Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Cedera Otak Traumatik karyanti 2025-02-03T11:13:36+07:00 2025-02-03T11:13:36+07:00
Cedera Otak Traumatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Cedera Otak Traumatik

Oleh :
dr.Samuel Bungaran Partahi Saud Manalu
Share To Social Media:

Etiologi dari cedera otak traumatik dapat disebabkan oleh segala jenis peristiwa yang menyebabkan benturan atau kekerasan pada kepala. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hassan et al pada tahun 2017 ditemukan bahwa penyebab tertinggi dari cedera otak traumatik adalah kecelakaan lalu lintas sebanyak 45%, diikuti jatuh dari ketinggian sebanyak 34%, cedera akibat senjata api sebanyak 16%, serta kekerasan fisik sebanyak 5%.[5]

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arif et al pada tahun 2015, dimana ditemukan bahwa penyebab tertinggi cedera otak traumatik adalah kecelakaan lalu lintas sebanyak 68,9%, diikuti kecelakaan kerja sebanyak 16,3%, kecelakaan domestik sebanyak 13,0%, dan penyebab lain sebanyak 1,8%.[4]

Etiologi

Sekelompok ahli cedera otak traumatik mengidentifikasi setidaknya enam kategori kekuatan eksternal yang dapat menyebabkan cedera otak traumatik dan menjadi etiologi utama, yaitu:

  • Kepala terbentur benda
  • Kepala membentur benda
  • Akselerasi/deselerasi otak tanpa adanya dampak eksternal langsung. 
  • Benda asing menembus otak
  • Ledakan
  • Penyebab lain yang belum diketahui[23]

Faktor Risiko

Faktor risiko dari cedera otak traumatik pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, karena tidak seorangpun terbebas dari kemungkinan mengalami cedera otak traumatik. Namun, terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang rentan mengalami cedera otak traumatik, diantaranya: usia tua, kekerasan oleh pasangan, tunawisma dan kecelakaan kerja.[12]

Usia Tua

Terdapat laporan bahwa insidens cedera otak traumatik meningkat seiringnya usia, dimana lansia sering mengalami trauma akibat low impact injury. Insiden cedera otak traumatik pada populasi usia tua dilaporkan telah menjadi dua kali lipat dalam dua dekade terakhir.[12,35] 

Sebuah penelitian tentang angka kematian akibat cedera otak traumatik pada orang-orang usia kurang dari 55 tahun mengungkapkan bahwa wanita memiliki angka kematian lebih tinggi dibanding pria serta memiliki kemungkinan efek samping yang lebih besar jika mereka selamat dari cedera tersebut.[12]

Kekerasan oleh Pasangan

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO), mengenai kekerasan berbasis gender, menekankan bahwa kekerasan terhadap wanita berakar dari ketidak-setaraan dan serta status sosial dan ekonomi wanita di dalam masyarakat. Beberapa penelitian telah mengemukakan tingginya risiko kekerasan terkait cedera otak traumatik dengan estimasi 60-92% dari penyintas kekerasan oleh pasangan pernah mengalami cedera wajah atau kepala serta pencekikan berulang yang dapat menyebabkan cedera otak akibat iskemia dan hipoksia.[12]

Pada pasien yang mengalami cedera otak traumatik berulang diduga berisiko untuk mengalami penyakit Parkinson, terutama jika terjadi pada usia lanjut.

Tunawisma

Proporsi tunawisma pada setiap Negara biasanya berasal dari komunitas dengan diskriminasi sosial, ekonomi dan ras atau etnis yang luas pada masyarakat. Faktor-faktor seperti kemiskinan, pengangguran, literasi rendah, tunawisma, penggunaan obat terlarang dan masalah mental berhubungan secara ketat dan berasosiasi dalam meningkatkan kerentanan terhadap cedera otak traumatik. Angka cedera otak traumatik lebih tinggi pada tunawisma (8-53%) dibanding populasi umum non-tunawisma (1%).[12]

Kecelakaan Kerja

Kebanyakan kefatalan cedera otak traumatik ditempat kerja dialami oleh pekerja pria, serta menunjukkan bahawa cedera yang lebih serius biasanya terjadi pada pekerjaan atau tempat kerja yang didominasi oleh pria. Di Ontario, Kanada, rasio pria dan wanita yang mengalami cedera otak traumatic serius di tempat kerja adalah 16,1:1, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pria lima kali lebih mungkin mengalami cedera otak traumatik di tempat kerja dibanding wanita. Penyebab utama cedera ini biasanya akibat terkena atau menabrak sebuah objek, diikuti jatuh dari ketinggian dan kecelakaan sepeda motor.[12]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon

Referensi

4. Muhammad Arif I, Aminah Usman H, Yulianti Bisri D. Insidensi Hipoksemia dan Hipotensi pada Cedera Otak Traumatik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015. J Neuroanestesi Indones. 2017;6(2):70–4.
5. Hassan N, Ali M, Haq NU, Azam F, Khan S, Khan Z, et al. Etiology, clinical presentation and outcome of traumatic brain injury patients presenting to a teaching hospital of khyber pakhtunkhwa. J Postgrad Med Inst. 2017;31(4):365–70.
12. Mollayeva T, Mollayeva S, Colantonio A. Traumatic brain injury: sex, gender and intersecting vulnerabilities. Nat Rev Neurol. 2018;14(12):711–22.
23. Menon DK, Schwab K, Wright DW, et al. Position statement: definition of traumatic brain injury. Arch Phys Med Rehabil 2010; 91:1637.
35. Baggiani M, Guglielmi A, Citerio G. Acute traumatic brain injury in frail patients: the next pandemic. Curr Opin Crit Care. 2022 Apr 1;28(2):166-175.

Patofisiologi Cedera Otak Traumatik
Epidemiologi Cedera Otak Traumatik

Artikel Terkait

  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
    Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
  • Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
    Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
  • Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii
    Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.dr Ahmad krinein
Dibalas 14 April 2025, 09:18
Apa pertolongan pertama (berupa obat) pada pasien dengan cidera kepala GCS 10
Oleh: dr.dr Ahmad krinein
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien cidera kepala dfn gcs 10 untuk pertolongan pertama apa obat yv saya kasih
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 13:27
Vitamin C untuk Cephalhematoma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 53 tahun datang ke IGD dengan benjolan Cephalhematoma di regio ocipitalis dengan ukuran 7x7 cm setelah...
Anonymous
Dibalas 24 Juli 2024, 10:03
Reflek cahaya negatif pada pasien GCS E1V ETT M4
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi. Pasien laki-laki usia 40 tahun post kraniotomi evakuasi perdarahan ec ICH. 2 jam post op TD menurun 50/32 mmHg, diberikan dobutamin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.