Epidemiologi Hernia Nukleus Pulposus
Berdasarkan data epidemiologi, insiden hernia nukleus pulposus atau HNP mencapai 5–20 per 1000 orang dewasa per tahun. Area yang paling sering mengalami HNP adalah regio lumbal, diikuti dengan servikal. Sementara itu, area torakal adalah yang paling jarang mengalami HNP. Hal ini karena lokasinya yang tidak berada di area titik tumpu pada saat mengangkat beban berat dan adanya struktur lain seperti tulang costae sehingga area ini cenderung lebih stabil.[2,4]
Kejadian HNP lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 30–50 tahun. Pria lebih sering mengalami HNP dengan perbandingan 2:1 dibandingkan wanita. Bagian yang paling sering terlibat dalam HNP adalah bagian lumbal, kemudian diikuti dengan servikal, dan yang paling jarang adalah torakal.[1,2]
Global
Data spesifik untuk epidemiologi global HNP sampai saat ini masih sulit ditemukan. Suatu meta analisis dilakukan untuk mengestimasi insiden penyakit degenerasi vertebra dengan keluhan nyeri punggung bawah, di mana insidennya mencapai 266 juta per tahun. Di dalamnya, pasien dengan HNP diikutsertakan pada perhitungan, tetapi persentasenya tidak dicantumkan.
Berdasarkan studi ini, insiden nyeri punggung bawah di regio Asia Tenggara mencapai 6.865 kasus per 100.000 populasi. Sementara itu, untuk insiden degenerasi vertebra di regio yang sama mencapai 3.567 kasus per 100.000 populasi. Negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki angka kejadian 4 kali lebih tinggi daripada negara berpenghasilan tinggi.[11]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi mengenai HNP di Indonesia.
Mortalitas
Penyakit HNP tidak secara langsung menyebabkan kematian. Akan tetapi, HNP dapat mengganggu kualitas hidup, terutama karena nyeri dan gangguan motorik.
Sebuah studi dilakukan terhadap 100 pasien dengan HNP area sentral dan parasentral yang diindikasikan operasi. Rerata nilai visual analog scale (VAS) pasien preoperatif pada studi ini sekitar 7–11 pada punggung dan tungkai. Rerata nilai the 12-item Short Form Survey (SF-12) fisik adalah 33–45 dan 53–63 untuk SF-12 mental. Pada penilaian pascaoperasi, didapatkan perbaikan nilai VAS menjadi 3–6 untuk punggung dan 2–5 untuk tungkai.
Selain itu, penilaian Oswestry Disability Index (ODI) preoperatif juga meningkat, yaitu 53–63. Hal ini menunjukkan bahwa status fungsional dan kualitas hidup pasien dengan HNP sentral dan parasentral yang diindikasikan operasi cukup terganggu. Meski demikian, angka ODI postoperatif menurun menjadi 24–43.[12]
Penulisan pertama oleh: dr. Diana Atmaja