Diagnosis Pulpitis
Diagnosis pulpitis perlu dicurigai pada pasien yang mengalami nyeri yang diinduksi oleh panas atau dingin. Pada kebanyakan kasus, pulpitis merupakan hasil dari karies yang tidak dirawat dengan baik.
Pulpitis dapat dibagi menjadi pulpitis reversibel dan ireversibel. Pada pulpitis reversibel, nyeri muncul saat pasien diberi stimulus, seperti air panas atau dingin. Kemudian, nyeri akan hilang segera setelah stimulus berakhir. Sementara itu, pada pulpitis ireversibel, nyeri bisa muncul tanpa stimulus dan bertahan beberapa menit setelah stimulus berakhir.
Jika sudah terjadi nekrosis pulpa komplit, umumnya gigi tidak lagi berespon dengan panas atau dingin, namun akan berespon dengan perkusi. Jika terjadi abses periapikal, gigi akan terangkat dari soketnya dan pasien merasa gigi meninggi saat gerakan menggigit.[3,4]
Anamnesis
Pada kasus pulpitis, keluhan utama yang paling sering muncul adalah nyeri gigi. Pulpitis umumnya terjadi pada pasien yang sudah mengalami karies gigi. Meski demikian, pulpitis juga bisa dialami pasien dengan fraktur gigi atau akibat tindakan gigi (misalnya pembersihan karies atau preparasi kavitas).
Nyeri
Pada awal terbentuknya karies, pasien tidak merasakan nyeri. Namun, progresi dari erosi, peradangan dan rasa nyeri akan timbul, terutama setelah konsumsi makanan panas atau dingin. Pada pulpitis reversibel, nyeri bersifat transien, berlangsung sangat sebentar, dan akan hilang dengan sendirinya. Pada pulpitis ireversibel, nyeri bertahan lebih lama dan bisa muncul tanpa stimulus.
Keluhan Lainnya
Pasien dengan pulpitis juga bisa merasakan adanya kavitas pada gigi. Halitosis dapat timbul dan mengganggu kualitas hidup. Apabila sudah terjadi abses periapikal, pasien bisa merasa gigi terangkat atau terasa lebih tinggi saat gerakan menggigit.[2-4,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi vitalitas pulpa. Vitalitas pulpa dapat dideteksi dengan memberikan stimulus yang menginisiasi nyeri pada gigi yang sakit. Stimulus yang diberikan dapat berupa suhu panas atau dingin, perkusi pada gigi, maupun rangsang elektrik.
Selain itu, dokter bisa menemukan adanya karies yang sudah mendekati kamar pulpa pada pemeriksaan intraoral. Pada kasus dimana sudah terjadi komplikasi, dokter bisa menemukan adanya periodontitis. Pada kasus yang jarang, dapat muncul tanda klinis dari komplikasi berat seperti angina Ludwig, osteomyelitis rahang, sinusitis purulen, meningitis, hingga abses otak.[2,3,10]
Uji Mekanik
Pada uji mekanik, dapat dilakukan perkusi, palpasi, atau uji mobilitas pada gigi. Hal ini bertujuan untuk menginduksi nyeri dan mengetahui vitalitas pulpa. Uji mekanik terutama bermanfaat jika inflamasi sudah menyebar ke jaringan periodontal. Perkusi yang positif telah dihubungkan dengan kemungkinan nekrosis pulpa.[16]
Tes Termal
Tes termal dapat dilakukan dengan termal dingin dan termal panas. Termal dingin dilakukan dengan bahan Ethyl Chloride, larutan CO2, dan dichlorodifluoromethane (DDM). Bahan-bahan tersebut diaplikasikan ke cotton wool, lalu ditempelkan ke area cemento-enamel junction (CEJ).
Jika pasien merasa nyeri tajam lalu langsung hilang, kemungkinan diagnosis pulpa pasien tersebut adalah pulpa vital (normal) atau pulpitis reversibel. Sementara, jika nyeri yang terjadi adalah nyeri tumpul dan menetap, maka kemungkinan diagnosis pulpa pasien tersebut adalah pulpitis ireversibel.
Pada termal panas, bahan yang digunakan adalah gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan ke CEJ. Jika pasien tidak merasakan apapun, maka kemungkinan gigi tersebut sudah non-vital. Namun, jika pasien merasakan panas atau nyeri maka pulpa pasien tersebut normal atau mengalami peradangan.[2-5]
Tes Kavitas
Tes kavitas dilakukan dengan melakukan preparasi pada kavitas menggunakan high speed handpiece. Tes ini digunakan untuk melihat apakah masih ada saraf-saraf sensori di tubuli dentinalis yang berfungsi.
Jika pasien merasakan sakit pada saat proses preparasi, berarti pulpa pasien tersebut masih vital, baik disertai dengan peradangan pulpa atau tidak. Sementara itu, jika pasien tidak mengeluhkan apapun, berarti pulpa pasien tersebut sudah mengarah kepada nekrosis pulpa.
Meski demikian, tes ini jarang dilakukan karena sifatnya yang invasif dan seringkali tidak memberikan efikasi yang lebih baik dibandingkan dengan tes elektrik.[12,17]
Tes Elektrik
Tes elektrik atau seringkali disebut Electrical Pulp Test (EPT) merupakan sebuah tes yang paling luas digunakan dokter gigi di seluruh dunia karena memberikan hasil paling akurat.
EPT bekerja dengan memberikan rangsang elektrik pada saraf sensori pulpa. Ransang elektrik ini akan menginisiasi perubahan ionik pada membran neural, dan merangsang saraf bermielin. Ketika rangsang elektrik sudah mencapai ambang nyeri pasien, maka pasien akan merasa geli.
Jika pasien tidak merasakan apapun, maka kemungkinan besar gigi tersebut sudah non-vital, dan harus dilakukan perawatan saluran akar.[5,10,11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pulpitis yang perlu dipertimbangkan adalah nekrosis pulpa, periodontitis apikal, dan nekrosis parsial.[1-4,10,14]
Nekrosis Pulpa
Nekrosis atau gangrene pulpa sering menyebabkan tanda dan gejala yang mirip pulpitis. Nekrosis pulpa utamanya disebabkan oleh konsentrasi gas pembusukan pulpa yang menekan saraf-saraf di periapikal.
Untuk membedakan antara nekrosis dengan pulpitis dapat dilakukan dengan melakukan tes vitalitas pulpa. Jika pada tes tersebut pasien tidak memberikan respon apapun, maka kemungkinan besar pulpa sudah nekrosis.[2-4]
Periodontitis Apikal Akut
Periodontitis apikal merupakan kelanjutan dari infeksi pulpa yang tidak ditangani dengan baik, atau infeksi sekunder yang terjadi pasca perawatan saluran akar. Tanda dan gejala periodontitis apikal akut mirip dengan pulpitis ireversibel, dimana terdapat nyeri berdenyut yang menetap. Namun, periodontitis apikal akut akan menyebabkan pasien merasa gigi tersebut memanjang, dan jika mengatupkan rahang atas dan rahang bawah akan terasa seperti ada yang mengganjal dan rasa sakit akan bertambah parah.[10,13]
Nekrosis Parsial
Nekrosis parsial dapat terjadi pada jaringan pulpa. Contoh keadaan nekrosis parsial adalah kamar pulpa sudah nekrosis, namun pulpa yang berada pada radiks masih vital. Contoh lain adalah pulpa pada salah satu radiks sebuah gigi (mesial atau distal) masih vital, sedangkan radiks yang lain sudah nekrosis.[1,2,14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pulpitis adalah rontgen periapikal. Rontgen periapikal dapat melihat apakah karies, fraktur, dan jejas yang ada pada enamel dan dentin sudah mencapai pulpa. Seringkali, gambaran karies belum mencapai kamar pulpa, namun setelah ditelaah terdapat gambaran radiolusen yang membuat “jalur” dari kavitas ke kamar pulpa. Hal ini sudah dapat mendukung diagnosis pulpitis karena berarti bakteri sudah mencapai kamar pulpa.
Rontgen periapikal juga berguna utuk menentukan Remaining Dentin Thickness (RDT), yang akan menentukan jenis perawatan pada pulpitis reversibel, apakah akan menggunakan bahan kaping pulpa seperti kalsium hidroksida atau mineral trioxide aggregate (MTA) atau tidak. Terdapat sebuah konsensus ahli yang menyatakan bahwa jika RDT < 5 mm, maka perlu diaplikasikan bahan kaping pulpa. Sementara itu, jika RDT > 5 mm, dapat diaplikasikan bahan lining atau base untuk mengganti struktur dentin yang hilang dan melindungi pulpa dari tekanan mekanik, fisik, dan kimiawi.[3,4,6,9]