Patofisiologi Nokturnal Enuresis
Patofisiologi nokturnal enuresis atau nocturnal enuresis dikaitkan dengan beberapa mekanisme, antara lain nokturnal poliuria, disfungsi kandung kemih, dan gangguan pada mekanisme bangun tidur. Secara umum, nokturnal enuresis atau ngompol merupakan kondisi yang heterogen dan multifaktorial.[2,5,6]
Gangguan Mekanisme Bangun Tidur
Pasien anak dengan nokturnal enuresis memiliki pola tidur yang dalam dan cenderung lebih sulit untuk bangun. Ketika produksi urine sudah melebihi kapasitas fungsional dari kandung kemih dan anak tidak terbangun oleh sinyal tersebut, maka enuresis akan terjadi.
Gangguan pada mekanisme bangun tidur berperan dalam patofisiologi nokturnal enuresis, dimana pengisian kandung kemih dan kontraksi detrusor merupakan sinyal yang kuat untuk menstimulasi bangun tidur tetapi mekanisme tersebut tidak berjalan semestinya. Kesulitan untuk bangun dari tidur ini dapat terjadi karena gangguan pada koordinasi tidur yang mungkin melibatkan disfungsi pada batang otak.[2,5,6]
Nokturnal Poliuria
Pada beberapa kasus nokturnal enuresis, terdapat gangguan ritme diurnal dari sekresi vasopresin yang lebih sedikit di malam hari. Hal ini menyebabkan terjadinya nokturnal poliuria, yaitu kondisi meningkatnya produksi urine pada malam hari yang melebihi kapasitas kandung kemih sehingga enuresis dapat terjadi.
Asupan cairan juga dapat mempengaruhi mekanisme patofisiologi ini, sehingga perlu ditanyakan lebih lanjut pada pasien dan keluarganya mengenai kebiasaan dan riwayat asupan cairan pada pasien terutama pada malam hari.[2,3,5]
Disfungsi Kandung Kemih
Disfungsi kandung kemih umum terjadi pada pasien yang juga mengalami inkontinensia urine di siang hari. Disfungsi dapat berupa kapasitas fungsional kandung kemih yang berkurang atau hiperaktivitas dari kandung kemih.
Hiperaktivitas kandung kemih juga berperan dalam menyebabkan gangguan mekanisme bangun tidur, dimana stimulus yang dihasilkan oleh kandung kemih secara terus-menerus menyebabkan tubuh berhenti untuk merespon dan tidak terbangun dari tidur sehingga enuresis terjadi.[3,6,7]
Klasifikasi Nokturnal Enuresis
Nokturnal enuresis dapat diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder berdasarkan periode kontinensia. Enuresis primer adalah kondisi ketika pasien mengalami inkontinensia paling tidak selama 6 bulan dan tidak pernah mengalami periode kontinensia, sedangkan enuresis sekunder adalah kondisi relaps setelah periode kontinensia paling tidak selama 6 bulan.
Berdasarkan gejalanya, nokturnal enuresis dapat diklasifikasikan menjadi monosymptomatic (MNE) dan non monosymptomatic (NMNE). Pada MNE, pasien tidak memiliki gejala disfungsi pada saluran kemih bawah dan volume urine saat buang air umumnya dalam batas normal. Pasien dengan NMNE memiliki gejala saluran kemih bawah seperti inkontinensia pada siang hari, urgensi, frekuensi buang air kecil yang meningkat atau menurun, dan manuver menahan buang air kecil.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini