Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Fraktur Mandibula annisa-meidina 2023-08-28T10:33:40+07:00 2023-08-28T10:33:40+07:00
Fraktur Mandibula
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Fraktur Mandibula

Oleh :
dr.Raehana
Share To Social Media:

Diagnosis fraktur mandibula terutama dari keluhan pasien, yaitu nyeri area mandibula, wajah yang tidak simetris, gangguan mengunyah, dan anestesi pada bibir bawah. Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan range of motion (ROM) mandibula. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu X-ray dan CT-Scan.

Anamnesis

Keluhan pasien umumnya adalah nyeri di area mandibula, wajah asimetris/deformitas, disfagia, maloklusi, trismus, dan anestesi pada bibir bawah. Anamnesis utama berikutnya adalah riwayat trauma pada maksilofasial, di mana mekanisme dan penyebab fraktur harus ditanyakan dengan jelas agar diketahui kemungkinan area mandibula yang mengalami fraktur.[4,5,18]

Pemeriksaan Maloklusi

Cara termudah untuk mengetahui maloklusi adalah dengan menanyakan pasien dapat menggigit dengan normal atau tidak. Gigitan yang normal adalah gigi maksila berada lebih dekat ke arah labial atau buccal dibandingkan gigi mandibula. Sedangkan gigitan yang tidak normal jika gigi maksila bagian anterior atau posterior lebih dekat ke arah lidah.[5]

Selain itu, maloklusi juga bisa dinilai dari lokasi gigi maksila terhadap gigi mandibula. Keadaan yang normal adalah gigi maksila anterior lebih maju 2−3 mm dari gigi mandibular. Jika jarak lebih atau kurang dari keadaan normal, maka mandibula mengalami maloklusi. [5]

Intervensi bedah dapat dipertimbangkan berdasarkan adanya maloklusi. Jika maloklusi tidak dapat dinilai dari anamnesis akibat pasien tidak sadar, tidak mampu berkomunikasi, atau terintubasi, maka penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan riwayat rekam medis dental pasien.[5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik fraktur mandibula harus dimulai dengan penilaian kestabilan airway, breathing, dan circulation. Pada trauma kepala, termasuk bagian wajah, harus dipastikan tidak terdapat sumbatan jalan napas. Selain itu, perhatikan adanya perdarahan masif, trauma cervical, dan trauma intrakranial.[5]

Setelah kondisi kedaruratan teratasi, penilaian fraktur mandibula dilakukan dengan inspeksi, palpasi, sensasi, dan range of motion (ROM).[5]

Inspeksi

Tanda fraktur mandibula yaitu ekimosis pada dasar mulut. Adanya laserasi intraoral, kerusakan jaringan lunak, dan hematoma pada area fraktur dapat meningkatkan risiko infeksi. [5]

Gigi terlihat tidak intak atau rusak harus dipertimbangkan untuk dilakukan ekstraksi gigi. Indikasi ekstraksi gigi antara lain luksasi, patah, dan karies yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi. Selain itu, gigi bawah yang hilang juga mengindikasikan adanya fraktur mandibula.[5]

Palpasi

Untuk menilai mobilitas fragmen fraktur, dilakukan palpasi bimanual pada area fraktur. Jika saat pemeriksaan ditemukan mobilitas yang terbatas dan tidak terdapat maloklusi, maka fraktur dikatakan stabil dan dapat ditangani secara konservatif.[5]

Pemeriksaan Sensasi

Trauma nervus alveolar paling sering terjadi pada fraktur angle mandibula, yang akan memberikan gejala hipoestesi sampai anestesi pada bibir bawah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan sensasi sebelum tindakan pembedahan, agar dapat dibedakan apakah trauma nervus alveolar terjadi karena fraktur mandibula atau komplikasi pasca operasi.[4,5,18]

Pemeriksaan Range of Motion (ROM)

Pemeriksaan range of motion (ROM) pada fraktur mandibula digunakan untuk menentukan adanya temporomandibular joint disease (TMD). Salah satu penyebab terjadinya TMD yaitu fraktur mandibula. Umumnya pasien akan mengeluhkan nyeri pada temporomandibular joint (TMJ) atau mandibula.[19]

Nyeri tersebut dapat menjalar ke kepala atau leher dan diperberat apabila mengunyah, menguap atau berbicara. ROM pada TMJ dikatakan normal apabila mulut dapat membuka hingga 35‒45 mm. jika mulut hanya bisa membuka <25 mm, maka kemungkinan terdapat gangguan pada TMJ atau mandibula.[19]

Pemeriksaan Penunjang

Pasien dengan kecurigaan fraktur mandibula harus dilakukan pemeriksaan radiografi untuk menentukan terapi, lokasi fraktur, dan prognosis.

Rontgen Mandibula

Rontgen mandibula yang perlu dilakukan adalah:

  • Posteroanterior view: melihat fraktur pada area angle dan ramus

  • Anteroposterior view (Towne view): melihat fraktur pada area condyles

  • Bilateral oblique view: melihat fraktur pada area angle dan horizontal branch

  • Panoramic view: memiliki sensitivitas lebih tinggi (70−92%) dalam menilai fraktur mandibula daripada tiga posisi di atas (66%)[6]

CT-Scan Mandibula

Pada keadaan curiga fraktur mandibula multiple, pencitraan yang paling baik adalah multislice spiral computed tomography (MSCT). Sensitivitas MSCT dalam menilai fraktur mandibula dapat mencapai 100%.[6]

Referensi

4. Dergin G, Emes Y, Aybar B. Trauma in Dentistry: Evaluation and management of mandibular fracture. 2019. DOI: 10.5772/intechopen.77126
5. Pickrell BB, Serebrakian AT, Maricevich RS. Mandible fractures. Seminars in Plastic Surgery. 2017;31(2):100-107
6. Gunardi OJ, Diana R, Kamadjaja DB, Sumarta NPM. Closed reduction in the treatment of neglected mandibular fractures at the Department of Oral and Maxillofacial Surgery, Universitas Airlangga. Dental Journal Majalah Kedokteran Gigi. 2019;52(3):147-153
18. Nasser M, Pandis N, Fleming PS, Fedorowicz Z, Eliis E, Ali K. Interventions for the management of mandibular fractures. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2013;7:1-21
19. Lomas J, Gurgenci T, Jackson C, Campbell D. Temporomandibular dysfunction. Formerly Australian Family Physician. 2018;47(4): 212-125.

Epidemiologi Fraktur Mandibula
Penatalaksanaan Fraktur Mandibula

Artikel Terkait

  • Faktor Risiko Komplikasi Pasca Terapi Fraktur Mandibula
    Faktor Risiko Komplikasi Pasca Terapi Fraktur Mandibula
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 Juli 2020, 17:45
Intepretasi foto rontgen skull pasien post kecelakaan lalu lintas
Oleh: Anonymous
13 Balasan
Alo dokter, izin konsul, pasien post kll, pasien jatuh kesisi sebelah kiri, kepala terbentur, lalu bagian mata bengkak serta tulang pipi tidak simetris. Di...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.