Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Cedera Otak Traumatik karyanti 2023-07-28T16:28:53+07:00 2023-07-28T16:28:53+07:00
Cedera Otak Traumatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Cedera Otak Traumatik

Oleh :
dr.Samuel Bungaran Partahi Saud Manalu
Share To Social Media:

Cedera otak traumatik didefinisikan sebagai suatu gangguan pada fungsi normal otak yang dapat disebabkan oleh suatu tabrakan, pukulan, atau hentakan pada kepala atau suatu cedera tembus kepala. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) adalah terminologi yang menggantikan cedera kepala (head injury) di mana ditekankan pentingnya keterlibatan otak dalam cedera tersebut.[1]

Secara global, cedera otak traumatik merupakan penyebab kematian utama pada dewasa muda dan mewakili penyebab kematian dan kecacatan yang besar pada semua usia dengan beban utama kecacatan dan kematian muncul dari negara dengan pendapatan menengah kebawah termasuk Indonesia.[2]

Sumber: anonim, Openi, 2009. Sumber: Anonim, Openi, 2009.

Diperkirakan lebih dari 50 juta orang mengalami cedera otak traumatik setiap tahunnya di seluruh dunia dengan sekitar setengah dari populasi dunia pernah mengalami setidaknya satu atau lebih kejadian cedera otak traumatik.[3]

Penyebab utama cedera otak traumatik adalah kecelakaan lalu lintas, diikuti jatuh dari ketinggian, pemukulan, atau kecelakaan domestik lainnya.[4,5]

Cedera otak traumatik pada umumnya diklasifikasikan menggunakan skor keparahan trauma atau yang biasa digunakan adalah glasgow coma scale (GCS). GCS 13 hingga 15 digolongkan pada cedera otak ringan, 9 hingga 12 sebagai cedera otak sedang, dan 8 atau kurang sebagai suatu cedera otak berat.[17]

Diagnosis suatu cedera otak traumatik dimulai dari primary survey, secondary survey, pemeriksaan penunjang berupa CT scan kepala yang merupakan gold standard dan pemeriksaan biomarker.[6–8]

Penatalaksanaan suatu cedera otak traumatik harus dimulai sedini mungkin dimulai dengan penanganan jalan napas/oksigenasi, ventilasi dan tekanan darah. Terapi medikamentosa meliputi pemberian antifibrinolitik, sedatif dan analgetik, osmotherapy dan anti-kejang.[9, 22, 30-34]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon

Referensi

1. Pervez M, Kitagawa RS, Chang TR. Definition of Traumatic Brain Injury, Neurosurgery, Trauma Orthopedics, Neuroimaging, Psychology, and Psychiatry in Mild Traumatic Brain Injury. Neuroimaging Clin N Am. 2018;28(1):1–13.
2. Maas AIR, Menon DK, Adelson PD, Andelic N, Bell MJ, Belli A, et al. Traumatic brain injury – integrated approaches to improving clinical care and research. Elsevier. 2017;9–126.
3. Jiang JY, Gao GY, Feng JF, Mao Q, Chen LG, Yang XF, et al. Traumatic brain injury in China. Lancet Neurol. 2019;18(3):286–95.
4. Muhammad Arif I, Aminah Usman H, Yulianti Bisri D. Insidensi Hipoksemia dan Hipotensi pada Cedera Otak Traumatik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015. J Neuroanestesi Indones. 2017;6(2):70–4.
5. Hassan N, Ali M, Haq NU, Azam F, Khan S, Khan Z, et al. Etiology, clinical presentation and outcome of traumatic brain injury patients presenting to a teaching hospital of khyber pakhtunkhwa. J Postgrad Med Inst. 2017;31(4):365–70.
6. Gwinnutt CL, Driscoll P. Advanced trauma life support. Vol. 48, Anaesthesia. 1993. 441–442 p.
7. Yuh EL, Jain S, Sun X, Pisicǎ D, Harris MH, Taylor SR, et al. Pathological Computed Tomography Features Associated with Adverse Outcomes after Mild Traumatic Brain Injury: A TRACK-TBI Study with External Validation in CENTER-TBI. JAMA Neurol. 2021;78(9):1137–48.
8. Toman E, Harrisson S, Belli T. Biomarkers in traumatic brain injury: A review. J R Army Med Corps. 2016;162(2):103–8.
19. Lolli V, Pezzullo M, Delpierre I, Sadeghi N. EMERGENCY RADIOLOGY SPECIAL FEATURE : REVIEW ARTICLE MDCT imaging of traumatic brain injury. Br Inst Radiol. 2015.
22. CRASH-3 trial collaborators. Effects of tranexamic acid on death, disability, vascular occlusive events and other morbidities in patients with acute traumatic brain injury (CRASH-3): a randomised, placebo-controlled trial. Lancet 2019; 394:1713
30. Szaflarski JP, Sangha KS, Lindsell CJ, Shutter LA. Prospective, randomized, single-blinded comparative trial of intravenous levetiracetam versus phenytoin for seizure prophylaxis. Neurocrit Care 2010; 12:165.
31. Xu JC, Shen J, Shao WZ, et al. The safety and efficacy of levetiracetam versus phenytoin for seizure prophylaxis after traumatic brain injury: A systematic review and meta-analysis. Brain Inj 2016; 30:1054.
32. Devlin JW, Skrobik Y, Gélinas C, et al. Clinical Practice Guidelines for the Prevention and Management of Pain, Agitation/Sedation, Delirium, Immobility, and Sleep Disruption in Adult Patients in the ICU. Crit Care Med 2018; 46:e825.
33. Rajajee V, Riggs B, Seder DB. Emergency Neurological Life Support: Airway, Ventilation, and Sedation. Neurocrit Care 2017; 27:4.
34. Smith H, Sinson G, Varelas P. Vasopressors and propofol infusion syndrome in severe head trauma. Neurocrit Care 2009; 10:166.

Patofisiologi Cedera Otak Traumatik

Artikel Terkait

  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
    Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
  • Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
    Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
  • Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii
    Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.dr Ahmad krinein
Dibalas 14 April 2025, 09:18
Apa pertolongan pertama (berupa obat) pada pasien dengan cidera kepala GCS 10
Oleh: dr.dr Ahmad krinein
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien cidera kepala dfn gcs 10 untuk pertolongan pertama apa obat yv saya kasih
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 13:27
Vitamin C untuk Cephalhematoma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 53 tahun datang ke IGD dengan benjolan Cephalhematoma di regio ocipitalis dengan ukuran 7x7 cm setelah...
Anonymous
Dibalas 24 Juli 2024, 10:03
Reflek cahaya negatif pada pasien GCS E1V ETT M4
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi. Pasien laki-laki usia 40 tahun post kraniotomi evakuasi perdarahan ec ICH. 2 jam post op TD menurun 50/32 mmHg, diberikan dobutamin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.