Epidemiologi Sindrom Reye
Secara epidemiologi, angka kejadian sindrom Reye mencapai puncak sebelum tahun 1980. Setelah itu, angka kejadian menurun secara drastis karena muncul anjuran di beberapa negara untuk menghentikan pemberian aspirin kepada anak-anak. Insiden sindrom Reye terutama terjadi pada anak berusia 5–14 tahun (usia rata-rata 7 tahun) dengan 13,5% kasus terjadi pada anak berusia <1 tahun.[1,2]
Global
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan puncak kejadian sindrom Reye di Amerika Serikat pada tahun 1979-1980 yang mencapai 555 kasus. Selama 30 November 1997 hingga 1 Desember 1980 dilaporkan ada 1207 kasus sindrom Reye pada pasien usia <18 tahun. Selama periode tersebut, insidensi sindrom Reye mencapai 0,15–0,88 kasus per 100.000 anak per tahun.[2]
Setelah tahun 1980, angka kejadian sindrom Reye menurun secara drastis. Antara tahun 1985-1986, dilaporkan sekitar 100 kasus per tahun. Antara 1987-1993, tercatat 36 kasus per tahun dengan kisaran antara 0,03–0,06 kasus per 100.000 anak per tahun. Sejak tahun 1994, hanya <2 kasus yang dilaporkan dan setelahnya CDC tidak lagi mewajibkan pelaporan kasus sindrom Reye karena jumlahnya menurun drastis.[2]
Berdasarkan data surveilans yang dilakukan oleh CDC, insiden sindrom Reye terutama terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun (usia rata-rata 7 tahun), dengan 13,5% kasus terjadi pada anak usia <1 tahun. Sindrom Reye jarang terjadi pada neonatus atau pada anak berusia >18 tahun. Jenis kelamin tidak menjadi faktor risiko sindrom Reye.[1,2]
Indonesia
Data epidemiologi sindrom Reye di Indonesia belum ada.
Mortalitas
Angka mortalitas sindrom Reye telah menurun dari 60% menjadi sekitar 20% dengan adanya deteksi yang cepat serta penatalaksanaan yang agresif.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini