Etiologi Nokturnal Enuresis
Etiologi nokturnal enuresis atau nocturnal enuresis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga bersifat multifaktorial dengan kontribusi faktor genetik dan komorbiditas yang kuat. Nokturnal enuresis atau ngompol dipercaya dipengaruhi oleh faktor genetik, psikologis, dan lingkungan. Beberapa komorbiditas yang telah dilaporkan adalah konstipasi, obstruksi uretra, sistitis, diabetes insipidus, ureter ektopik, overactive bladder, dan neurogenic bladder.[3,6,8,9]
Faktor Genetik
Faktor genetik diduga memiliki peran penting dalam perkembangan nokturnal enuresis, dimana studi mengindikasikan bahwa kondisi ini dapat diturunkan secara autosomal dominan. Risiko terjadinya nokturnal enuresis pada anak tanpa adanya riwayat keluarga adalah 15%.
Bila terdapat riwayat enuresis pada salah satu orang tua, maka risiko meningkat menjadi 44%; dan bila kedua orang tua memiliki riwayat enuresis, maka risiko meningkat menjadi 77%. Pada enuresis sekunder, 50% dari kasus memiliki riwayat enuresis pada keluarganya.[2,4,10]
Gangguan Tidur
Gangguan tidur juga dikaitkan dengan risiko terjadinya nokturnal enuresis. Mendengkur atau sleep apnea karena hipertrofi adenotonsillar dapat menyebabkan peningkatan ambang rangsang untuk bangun dari tidur. Hal ini karena adanya stimulus yang terus menerus dihasilkan dari obstruksi saluran napas. Ambang rangsang yang tinggi untuk bangun menyebabkan anak kesulitan untuk bangun dari tidur dan mengosongkan kandung kemihnya pada malam hari.[11,12]
Faktor Psikososial
Faktor psikososial juga turut mempengaruhi terjadinya nokturnal enuresis. Akan tetapi, belum diketahui pasti peran psikososial sebagai penyebab dan faktor risiko atau sebagai akibat dari kondisi nokturnal enuresis. Masalah perilaku dan emosional pada anak-anak usia dini telah dilaporkan sebagai faktor risiko untuk enuresis di usia sekolah. Hal ini meliputi kesulitan beradaptasi, mood negatif, hiperaktivitas, dan kurangnya perilaku prososial.
Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak dengan enuresis memiliki risiko 2,88 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dibandingkan pada anak tanpa enuresis. Begitu juga sebaliknya, anak-anak dengan ADHD memiliki risiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami enuresis.
Nokturnal enuresis dan ADHD juga dikatakan berkaitan dengan keterlambatan perkembangan sistem saraf pusat. Pada beberapa studi juga ditemukan adanya insidensi yang lebih tinggi terjadinya keterlambatan dalam kemampuan berbahasa dan motorik pada populasi anak dengan enuresis.[8,10,11,13]
Pengaruh Berat Badan
Nokturnal enuresis lebih umum terjadi pada anak-anak yang obesitas dibandingkan dengan anak dengan berat badan yang normal. Studi di Cina menunjukkan bahwa anak obesitas memiliki risiko 2 kali lebih tinggi untuk mengalami enuresis berat, yaitu frekuensi enuresis sebanyak 5‒6 kali dalam 1 minggu.
Hal ini mungkin berkaitan dengan kondisi komorbid yang sering terjadi pada anak dengan obesitas yaitu obstructive sleep apnea dan diabetes mellitus. Selain itu, obesitas berkaitan dengan meningkatnya tekanan intraabdomen yang dapat menurunkan kapasitas fungsional dari kandung kemih.[5,10,14]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini