Penatalaksanaan Sialolithiasis
Penatalaksanaan sialolithiasis atau salivary stones umumnya dilakukan dengan tindakan suportif berupa pemberian antibiotik dan agen antiinflamasi. Batu diharapkan dapat keluar secara spontan melalui papila. Meski demikian, intervensi bedah perlu dipertimbangkan pada kondisi tertentu, misalnya jika batu menyebabkan obstruksi atau berukuran terlalu besar dan tidak mungkin keluar spontan.[1,3-6,8]
Terapi Suportif
Terapi non-invasif merupakan pendekatan yang diutamakan pada kasus sialolithiasis. Apabila memungkinkan, batu diharapkan dapat keluar secara spontan tanpa dilakukan tindakan bedah.
Meski demikian, ini bukan berarti pasien tidak diberikan terapi sama sekali. Beberapa bentuk terapi suportif yang dapat dilakukan meliputi hidrasi cairan pada pasien dengan sialolithiasis terkait dehidrasi, melakukan pijatan pada area duktus yang tersumbat, terapi Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), dan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Antibiotik diindikasikan jika sialolithiasis melibatkan proses infeksi, seperti sialadenitis. Antibiotik yang dapat diberikan meliputi dicloxacillin atau cephalexin 500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari. Jika pada hari ke-5 pemberian tidak ada pembaikan klinis, maka dapat diberikan amoxicillin clavulanate 625 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari. Alternatif lain adalah clindamycin 600-1200 mg/hari dibagi dalam 2-4 dosis.
Terapi non-invasif diindikasikan untuk kalkuli dengan ukuran kecil, dengan diameter berkisar antara 2-10 mm. Pada kasus ini, biasanya kalkuli akan keluar dengan sendiri saat pasien mengunyah buah sitrus seperti jeruk, lemon, dan jeruk Bali. Hal ini karena buah sitrus akan meningkatkan jumlah produksi saliva. Peningkatan jumlah saliva ini diharapkan akan membuat kalkuli terdorong keluar.[1,3-6,8]
Terapi Invasif Minimal
Terapi invasif minimal dapat dilakukan dengan sialoendoskopi. Sialoendoskopi merupakan terapi yang dianggap aman dan efektif untuk menghilangkan obstruksi pada duktus glandula salivarius.
Pada teknik ini, sebuah endoskopi kecil dimasukkan ke dalam glandula salivarius melalui duktus. Tindakan ini dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan intervensi paling tepat untuk menghilangkan kalkuli. Kemudian, setelah diketahui lokasi dan diameter, tentukan jenis teknik yang akan dilakukan.
Pilihan pendekatan pengangkatan batu antara lain:
The grasping technique: ambil batu dengan cara digenggam dengan instrumen dan keluarkan dari duktus
- Menggunakan sebuah wire kecil
- Fragmentasi mekanik: menghancurkan kalkuli dengan instrumen mekanik
- Fragmentasi laser: menghancurkan kalkuli dengan laser[1,3-6,8]
Terapi Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan meliputi sialektomi, insisi, dan duktektomi. Sialektomi dilakukan dengan mengkanulasi saluran untuk mengangkat sialolith. Sementara itu, insisi dilakukan pada daerah dekat sialolithiasis untuk mengambil sialolith. Jika sialolithiasis terjadi rekuren, maka dapat dilakukan duktektomi untuk mengangkat duktus yang bermasalah tersebut.
Selain itu, tindakan bedah juga meliputi pengambilan glandula yang terinfeksi jika sialolithiasis dan sialadenitis yang terjadi sudah sangat parah. Namun, risiko komplikasi tindakan ini cukup signifikan, yakni cedera pada saraf wajah (9%), kerusakan saraf aurikular yang berat, dan Sindrom Frey.
Sialotomi ekstraoral juga dapat dilakukan tanpa disertai pengambilan. Meski demikian, efikasi dari tindakan ini masih belum didukung bukti ilmiah adekuat.[1,3-6,8]