Diagnosis Omfalitis
Diagnosis omfalitis dapat ditegakkan secara klinis dengan melihat tanda inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, namun kultur bakteri bisa dipertimbangkan untuk mengetahui etiologi.
Anamnesis
Pada alloanamnesis dengan orangtua pasien, akan didapatkan keluhan perubahan warna atau keluar nanah dari pangkal tali pusat. Jika infeksi meluas ke jaringan yang lebih dalam atau meluas ke sistemik, maka akan muncul gejala yang lebih berat seperti demam, tidak mau minum, iritabel, dan letargi.
Pada anamnesis, perlu ditanyakan juga faktor risiko omfalitis seperti tempat persalinan, penyulit saat kehamilan dan persalinan (seperti ketuban pecah dini), serta cara perawatan tali pusat. Selain itu, untuk mendeteksi adanya kelainan anatomi pada bayi, perlu ditanyakan apakah terdapat feses atau urin yang keluar dari tali pusat.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat atau jaringan sekitarnya. Pada infeksi yang telah berlanjut dapat ditemukan adanya nanah, perdarahan, dan bau yang tidak enak dari tali pusat.
Infeksi dapat meluas ke jaringan di sekitar umbilikus dan menunjukkan tanda seperti ekimosis periumbilikal, bullae, tidak adanya bising usus, distensi abdomen, atau dinding abdomen yang mengeras saat perabaan.
Selain pemeriksaan status lokalis, pemeriksaan sistemik juga perlu dilakukan untuk menentukan apakah infeksi sudah meluas hingga menimbulkan bakteremia. Tanda sistemik yang perlu diperhatikan adalah:
- Iritabilitas, tidak mau minum, dan letargi
- Demam atau hipotermi
- Takikardi, hipotensi, perfusi yang buruk atau perlambatan pengisian kapiler
- Takipneu, dispneu (merintih, gasping, retraksi interkosta, atau napas cuping hidung, atau apneu
- Kulit menjadi kuning atau biru keabuan[1-4]
Derajat Keparahan Omfalitis
Melalui pemeriksaan fisik, kita dapat membagi omfalitis berdasarkan tingkat keparahannya:
- Derajat I (hanya terbatas di tali pusat): tali pusat tampak meradang, dapat tercium bau yang tidak enak dengan atau tanpa eksudat purulen
- Derajat II (disertai selulitis abdomen): eritema di sekitar umbilikus disertai peradangan superfisial
- Derajat III (disertai dengan gejala sistemik): omfalitis derajat I atau II dengan tanda sistemik seperti demam, takikardi, sulit makan, atau letargi
- Derajat IV (disertai fasciitis): tali pusat telah mengalami nekrosis disertai dengan ekimosis periumbilikal, bulae krepitus, dan bukti adanya keterlibatan fascia superfisial maupun dalam[19]
Diagnosis Banding
Pada umumnya, omfalitis mudah dikenali melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Akan tetapi, perlu diperhatikan apakah infeksi masih bersifat lokal atau sudah melibatkan jaringan di sekitarnya seperti fascia, otot, abdomen, maupun sistemik.[1]
Selain menilai luas infeksi, penilaian terhadap kelainan anatomi yang diduga dapat mendasari infeksi juga perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa kelainan anatomi yang mungkin ditemukan:
- Urakus paten: terbentuknya hubungan antara kandung kemih dengan umbilikus
- Sisa struktur urakal: jalur urakal yang terputus dengan tidak sempurna akan menimbulkan kista urakal di kemudian hari
Granuloma umbilikal: jaringan granulasi berlebih yang ditemukan di pangkal tali pusat, biasanya terbentuk setelah tali pusat lepas[1,20,21]
Omfalitis juga dapat menjadi gejala awal adanya kelainan imunologi pada pasien seperti leukocyte adhesion deficiency (LAD), neutropenia kongenital, atau neutropenia aloimun neonatal. LAD merupakan gangguan imunologi yang paling sering bermanifestasi sebagai omfalitis atau perlambatan putusnya tali pusat. Selain omfalitis, LAD juga ditandai dengan leukositosis dan infeksi berulang.[12]
Gangguan neutrofil seperti neutropenia kongenital dan neutropenia aloimun neonatal merupakan kondisi yang juga bisa bermanifestasi sebagai omfalitis, infeksi kutan lainnya, meningitis, pneumonia, dan sepsis. Neutropenia kongenital merupakan kelainan heterozigot sedangkan neutropenia aloimun neonatal merupakan proses penghancuran neutrofil oleh IgG ibu saat masih di dalam kandungan.[13,14]
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami gejala ringan, umumnya pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan. Namun, jika dicurigai terjadi komplikasi, pemeriksaan penunjang bisa dilakukan (misalnya untuk mendeteksi sepsis).
Pemeriksaan Darah
Pada infeksi sistemik berat, pemeriksaan darah dilakukan untuk mendeteksi terjadinya sepsis pada neonatus. Berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan:
- Analisis gas darah: Ditemukannya asidosis merupakan prediktor prognosis yang buruk pada pasien
- Koagulasi: Pemeriksaan koagulasi yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan prothrombin time,activated partial thromboplastin time, fibrinogen, dan D-dimer. Ditemukannya kondisi koagulopati merupakan prediktor prognosis yang buruk dan mengindikasikan terjadinya proses disseminated intravascular coagulation (DIC)
- Protein fase akut: Dua protein fase akut yang sering dapat diperiksa adalah protein reaktif C dan prokalsitonin. Keduanya akan meningkat saat terjadi inflamasi, namun prokalsitonin lebih spesifik untuk infeksi bakteri
- Elektrolit dan gula darah: Pemeriksaan elektrolit mencakup pemeriksaan natrium, kalium, klorida, kalsium, dan magnesium. Hipokalsemia dan atau hipoglikemia merupakan indikator prognosis yang lebih buruk
- Kultur: kultur jarang diperlukan, tetapi dapat dipertimbangkan jika pasien tidak respon dengan antibiotik empiris[5,22]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi umumnya dilakukan untuk mengeksklusi adanya gangguan anatomi atau keterlibatan struktur lain yang lebih dalam. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain rontgen abdomen, USG, dan CT scan.[1-4]
Pemeriksaan rontgen abdomen dapat membantu visualisasi gas di dalam abdomen akibat inflamasi yang meluas ke fascia atau peritoneum. Pemeriksaan USG dapat menilai kelainan pada umbilikus serta kelainan anatomi yang mendasari terjadinya omfalitis. Pasien dengan omfalitis akan menunjukkan gambaran umbilikus yang hipoekoik pada 90,7% kasus. Selain itu, umbilikus akan tampak membesar dan disertai dengan peningkatan vaskularisasi yang terlihat melalui Doppler. Kelainan anatomi yang biasanya ditemukan pada omfalitis adalah sisa strukur urakal dan sisa duktus omfalomesenterik.[23]
Pemeriksaan CT scan digunakan untuk melihat kelainan pada struktur abdomen yang lebih dalam seperti otot dan fascia. CT scan juga dapat melihat adanya kelainan anatomi yang menyebabkan inflamasi pada umbilikus.[1-4]