Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Cedera Otak Traumatik karyanti 2022-08-29T14:17:49+07:00 2022-08-29T14:17:49+07:00
Cedera Otak Traumatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Cedera Otak Traumatik

Oleh :
dr.Samuel Bungaran Partahi Saud Manalu
Share To Social Media:

Patofisiologi cedera otak traumatik berdasarkan kerusakan jaringan saraf yang terjadi dapat kita kelompokkan dalam dua kategori, yaitu: cedera primer atau cedera yang disebabkan langsung oleh gaya mekanik pada awal cedera; dan cedera sekunder atau kerusakan lanjut dari jaringan dan sel setelah cedera primer terjadi.[10]

Cedera otak traumatik dapat memicu beberapa kondisi patologis yang hampir semuanya dapat diidentifikasi dengan CT scan kepala.

  • Fraktur tengkorak
  • Hematoma epidural, hematoma subdural
  • Perdarahan subaraknoid, perdarahan Intraparenkim, perdarahan intraventrikular

  • Kontusio serebri
  • Cedera aksonal fokal dan diffuse dengan edema serebri.[25]

Cedera Primer

Gaya mekanik yang menyebabkan cedera primer pada otak dapat menyebabkan dua tipe cedera, yaitu: cedera otak fokal dan difus. Namun, pada dasarnya penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya kedua tipe ini sering ditemukan secara bersamaan terutama pada derajat sedang hingga berat.[10]

Secara umum patofisiologi yang terjadi setelah cedera otak primer terjadi pertama kali adalah sebagai berikut: ketika suatu cedera otak terjadi, maka akan terjadi kerusakan membran akson yang kemudian diikuti dengan keluarnya ion kalium dari sel dan menyebabkan depolarisasi pada membran. Kondisi ini menyebabkan suatu depolarisasi yang mengakibatkan pelepasan asam amino dan neurotransmiter eksitatori.[11] 

Kalsium terus masuk dan ion kalium terus keluar, banyaknya kalsium intrasel mengakibatkan fungsi intraseluler terganggu yang akan menyebabkan hipoksia seluler. Ketika terjadi hipoksia dan otak dipaksa untuk melakukan metabolisme berupa glikolisis maka terjadi penumpukan asam laktat. Penumpukan asam laktat ini kemudian menyebabkan kerusakan sawar darah otak dan kematian sel. Hal ini memicu respon inflamasi lokal yang biasanya terjadi 4-6 jam setelah cedera awal terjadi. Respon inflamasi ini dapat memicu kerusakan difus melalui pelepasan neurotransmiter yang membanjiri otak.[11]

Cedera Sekunder

Ketika terjadi cedera primer maka terdapat kemungkinan proses biokimia, seluler dan fisiologi yang terganggu yang kemudian berkembang menjadi kerusakan atau cedera sekunder yang tertunda atau memanjang hingga berjam-jam bahkan menahun. Terdapat beberapa faktor yang dapat berkontribusi sehingga terjadinya suatu cedera sekunder, diantaranya: excitotoxicity, disfungsi mitokondria, stres oksidatif, peroksidasi lipid, neuroinflamsi, degenerasi akson dan apoptosis sel.[10] 

Excitotoxicity

Kerusakan sawar darah otak dan kematian sel saraf pada cedera primer mengakibatkan pelepasan yang berlebihan dari asam amino eksitatori seperti glutamate dan aspartate dari bagian terminal sel saraf presinaps. Jumlah glutamate yang berlebihan ini akan mengaktivasi reseptor N-methyl-di-aspartate (NMDA) yang akan mendorong pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan nitric oxide (NO) yang kemudian menyebabkan cedera sekunder.[10]

Disfungsi Mitokondria

Penumpukan ion kalsium intraseluler dan masuknya ion dalam jumlah besar ke dalam mitokondria mengakibatkan peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS), depolarisasi membran mitokondria dan penghambatan pembentukan adenosine triphosphate (ATP). Hal ini kemudian menyebabkan kerusakan rantai transportasi elektron dan proses fosforilasi oksidatif yang selanjutnya mengganggu reaksi metabolisme didalam sel dan regulasi siklus kalsium.[10]

Pelepasan Reactive Oxygen Species (ROS) dan Peroksidasi Lipid

ROS endogen dan radikal bebas terus terbentuk secara konstan dari berbagai mekanisme seperti proses ezimatik, aktifasi neutrofil, jalur excitotoxic dan disfungsi mitokondria. ROS kemudian tidak hanya berreaksi dengan protein dan DNA tetapi juga polyunsaturated fatty acids (PUFA) pada membran fosfolipid yang kemudian membentuk radikal lipoperoxyl. Seluruh proses ini kemudian akan menyebabkan kerusakan membran sel.[10]

Neuroinflamasi

Pada periode 24 jam pertama suatu cedera otak traumatik, disfungsi dari sawar darah otak menyebabkan infiltrasi dari neutrofil, monosit dan limfosit kedalam parenkim otak yang mengalami cedera. Leukosit-leukosit polimorfonuklear ini kemudian melepaskan komplemen dan sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-1β, IL-6 dan TNF-α. Peningkatan berbagai jenis sitokin ini kemudian dianggap berasosiasi dengan terganggunya permeabilitas sawar darah otak yang menyebabkan terbentuknya edema dan defisit neurologi.[10]

Degenerasi Akson

Kerusakan akson ditandai dengan terbentuknya suatu bulbus pada nodus sebagai akibat disasosiasi hubungan antar akson dan akumulasi protein transpor akson. Hal ini kemudian menyebabkan pembengkakan dari akson yang rusak, apoptosis sel dan oligodensdrosit. Penelitian telah menunjukkan adanya asosiasi dari kerusakan akson pada corpus callosum dan infiltrasi sel neuroinflamasi microglia dan makrofag, yang kemudian akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah, degradasi akson, kerusakan oligodendrosit dan kerusakan substansia alba.[10]

Apoptosis Sel Saraf

Proses apoptosis yang terjadi diduga melibatkan aktivasi dari cysteine protease seperti caspase dan calpain, serta juga dipicu oleh interaksi dari berbagai jalur neurokimia, seluler dan molekuler seperti extracellular signal-regulated kinase (ERK), p38 MAPK, janus kinase/ signal transducer dan transkripsi aktivator.[10]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon

Referensi

10. Ng SY, Lee AYW. Traumatic Brain Injuries: Pathophysiology and Potential Therapeutic Targets. Front Cell Neurosci. 2019;13(November):1–23.
11. Capizzi A, Woo J, Verduzco-Gutierrez M. Traumatic Brain Injury: An Overview of Epidemiology, Pathophysiology, and Medical Management. Med Clin North Am. 2020;104(2):213–38.
25. Saatman KE, Duhaime AC, Bullock R, et al. Classification of traumatic brain injury for targeted therapies. J Neurotrauma 2008; 25:719.

Pendahuluan Cedera Otak Traumatik
Etiologi Cedera Otak Traumatik

Artikel Terkait

  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
    Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
  • Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
    Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
  • Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii
    Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.dr Ahmad krinein
Dibalas 14 April 2025, 09:18
Apa pertolongan pertama (berupa obat) pada pasien dengan cidera kepala GCS 10
Oleh: dr.dr Ahmad krinein
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien cidera kepala dfn gcs 10 untuk pertolongan pertama apa obat yv saya kasih
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 13:27
Vitamin C untuk Cephalhematoma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 53 tahun datang ke IGD dengan benjolan Cephalhematoma di regio ocipitalis dengan ukuran 7x7 cm setelah...
Anonymous
Dibalas 24 Juli 2024, 10:03
Reflek cahaya negatif pada pasien GCS E1V ETT M4
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi. Pasien laki-laki usia 40 tahun post kraniotomi evakuasi perdarahan ec ICH. 2 jam post op TD menurun 50/32 mmHg, diberikan dobutamin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.