Penatalaksanaan Amblyopia
Penatalaksanaan amblyopia harus dilakukan sedini mungkin, karena terapi yang lebih cepat akan memberikan prognosis lebih baik. Pemeriksaan rutin sebagai terapi pemeliharaan harus dilakukan untuk mencegah amblyopia berulang. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperbaiki visus, keseimbangan posisi aksis, dan persepsi penglihatan.[16-19]
Pilihan terapi tergantung pada penyebab, beratnya kelainan, dan usia pasien saat mulai terapi. Beberapa prinsip penatalaksanaan amblyopia adalah:
- Eliminasi semua penghalang masuknya sinar ke dalam mata
- Koreksi gangguan refraksi
- Oklusi
- Degradasi optikal atau penalisasi[16-19]
Eliminasi Penghalang Penglihatan
Eliminasi penghalang penglihatan sering dilakukan pada amblyopia deprivasi. Tujuan tindakan agar aksis optik terbebas dari hambatan yang menjadi penyebab gangguan penglihatan, seperti katarak kongenital, kekeruhan kornea, perdarahan vitreus, maupun blepharoptosis. Pilihan terapi bisa observasi maupun operasi tergantung patofisiologi, keterlibatan mata, derajat kelainan, dan durasi.[9,19]
Terapi ini pada anak harus dilakukan sedini mungkin mengingat perkembangan visus sempurna tercapai pada usia 7‒8 tahun. Bahkan kasus katarak kongenital padat dan bilateral, diindikasikan untuk operasi pada usia 2−3 bulan yang dilanjutkan dengan pemasangan lensa intraokular, lensa kontak, atau penggunaan kacamata afakia.[11,12]
Koreksi Gangguan Refraksi
Koreksi gangguan refraksi menjadi pilihan utama terapi amblyopia isometropia dan anisometropia, serta menjadi terapi tambahan pada jenis lainnya. Pilihan terapi berupa penggunaan kacamata dan/atau lensa kontak dengan ukuran koreksi penuh dan penggunaan sikloplegik. Pada kasus anisometropia seperti miopia tinggi unilateral, lensa kontak menjadi pilihan utama untuk mengurangi aniseikonia, efek prisma, distorsi perifer, penyempitan lapang pandang, dan efek kosmetik yang buruk. Selain itu, sebaiknya dikombinasikan dengan terapi oklusi agar dapat memacu penggunaan mata yang lemah.[18,19]
Oklusi
Oklusi dan degradasi optikal merupakan pilihan terapi semua jenis amblyopia. Bertujuan untuk memaksakan penggunaan mata yang lemah dan membatasi penggunaan mata yang lebih baik. Alat untuk oklusi atau okluder dapat berupa patch, kacamata penutup, atau lensa kontak opak. Pilihan penggunaan oklusi dapat berupa oklusi full time atau part time.[17-19]
Oklusi Full Time
Penggunaan oklusi full time adalah setiap saat, waktu tidak menggunakan hanya 1 jam dalam 1 hari. Jenis oklusi ini biasanya dipilih untuk kasus strabismus konstan yang menghambat penglihatan binokular. Beberapa pedoman terapi oklusi full time adalah:
- Oklusi inisial atau pertama kali dilakukan oklusi adalah selama 1 minggu untuk setiap tahun usianya, sebagai contoh pada anak usia 2 tahun maka mata ditutup selama 2 minggu, pada usia 3 tahun selama 3 minggu, dan seterusnya
- Bila oklusi inisial tidak ada perbaikan dalam 1 bulan awal, maka dilanjutkan dengan mencari penyebab lain yang mungkin menyertai
- Bila pemberian oklusi ada perbaikan, maka dapat dilakukan terapi dan observasi hingga pasien berusia 9 tahun agar perbaikan dapat tercapai
- Bila selama 6 bulan tetap tidak ada perbaikan, maka perlu dilakukan pemeriksaan untuk penyebab organik lainnya
- Penggunaan okluder harus melekat sempurna, hindari sebanyak mata terpapar cahaya[17-19]
Oklusi Part Time
Penggunaan oklusi part timer yaitu penggunaan okluder 1−6 jam dalam sehari, yang umumnya dikombinasikan dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam per hari. Pada kondisi ini biasanya menjadi alternatif pilihan untuk jenis strabismus yang lebih ringan, serta pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan oklusi full time.[17,19]
Degradasi Optikal atau Penalisasi
Degradasi optikal atau penalisasi adalah metode untuk menurunkan kualitas bayangan pada mata sehat, sehingga menjadi lebih buruk daripada mata yang lemah. Salah satu pilihan adalah pemberian tetes mata sikloplegik, seperti atropin 1% atau homatropin 5%, yang diberikan 1 kali seminggu. Berdasarkan penelitian, metode ini dapat memperbaiki amblyopia ringan hingga sedang, pada kelompok usia 3−7 tahun.[16,17]
Metode tetes mata ini menjadi pilihan karena terlihat lebih baik dari segi kosmetik, dan dapat mencegah efek samping perlekatan okluder. Namun, perlu diwaspadai efek samping dari tetes mata atropine, seperti kemerahan pada mata, iritasi, atau pandangan kabur. Degradasi optikal dapat pula dilakukan dengan pemberian lensa positif ukuran tinggi yang memberikan efek fogging pada mata yang sehat.[16,17]
Perawatan untuk Mencegah Rekurensi
Kondisi rekurensi dapat dikurangi dengan pengaturan penglihatan walaupun telah perbaikan penuh dengan menggunakan patching selama 1‒3 jam perhari, penalisasi optik selama 1‒2 hari per minggu. Upaya ini dilanjutkan sampai dengan tajam penglihatan anak stabil tanpa dukungan terapi lain. Anjuran interval pemeriksaan mata adalah setiap 6 bulan.[16,17]