Etiologi Intoleransi Makanan
Etiologi intoleransi makanan yang umum ditemukan adalah intoleransi makanan terhadap FODMAP (fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, and polyols), gandum, histamin, serta aditif makanan dan bahan kimia.
Intoleransi Makanan FODMAP
Kelompok makanan FODMAP ini tidak banyak diabsorbsi oleh tubuh sehingga akan menumpuk di kolon dan difermentasi oleh bakteri usus, menghasilkan gas dan menyebabkan gejala-gejala intoleransi makanan.[1,3]
Oligosakarida
Oligosakarida (fruktan dan galakto-oligosakarida) dapat menyebabkan intoleransi makanan jika tidak ada enzim hidrolase untuk memecah oligosakarida di usus halus sehingga bakteri kolon memfermentasi oligosakarida dan menghasilkan gas. Sumber makanan oligosakarida adalah gandum, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, kacang-kacangan, dan biji-bijian.[1,3,9]
Disakarida
Intoleransi disakarida yang paling sering adalah intoleransi laktosa. Ini terjadi karena defisiensi enzim laktase. Laktosa yang tidak diserap menyebabkan tingkat osmosis yang tinggi di dalam usus halus sehingga menarik air dan difermentasi menghasilkan gas.[1,3,9]
Monosakarida
Intoleransi monosakarida yang paling sering terjadi adalah akibat kelebihan fruktosa, seperti yang ada di apel, pir, dan mangga.[1,3,9]
Polyol
Intoleransi polyol yang sering ditemukan adalah terhadap sorbitol, manitol, dan silitol. Contoh makanan yang tinggi zat tersebut adalah plum, jamur, kembang kol, dan alpukat.[1,3,9]
Intoleransi Makanan Gandum
Intoleransi terhadap gandum disebabkan oleh fraksi protein dan karbohidrat. Gluten adalah protein penyimpanan utama gandum yang terdiri dari ratusan protein terkait namun berbeda, terutama gliadin dan glutenin. Protein dengan berat molekul rendah lainnya yang ditemukan dalam gandum dan sereal adalah α-amylase/trypsin inhibitors (ATIs), serta aglutinin lektin bibit gandum.[1,3]
Intoleransi Makanan Histamin
Histamin merupakan amina biogenik yang juga ada di dalam tubuh manusia sendiri namun juga dapat ditemukan di berbagai jenis makanan. makanan yang difermentasi, buah sitrus, alpukat, dan daging olahan.[1,3,5]
Intoleransi Bahan Aditif
Bahan aditif juga dapat menimbulkan intoleransi makanan. Aditif makanan digunakan terutama untuk mengawetkan makanan dan meningkatkan rasa dan penampilannya. Contoh bahan aditif yang menimbulkan intoleransi adalah pewarna makanan, bahan pengawet, bahan pengemulsi, bahan penambah rasa, bahan pengental, humektan, dan agen pengeras.[1,3]
Tabel 2. Bahan Kimia Makanan dan Sumbernya
Bahan Kimia Makanan | Sumber Makanan | |
Bahan kimia alami | Amin | Keju, coklat, pisang, daging ham, ikan |
Glutamat | Tomat | |
Salisilat | Apel, tomat | |
Bahan kimia tambahan | Antioksidan | Minyak makan, margarin |
Benzoat | Minuman bersoda | |
Pewarna | Permen, jeli | |
Monosodium glutamat | Penyedap dan penguat rasa | |
Nitrat | Daging olahan | |
Propionat | Roti | |
Asam sorbat | Keju olahan | |
Sulfit | Minuman soda, buah yang dikeringkan |
Sumber: dr. William Sumoro, Alomedika, 2023.[1]
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko terkait intoleransi makanan, terutama intoleransi laktosa. Prematuritas merupakan salah satu faktor risiko defisiensi laktase primer. Populasi Asia, termasuk Indonesia, juga dilaporkan lebih berisiko mengalami defisiensi laktase primer.
Kondisi lain yang menjadi faktor risiko intoleransi laktosa adalah malnutrisi berat dan adanya penyakit gastrointestinal kronik seperti gastroesophageal reflux disease (GERD), konstipasi fungsional, irritable bowel syndrome, dan sindrom malabsorpsi. Malnutrisi berat dapat menyebabkan atrofi ada vili-vili usus.[1,3,5,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta