Diagnosis Sialolithiasis
Diagnosis sialolithiasis atau salivary stones perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan nyeri dan bengkak pada wajah, terutama jika terdapat faktor risiko seperti sialadenitis atau dehidrasi. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan mengidentifikasi adanya batu pada kelenjar saliva menggunakan radiografi. Meski begitu, hingga 20% sialolithiasis tidak terlalu terkalsifikasi, sehingga bisa tidak tampak gambaran radioopak pada pemeriksaan radiografi.[1,4,8]
Anamnesis
Sialolithiasis bisa tidak menimbulkan gejala apapun. Pada kasus bergejala, pasien merasa ada pembengkakan dan ketidaknyamanan saat makan, lalu mereda setelahnya dengan sendirinya.
Pada beberapa pasien, bisa didapatkan keluhan keluar nanah (pus) pada area pembengkakan. Pasien juga bisa merasakan nyeri yang hilang timbul dan ada gumpalan keras pada salah satu atau beberapa lokasi duktus glandula salivarius mayor.
Pada kasus yang lebih jarang, sialolithiasis akan menimbulkan gejala seperti sakit tapi tidak bengkak, tidak sakit tapi bengkak, tidak sakit dan tidak bengkak, dan disertai dengan halitosis.[7,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan oleh dokter gigi meliputi pemeriksaan ekstraoral area kepala dan leher, serta pemeriksaan intraoral. Pemeriksaan ekstraoral contohnya adalah memeriksa apakah terdapat limfadenopati pada area kepala dan leher. Pastikan untuk melakukan palpasi pada area-area glandula saliva mayor, yang meliputi glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis.[4,8]
Pemeriksaan Ekstraoral
Tanda-tanda vital pasien biasanya normal. Pasien mungkin saja mengalami peningkatan suhu jika sialolithiasis berkaitan dengan sialadenitis. Limfadenopati bisa teraba di area kepala dan leher.[2,8]
Pemeriksaan Intraoral
Pada pemeriksaan intraoral, akan terasa adanya benjolan keras pada area duktus yang mengalami sialolithiasis. Ukuran benjolan ini bervariasi. Kalkuli ini kadang akan terasa halus atau iregular. Pada kondisi obstruksi total, tidak akan ada saliva yang keluar dari duktus yang mengalami sialolithiasis.[1,8]
Pembengkakan juga tampak tidak melekat dengan struktur lainnya. Sementara itu, pada palpasi akan terasa padat dan lembut. Beberapa kasus juga akan terlihat nanah keluar dari area pembengkakan. Adanya nanah sering dikaitkan dengan sialadenitis akut akibat infeksi bakteri. Jika sudah terjadi sialadenitis, akan tampak eritema pada dasar mulut.[7,8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sialolithiasis mencakup sialadenitis, HIV, tumor glandula saliva, sarkoidosis, dan sindrom Sjogren.[3-5]
Sialadenitis
Sialadenitis bisa mengakibatkan sialolithiasis dan sebaliknya. Pada kondisi sialadenitis murni, akan tampak tanda peradangan pada kelenjar saliva yang terkena. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan purulensi pada kelenjar saliva yang terpengaruh. Sialadenitis juga bisa terjadi bilateral.
Sementara itu, pada sialolithiasis 75% kasus bersifat unilateral dan paling banyak terjadi pada glandula submandibular. 80% kasus memberikan gambaran radiopak pada pemeriksaan radiografi dan tidak terdapat purulensi.[3-5]
HIV
Pasien HIV bisa mengalami gejala bengkak pada wajah yang serupa dengan pasien sialolithiasis. Meski demikian, pada infeksi HIV pasien biasanya akan mengalami pembengkakan bilateral dengan glandula parotis menjadi yang paling sering terinfeksi. Pasien HIV juga akan memiliki manifestasi imunodefisiensi lain di rongga mulut, seperti sarkoma Kaposi.[3-5]
Tumor Glandula Saliva
Pasien dengan tumor glandula saliva juga bisa mengeluhkan pembesaran dan nyeri pada wajah yang serupa dengan sialolithiasis. Meski demikian, pada tumor glandula saliva kelenjar yang paling banyak terkena adalah parotis, dan biasanya tumor glandula saliva ditemukan pada pasien usia lanjut.[3-5]
Sarkoidosis
Sarkoidosis bisa terjadi pada kelenjar saliva dan memberi gejala yang mirip dengan sialolithiasis. Meski begitu, onset sarkoidosis adalah gradual, tanpa disertai rasa sakit, terjadi bilateral pada glandula parotis, dan biasanya disertai dengan kondisi sistemik di organ lain.[3-5]
Sindrom Sjogren
Pasien dengan sindrom Sjogren bisa mengalami keluhan pada kelenjar ludah yang mirip dengan sialolithiasis. Hal yang membedakan adalah sindrom Sjogren biasanya disertai dengan kondisi mata dan mulut yang kering. Meski begitu, perlu diketahui bahwa sialolithiasis bisa menjadi sebuah manifestasi dari sindrom Sjogren.[3-5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk menegakkan diagnosis sialolithiasis adalah pemeriksaan radiografi, seperti rontgen panoramik.[3,7]
Rontgen
Pada pemeriksaan radiografi ini, akan tampak gambaran batu radioopak. Sebanyak 43-60% dari kalkuli pada duktus parotis dapat terlihat dengan pemeriksaan radiografi. Sementara itu, sebanyak 80-95% dari kalkuli pada duktus submandibularis dapat terlihat juga oleh pemeriksaan radiografi.[3,7]
CT Scan Kepala dan Leher
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dipertimbangkan penggunaannya adalah CT scan kepala dan leher. Pada pemeriksaan CT scan, sialolithiasis akan tampak sebagai hiperdensitas dari glandula dan tampak pembesaran glandula jika terjadi obstruksi akut. Pada sialolithiasis kronis, atrofi lemak dan pengurangan volume parenkim kelenjar ludah juga akan terlihat.[3,7]
Sialografi
Sialografi konvensional kadang dapat bermanfaat mengevaluasi sialolithiasis. Meski demikian, sialografi kini sudah digantikan dengan pemeriksaan CT scan dan ultrasound. Sialografi dikontraindikasikan pada kasus infeksi aktif glandula yang terlibat.[3,7]