Edukasi dan Promosi Kesehatan Intoleransi Makanan
Edukasi dan promosi kesehatan pada intoleransi makanan berfokus pada menghindari makanan yang dicurigai menyebabkan gejala intoleransi. Setelah toleransi pasien diukur, sampaikan bahwa konsumsi bisa dilakukan dalam jumlah terbatas sesuai kemampuan pasien agar tidak menyebabkan malnutrisi.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dimulai dengan memberikan penjelasan mengenai apa itu intoleransi makanan dan perbedaannya dengan alergi makanan. Perbedaan antara intoleransi makanan dengan alergi makanan perlu dipahami secara benar oleh pasien dan keluarganya. Reaksi yang ditimbulkan oleh keduanya memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Selain itu, cara penanganan intoleransi makanan dan alergi makanan juga perlu dimengerti oleh pasien dan keluarganya.[2]
Intoleransi makanan juga tidak selalu diartikan bahwa pasien tidak boleh sama sekali mengonsumsi makanan tersebut. Pada beberapa kasus, pasien tetap dapat mengonsumsi makanan tersebut sampai batas tertentu. Untuk menentukan apakah pasien mengalami intoleransi makanan, pasien dapat diedukasi mengenai pembuatan food diary atau melakukan food challenge test.[1,2,17]
Setelah ditetapkan bahwa pasien mengalami intoleransi, pasien perlu diedukasi mengenai diet eksklusi terhadap makanan yang dicurigai menimbulkan gejala intoleransi. Selain itu, pasien juga perlu diberitahu mengenai jenis-jenis makanan yang harus dihindari atau dikurangi pada masing-masing diet.
Lakukan juga edukasi untuk membantu pasien mencari alternatif lain untuk mendapatkan kandungan yang terdapat pada makanan yang perlu dihindari. Sebagai contoh, untuk tetap mendapatkan asupan kalsium dan vitamin D, pasien dapat dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D.[1,3]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Identifikasi makanan yang memicu terjadinya intoleransi adalah langkah pencegahan dan pengendalian penyakit yang utama pada intoleransi makanan. Pembuatan food diary dapat membantu mengerucutkan kemungkinan makanan penyebab intoleransi makanan. Food challenge juga dapat membantu identifikasi penyebab intoleransi.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta