Pendahuluan Mucocele Rongga Mulut
Mucocele rongga mulut, yang biasa disebut sebagai kista ekstravasasi mukosa atau kista mukosa mulut, merupakan pembengkakan jaringan fibrosa bersifat jinak yang berisi cairan mukus. Mucocele dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu pseudo-cyst (extravasation mucoceles) dan salivary cyst (retention cyst).[1,2]
Patofisiologi mucocele jenis pseudo-cyst (extravasation mucoceles) adalah akibat rusaknya epitel glandula duktus salivarius dan terjadi rembesan atau ekstravasasi cairan saliva mukus. Sementara itu, patofisiologi salivary cyst (retention cyst) adalah terjadinya obstruksi duktus saliva akibat proliferasi epitel saluran ekskresi saliva.[3,4]
Etiologi extravasation mucoceles meliputi trauma mekanis yang diterima secara langsung, seperti tergigit, terkena sikat gigi, dan trauma saat proses intubasi pernapasan. Extravasation mucoceles juga bisa disebabkan trauma kronis seperti merokok, serta trauma ekstraoral. Di sisi lain, etiologi mucocele retention cyst meliputi obstruksi duktus saliva akibat fibrosis duktus, tumor, dan sialolitiasis.[3,4]
70% dari total kasus mucocele terjadi pada rentang usia 3-20 tahun. Area yang paling sering terjadi mucocele adalah area rongga mulut yang rawan terhadap trauma, yaitu mukosa bukal dan mukosa labial inferior. Tidak dilaporkan adanya predileksi jenis kelamin dan ras pada mucocele.[5-7]
Diagnosis mucocele umumnya dapat ditegakkan melalui pemeriksaan klinis. Namun, jika dokter mencurigai adanya diagnosis banding lain atau terdapat lesi yang luas, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi, CT scan, MRI, dan biopsi.[8,9]
Dari seluruh jenis penatalaksanaan mucocele, yang dilaporkan memiliki efikasi paling baik dengan tingkat rekurensi paling minimal adalah dengan melakukan eksisi. Eksis bisa dilakukan pada lesi saja ataupun beserta dengan glandula salivarius minor yang terlibat.[10-13]