Etiologi Sindrom Reye
Etiologi sindrom Reye meliputi infeksi virus, seperti virus influenza, virus varicella-zoster, dan virus parainfluenza. Selain itu, etiologi sindrom Reye juga dapat berupa penggunaan obat, seperti salisilat, paracetamol, atau obat antiinflamasi nonsteroid tertentu, serta toksin.
Etiologi
Sindrom Reye dapat disebabkan oleh infeksi virus, penggunaan obat-obatan, atau toksin.
Patogen Virus
Hasil pemantauan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) antara tahun 1980 hingga 1997 menunjukkan bahwa 73% kasus sindrom Reye didahului oleh infeksi virus influenza, 21% oleh infeksi varicella, dan 14% oleh infeksi gastroenteritis. Sindrom Reye juga dapat disebabkan oleh infeksi virus lain seperti coxsackie, parainfluenza, Epstein-Barr (EBV), cytomegalovirus (CMV), adenovirus dan hepatitis.
Meskipun jarang, beberapa patogen bakteri seperti Chlamydia, Bordetella pertussis, Mycoplasma, dan Shigella juga dapat menyebabkan sindrom Reye.[1,2]
Salisilat
Hubungan antara sindrom Reye dengan penggunaan salisilat, terutama aspirin, telah lama dipelajari di seluruh dunia. Meskipun kurang dari 0,1% anak yang menggunakan aspirin dilaporkan mengalami sindrom Reye, lebih dari 80% anak yang terdiagnosa sindrom Reye memiliki riwayat konsumsi aspirin dalam 3 minggu terakhir.
Pada tahun 1980, muncul rekomendasi untuk menghindari penggunaan aspirin pada anak karena hal ini. Pembatasan ini memberikan dampak penurunan jumlah laporan kasus sindrom Reye secara drastis.[1,2]
Obat Lainnya
Paracetamol, tetrasiklin produksi lama, asam valproat, warfarin, zidovudin didanosin, dan beberapa obat neoplastik mungkin berkaitan dengan sindrom Reye atau Reye-like syndrome. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti natrium diklofenak dan asam mefenamat, juga diduga dapat memicu sindrom Reye atau memperburuk kondisi sindrom Reye.[2]
Toksin
Sindrom Reye dan Reye-like syndrome juga dapat berkaitan dengan penggunaan insektisida, herbisida, aflatoksin, alkohol isopropil, paint thinner, margosa oil, jamur hepatotoksik, dan medikasi herbal dengan atractyloside. Selain itu, toksin Bacillus cereus cereulide juga pernah dilaporkan menginduksi kejadian sindrom Reye.[2]
Faktor Risiko
Faktor risiko sindrom Reye adalah penyakit yang memerlukan pengobatan asam asetilsalisilat jangka panjang, contohnya penyakit Kawasaki. Selain itu, risiko juga lebih tinggi pada pasien yang memiliki inborn errors of metabolism (IEM), seperti kelainan oksidasi asam lemak, kelainan siklus urea, amino and organic acidopathies, dan defisiensi carnitine primer. Pasien yang pernah mengalami sindrom Reye juga memiliki risiko lebih tinggi.[2,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini