Penatalaksanaan Xerostomia
Penatalaksanaan xerostomia bertujuan untuk mengurangi gejala/keluhan pasien dan meningkatkan fungsi saliva pasien. Penatalaksanaan xerostomia dimulai dengan menyingkirkan faktor-faktor penyebab. Penggunaan lubrikan, pengganti saliva, dan sialogogue seperti pilocarpine juga membantu dalam mengurangi gejala xerostomia.[6]
Modifikasi Gaya Hidup dan Manajemen Penyakit Sistemik yang Mendasari
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bentuk metode penanggulangan awal yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan xerostomia. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dilakukan antara lain:
- Menjaga hidrasi tubuh dengan konsumsi air yang cukup
- Menjaga kebersihan rongga mulut dan mengaplikasikan fluoride topikal untuk mencegah komplikasi karies gigi
- Mengurangi konsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
- Menghindari kebiasaan merokok
- Menggunakan humidifier saat malam hari untuk menjaga kelembaban
- Mengunyah permen karet bebas gula untuk menginduksi sekresi saliva
- Jika xerostomia disebabkan oleh gangguan psikis, maka perlu melakukan konsultasi dengan psikiater untuk merawat faktor penyebabnya
Manajemen penyakit sistemik yang dapat menyebabkan kondisi xerostomia dapat meningkatkan kondisi kualitas hidup pasien. Apabila xerostomia disebabkan oleh efek samping penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan suatu penyakit, maka perlu konsultasi dengan dokter yang merawat untuk mengevaluasi kemungkinan mengganti obat dengan efek yang sama namun dari golongan yang berbeda.[2,3,5-7]
Agen Topikal Intraoral
Obat topikal merupakan perawatan lini pertama yang direkomendasikan sebagai terapi xerostomia. Agen stimulasi dan pengganti saliva dapat memperbaiki gejala.
Mengunyah permen karet dan permen bebas gula dapat membantu dalam stimulasi sekresi saliva dan mengurangi gesekan pada mukosa oral. Pengganti saliva meniru komponen saliva alami tanpa mengubah sekresi saliva dan meningkatkan viskositas saliva. Umumnya pengganti saliva mengandung fluoride, kalsium dan fosfor, carboxymethylcellulose, xanthan gum, hydroxyethylcellulose, polyethylene oxide, linseed oil, dan musin.
Obat semprot untuk terapi xerostomia mengandung asam malat 1%. Sialogogue semprot ini dilaporkan efektif dalam mengurangi gejala xerostomia pada pasien yang sedang mengonsumsi antihipertensi dan antidepresan, namun obat ini memiliki risiko menyebabkan kehilangan enamel.
Produk topikal lain yang mengandung xylitol, betaine, minyak zaitun, mukopolisakarida, glycerate polymer gel base, dan mucin juga dilaporkan efektif menangani xerostomia. Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pasien merasa keluhan subjektif berkurang setelah penggunaan produk-produk tersebut, namun saat diukur secara objektif sebetulnya tidak ada perbaikan bermakna.[2,3,5-7]
Agen Sistemik
Terdapat dua obat sistemik yang telah disetujui oleh FDA sebagai terapi obat xerostomia yaitu pilocarpine dan cevimeline.
Pilocarpine
Pilocarpine menstimulasi saraf parasimpatetik muskarinik. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 5 mg per hari, dengan dosis maksimal 30 mg per hari. Obat digunakan selama kurun waktu 3 bulan.
Pilocarpine secara spesifik mengurangi kondisi mulut kering pada pasien yang sedang menjalani terapi radiasi kepala leher dan sindrom Sjogren. Efek optimal obat pada pasien terapi radiasi terjadi sekitar 2-3 bulan setelah penggunaan. Potensi efek samping yang bisa terjadi antara lain gangguan lapang pandang, cegukan, takikardia, hipotensi, bronkokonstriksi, hiperhidrosis, mual, muntah, diare, vasodilatasi kulit, dan meningkatnya frekuensi buang air kecil.
Kontraindikasi penggunaan pilocarpine pada pasien iritis, glaukoma sudut tertutup, penyakit jantung, penyakit paru kronik termasuk asma tidak terkontrol, dan ulkus gaster aktif.[2,3,5-7]
Cevimeline
Cevimeline adalah agonis muskarinik yang selektif untuk reseptor M1 dan M3 yang berlokasi di kelenjar lakrimal dan saliva. Cevimeline membantu stimulasi saliva karena afinitasnya yang kuat terhadap reseptor M3. Dosis cevimeline adalah 30 mg, 3 kali sehari, selama 3 bulan. Cevimeline telah disetujui sebagai terapi mulut kering pada pasien Sindrom Sjogren.
Efek samping yang terjadi lebih sedikit dibandingkan pilocarpine karena cevimeline tidak mempengaruhi reseptor M2. Efek samping yang umum terjadi adalah dispepsia. Penggunaan obat ini kontraindikasi pada pasien penyakit paru kronik termasuk asma tidak terkontrol, hipertensi tidak terkontrol, pasien yang mengonsumsi beta-adrenergic blocker, dan ulkus gaster aktif.[2,3,5-7]
Regenerasi Glandular dan Terapi Genetik
Terapi penggantian sel punca dapat menjadi salah satu pilihan perawatan untuk kondisi hiposalivasi yang diinduksi oleh radiasi. Terapi sel punca bertujuan untuk memperbaiki kelenjar saliva yang rusak pada tingkat sel.
Human salivary stem/progenitor cells (hSSPCs) dapat dikultur menggunakan teknik salisphere dan diperkenalkan ke kelenjar saliva yang rusak untuk menggantikan sel-sel yang mati atau rusak. Sel ini memiliki kemampuan pembaharuan diri dan diferensiasi ketika ditransplantasi ke penerima iradiasi dan memperbaiki fungsi kelenjar.
Terapi genetik dilakukan dengan penyuntikan vektor dengan informasi genetik ke dalam jaringan. Terapi ini sedang diteliti efikasinya untuk xerostomia. Pada studi yang dilakukan Baum et al di studi fase I dan II didapatkan peningkatan laju alir saliva pada kelenjar saliva parotis yang disertai berkurangnya gejala xerostomia terkait radiasi pada subjek yang diterapi dengan cDNA transfer untuk human aquaporin-1 (h1AQP1) melalui vektor adenoviral.[2,3,6]
Akupuntur dan Stimulasi Elektrik
Studi menemukan bahwa akupuntur dan stimulasi elektrik intraoral pada rongga mulut dapat meningkatkan sekresi saliva. Pada pasien yang sedang menjalani terapi radiasi, konsumsi amifostine (agen sitoprotektif) sebelum radiasi dilaporkan bermanfaat dalam mengurangi efek samping, termasuk xerostomia. Terapi hiperbarik untuk pasien yang sedang menjalani terapi radiasi juga dilaporkan dapat meningkatkan fungsi saliva.[2,4,5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini