Diagnosis Fraktur Mandibula
Diagnosis fraktur mandibula terutama dari keluhan pasien, yaitu nyeri area mandibula, wajah yang tidak simetris, gangguan mengunyah, dan anestesi pada bibir bawah. Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan range of motion (ROM) mandibula. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu X-ray dan CT-Scan.
Anamnesis
Keluhan pasien umumnya adalah nyeri di area mandibula, wajah asimetris/deformitas, disfagia, maloklusi, trismus, dan anestesi pada bibir bawah. Anamnesis utama berikutnya adalah riwayat trauma pada maksilofasial, di mana mekanisme dan penyebab fraktur harus ditanyakan dengan jelas agar diketahui kemungkinan area mandibula yang mengalami fraktur.[4,5,18]
Pemeriksaan Maloklusi
Cara termudah untuk mengetahui maloklusi adalah dengan menanyakan pasien dapat menggigit dengan normal atau tidak. Gigitan yang normal adalah gigi maksila berada lebih dekat ke arah labial atau buccal dibandingkan gigi mandibula. Sedangkan gigitan yang tidak normal jika gigi maksila bagian anterior atau posterior lebih dekat ke arah lidah.[5]
Selain itu, maloklusi juga bisa dinilai dari lokasi gigi maksila terhadap gigi mandibula. Keadaan yang normal adalah gigi maksila anterior lebih maju 2−3 mm dari gigi mandibular. Jika jarak lebih atau kurang dari keadaan normal, maka mandibula mengalami maloklusi. [5]
Intervensi bedah dapat dipertimbangkan berdasarkan adanya maloklusi. Jika maloklusi tidak dapat dinilai dari anamnesis akibat pasien tidak sadar, tidak mampu berkomunikasi, atau terintubasi, maka penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan riwayat rekam medis dental pasien.[5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik fraktur mandibula harus dimulai dengan penilaian kestabilan airway, breathing, dan circulation. Pada trauma kepala, termasuk bagian wajah, harus dipastikan tidak terdapat sumbatan jalan napas. Selain itu, perhatikan adanya perdarahan masif, trauma cervical, dan trauma intrakranial.[5]
Setelah kondisi kedaruratan teratasi, penilaian fraktur mandibula dilakukan dengan inspeksi, palpasi, sensasi, dan range of motion (ROM).[5]
Inspeksi
Tanda fraktur mandibula yaitu ekimosis pada dasar mulut. Adanya laserasi intraoral, kerusakan jaringan lunak, dan hematoma pada area fraktur dapat meningkatkan risiko infeksi. [5]
Gigi terlihat tidak intak atau rusak harus dipertimbangkan untuk dilakukan ekstraksi gigi. Indikasi ekstraksi gigi antara lain luksasi, patah, dan karies yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi. Selain itu, gigi bawah yang hilang juga mengindikasikan adanya fraktur mandibula.[5]
Palpasi
Untuk menilai mobilitas fragmen fraktur, dilakukan palpasi bimanual pada area fraktur. Jika saat pemeriksaan ditemukan mobilitas yang terbatas dan tidak terdapat maloklusi, maka fraktur dikatakan stabil dan dapat ditangani secara konservatif.[5]
Pemeriksaan Sensasi
Trauma nervus alveolar paling sering terjadi pada fraktur angle mandibula, yang akan memberikan gejala hipoestesi sampai anestesi pada bibir bawah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan sensasi sebelum tindakan pembedahan, agar dapat dibedakan apakah trauma nervus alveolar terjadi karena fraktur mandibula atau komplikasi pasca operasi.[4,5,18]
Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
Pemeriksaan range of motion (ROM) pada fraktur mandibula digunakan untuk menentukan adanya temporomandibular joint disease (TMD). Salah satu penyebab terjadinya TMD yaitu fraktur mandibula. Umumnya pasien akan mengeluhkan nyeri pada temporomandibular joint (TMJ) atau mandibula.[19]
Nyeri tersebut dapat menjalar ke kepala atau leher dan diperberat apabila mengunyah, menguap atau berbicara. ROM pada TMJ dikatakan normal apabila mulut dapat membuka hingga 35‒45 mm. jika mulut hanya bisa membuka <25 mm, maka kemungkinan terdapat gangguan pada TMJ atau mandibula.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan kecurigaan fraktur mandibula harus dilakukan pemeriksaan radiografi untuk menentukan terapi, lokasi fraktur, dan prognosis.
Rontgen Mandibula
Rontgen mandibula yang perlu dilakukan adalah:
Posteroanterior view: melihat fraktur pada area angle dan ramus
-
Anteroposterior view (Towne view): melihat fraktur pada area condyles
-
Bilateral oblique view: melihat fraktur pada area angle dan horizontal branch
Panoramic view: memiliki sensitivitas lebih tinggi (70−92%) dalam menilai fraktur mandibula daripada tiga posisi di atas (66%)[6]
CT-Scan Mandibula
Pada keadaan curiga fraktur mandibula multiple, pencitraan yang paling baik adalah multislice spiral computed tomography (MSCT). Sensitivitas MSCT dalam menilai fraktur mandibula dapat mencapai 100%.[6]