Penatalaksanaan Kram Otot Kaki
Penatalaksanaan kram otot kaki secara konservatif cukup mudah, dengan meregangkan otot terkait dan memberikan pijatan biasanya akan menghentikan kram secara spontan. Tetapi jika kram diakibatkan patologi penyakit tertentu, seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), mungkin pendekatan farmakologi seperti penggunaan gabapentin juga dibutuhkan.
Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi, seperti stretching exercise, splint, pemijatan, aplikasi panas, dan latihan penguatan otot biasanya merupakan lini pertama untuk pengobatan kram otot kaki.
Stretching Exercise
Penanganan kram akut yang paling utama adalah dengan meregangkan otot atau melakukan stretching pada area tersebut, metode ini sangat efektif menghentikan kram.
Bahkan metode stretching atau peregangan otot ini juga menjadi strategi untuk pencegahan kram, karena pada studi eksperimental kram tidak terjadi pada otot yang memanjang walaupun sudah diinduksi untuk kram. Stretching otot gastrocnemius bisa dilakukan dengan meluruskan tungkai dilantai, dan melakukan tarikan dorsofleksi pada kaki ditahan selama 20 detik.[5,18]
Splint
Pada penderita kram otot kaki nokturnal yang ringan, bisa menggunakan splint khusus untuk otot gastrocnemius, dimana penggunaan splint ini dapat merangsang peregangan otot secara pasif.[5]
Pemijatan
Pemijatan pada area kram juga terbukti efektif membantu menghentikan kram. Pemijatan biasanya dilakukan bersamaan dengan peregangan otot gastrocnemius. Pijat dilakukan dari arah distal ke arah proksimal mengikuti serat otot.[4]
Aplikasi Panas
Aplikasi panas juga bisa membantu meredakan kram otot kaki. Aplikasi panas bisa menggunakan kompres air hangat atau penggunaan krim hangat. Aplikasi panas terbukti memberikan efek relaksasi dan memperbaiki aliran darah otot terkait.[4]
Latihan Penguatan Otot
Latihan penguatan otot kaki juga perlu dilakukan. Sebuah studi menunjukkan korelasi antara otot yang lemah dengan kejadian kram. Latihan penguatan otot kaki bisa dilakukan dengan metode kalistenik seperti calf rise, dimana dilakukan 2-3x seminggu dengan pengulangan 8 kali setiap latihan.[4]
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi bukanlah pilihan utama untuk pengobatan kram otot kaki, kecuali gabapentin yang digunakan sebagai terapi pendamping pasien pada amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Kuinin
Dahulu penggunaan obat kuinin digunakan untuk tatalaksana kram, tetapi beberapa penelitian menunjukkan efek samping yang ditemukan pada penggunaan kuinin, seperti tinitus, lebih besar dibandingkan manfaatnya menghentikan kram, sehingga penggunaan obat tersebut telah ditinggalkan untuk penyakit ini.[1]
Vitamin dan Suplementasi
Penggunaan suplemen elektrolit seperti natrium, kalsium dan magnesium juga dikembangkan baik pada penelitian maupun klinis. Tidak ada suplemen tunggal yang dapat digunakan sebagai pengobatan kram otot. Suplemen tersebut hanya digunakan untuk koreksi elektrolit yang tidak seimbang, sebagai upaya pencegahan akibat sekunder dari ketidakseimbangan elektrolit.[12]
Pada beberapa penelitian menunjukkan manfaat vitamin untuk mengurangi keluhan dan frekuensi kejadian kram. Vitamin yang dianjurkan antara lain penggunaan vitamin B kompleks dengan kandungan vitamin B 60 mg tiga kali sehari dan vitamin E 800 IU sebelum tidur.[18]
Gabapentin
Gabapentin digunakan sebagai terapi pendamping kram otot pada pasien amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Sebuah studi mengenai ALS menunjukkan penggunaan gabapentin sebagai terapi kram sebesar 7%, dan 67% kram otot teratasi dengan terapi tersebut.[7]
Injeksi Botulinum
Injeksi botulinum diduga bermanfaat untuk kram otot kaki. Satu uji klinis menunjukkan bahwa injeksi toksin botulinum ke gastrocnemius medial dan lateral memiliki manfaat yang lebih baik pada pasien stenosis lumbal dan nocturnal leg cramps dibandingkan penggunaan gabapentin 600 mg.[18]