Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Edema Otak general_alomedika 2022-06-21T16:59:54+07:00 2022-06-21T16:59:54+07:00
Edema Otak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Edema Otak

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Diagnosis edema otak utamanya membutuhkan pemeriksaan penunjang karena secara klinis tidak ada tanda dan gejala yang spesifik. Pasien bisa saja asimtomatik atau tanpa gejala, tetapi terdapat tanda-tanda bahaya yang perlu dikenali agar bisa segera mengidentifikasi terjadinya edema otak dan mencegah progresivitas penyakit. Modalitas penunjang yang dapat digunakan adalah CT scan kepala atau MRI otak.[2,4]

Anamnesis

Beberapa manifestasi klinis dari edema otak meliputi nyeri kepala, muntah proyektil, letargis, penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak, perubahan fungsi sensoris, gangguan penglihatan, hingga kejang. Gejala klinis pada edema otak baru muncul ketika otak gagal melakukan mekanisme kompensasi dan terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Keluhan yang muncul merupakan dampak dari kenaikan tekanan intrakranial, efek massa, dan iskemia jaringan otak.[2,4]

Aspek penting yang perlu digali dari anamnesis adalah penyebab edema otak yang diderita pasien. Tanyakan riwayat trauma, kondisi yang menyebabkan hipoksia otak, kanker, atau penyakit metabolik lainnya yang dapat menyebabkan edema otak. Beberapa contoh kondisi medis yang dapat menyebabkan edema otak adalah cedera otak traumatik, stroke, tumor otak, infeksi, dan hidrosefalus.[4]

Untuk menegakkan diagnosis High Altitude Cerebral Edema (HACE), riwayat pendakian ke dataran tinggi (ketinggian di atas 3000 hingga 3500 m) perlu ditanyakan. Pada umumnya, pasien dengan HACE mengalami gejala Acute Mountain Sickness (AMS) terlebih dahulu, seperti nyeri kepala, insomnia, mual, serta anorexia. Selain itu, kondisi ini juga bisa disertai adanya High Altitude Pulmonary Edema (HAPE). Pada HACE sendiri, gejala yang ditunjukkan adalah ataxia dan perubahan kesadaran.[19,28]

Red Flags pada Edema Otak

Pada edema otak yang disebabkan oleh etiologi non-neurologis, dibutuhkan kewaspadaan untuk mengenali tanda-tanda yang meningkatkan kecurigaan adanya cedera pada otak.

Gagal Hati:

Pada pasien dengan gagal hati, adanya edema otak perlu dicurigai pada pasien dengan hipertensi onset baru, bradikardi, ensefalopati dan hiperventilasi yang progresif, gangguan refleks okulovestibuler dan refleks pupil, adanya myoklonus, atau postur decerebrate.[26]

Pendakian:

Pada pendakian ke dataran tinggi, gejala yang menunjukkan transisi dari AMS menuju HACE adalah ataksia serta perubahan status mental.[28]

Ketoasidosis Diabetik:

Pada pasien ketoasidosis diabetik, terdapat kriteria klinis untuk mengenali adanya cedera pada otak, yaitu kriteria minor:

  • Adanya perburukan atau kekambuhan nyeri kepala selama masa perawatan;
  • Keluhan muntah yang baru muncul atau berulang selama masa perawatan;
  • Letargis, irritable, dan tidak mudah dibangunkan;
  • Peningkatan tekanan darah

Sementara kriteria mayor mencakup:

  • Status mental yang abnormal atau memburuk setelah terapi diberikan, agitasi, atau kesadaran yang berfluktuasi;
  • Penurunan denyut jantung yang abnormal;
  • Terjadinya inkontinensia yang sudah tidak sesuai dengan usianya[20,21]

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik dapat bervariasi tergantung lokasi dan derajat keparahan edema. Pemeriksaan tanda vital penting untuk dilakukan seperti pengukuran tekanan darah, nadi, serta nafas. Selain itu, pemeriksaan neurologis lengkap juga perlu dilakukan untuk menemukan defisit neurologis sesuai lokasi lesi pasien.

Pada pasien dengan edema otak, dapat ditemukan kondisi hipertensi, bradikardia, perubahan status mental, perubahan pola nafas, penurunan kekuatan otot, defisit sensorik, serta gangguan pada nervus kranialis.[2,4]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari edema otak meliputi shaken baby syndrome, ensefalitis, dan gangguan neurologi lain.

Shaken Baby Syndrome (SBS) atau Abusive Head Trauma (AHT)

Shaken baby syndrome atau Abusive Head Trauma merupakan cedera otak pada bayi yang biasanya diakibatkan oleh tindakan mengguncang bayi terlalu keras. Kondisi ini ditandai dengan adanya subdural hematoma, perdarahan retina, dan ensefalopati hipoksik-iskemik. Manifestasi klinisnya menunjukkan adanya peningkatan tekanan intrakranial, kejang, tampak mengantuk, penurunan tonus otot, anemia, syok, hingga apnea.[29,30]

Ensefalitis

Ensefalitis merupakan radang yang terjadi pada parenkim otak, biasanya ditandai dengan gejala perubahan kepribadian, penurunan kesadaran, serta gangguan neurologis fokal maupun difus.[31]

Gangguan Neurologis Lain

Gejala edema otak yang tidak spesifik juga dapat ditemukan pada kelainan neurologis lain seperti stroke atau tumor otak. Kondisi neurologis tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa edema otak sehingga perlu diidentifikasi ada tidaknya edema otak pada penyakit mendasarnya.[4]

Pemeriksaan Penunjang

Kondisi edema otak dapat terlihat pada pemeriksaan radiologis seperti CT scan kepala dan MRI otak.[2,4]

CT Scan Kepala

CT scan kepala merupakan pemeriksaan awal yang perlu dilakukan jika pasien dicurigai mengalami edema otak. Pada hasil pemindaian, kondisi edema otak akan tampak sebagai area hipodens dibandingkan dengan jaringan parenkim di sekitarnya. Selain itu, dapat ditemukan midline shift, penyempitan ventrikel dan sulkus otak, serta herniasi otak. Jika terdapat kelainan neurologi yang mendasari, kondisi tersebut juga dapat ditemukan pada pemeriksaan CT scan kepala.[2,4,11]

Magnetic Resonance Imaging (MRI) Otak

Pemeriksaan MRI otak dapat memberikan gambaran soft tissue yang lebih baik. Pada pemeriksaan MRI, edema otak ditunjukkan dengan adanya peningkatan intensitas sinyal pada pemeriksaan sekuens T2-weighted dan sinyal dengan intensitas rendah pada pemeriksaan sekuens T1-weighted.

Pemeriksaan T1 dengan kontras dapat membantu menggambarkan batasan antara lesi dengan edema yang mengitarinya karena edema tidak mengalami perbaikan kontras. Pemeriksaan dengan sekuens lainnya dapat membantu membedakan jenis edema otak yang terjadi. Pemeriksaan sekuens fluid attenuated inverse ratio (FLAIR) dapat menunjukkan edema interstitial dengan menekan sinyal dari cairan serebrospinal. Sedangkan, pemeriksaan diffusion-weighted imaging (DWI) dan apparent diffusion coefficient (ADC), dapat membedakan antara edema sitotoksik dengan edema vasogenik atau interstitial.[2,3,11,12]

Referensi

1. Michinaga S, Koyama Y. Pathogenesis of Brain Edema and Investigation into Anti-Edema Drugs. Int J Mol Sci. 2015; 16(5): 9949-9975.
2. Mahajan S, Bhagat H. Cerebral oedema: Pathophysiological mechanisms and experimental therapies. J Neuroanaesthesiol Crit Care. 2016; 3:22-28
3. Leinonen V, Vanninen R, Rauramaa T. Raised intracranial pressure and brain edema. Handbook of Clinical Neurology. 2018; 145: 25-37
4. Nehring SM, Tadi P, Tenny S. Cerebral Edema. [Updated 2021 Sep 29]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
11. Ho ML, Rojas R, Eisenberg RL. Cerebral Edema. AJR. 2012; 258-273
12. Jones J, Hacking C. Cerebral edema (summary). Radiopaedia, 2022. https://doi.org/10.53347/rID-55164
29. Cartocci G, Fineschi V, Padovano M, Scopetti M, Rossi-Espagnet MC, Gianni C. Shaken Baby Syndrome: Magnetic Resonance Imaging Features in Abusive Head Trauma. Brain Sci. 2021; 11(2):179
30. Patel NC. Neonatal Injuries in Child Abuse. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1176849-overview
31. Howes DS. Encephalitis. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/791896-overview

Epidemiologi Edema Otak
Penatalaksaan Edema Otak
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.