: report of the NIAID sponsored expert panel. J Allergy Clin Immunol 2010; 126: S1–58
4. Turner PJ, Kemp AS. Intolerance to food additives – does it exist?. Journal of Pediatric and Child Health. 2010; 48:E10-E14
5. Lomer MC, Parkes GC, Sanderson JD. Review article: lactose intolerance in clinical practice–myths and realities. Aliment Pharmacol Ther 2008; 27: 93–103

Patofisiologi Intoleransi Makanan

Artikel Terkait

  • Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
    Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 20 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 19 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.