Diagnosis Sindrom Nyeri Miofasial
Diagnosis sindrom nyeri miofasial perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan nyeri spontan dan menetap pada lokasi tertentu, disertai tonjolan pada palpasi otot di area nyeri. Dalam proses diagnostik, penting untuk mengeksklusi penyebab lain seperti trauma, fibromyalgia, gaya hidup sedenter, dan nyeri neuropatik lainnya.[1,2]
Anamnesis
Pasien sindrom nyeri miofasial umumnya mengeluhkan nyeri pada area otot tertentu yang terlokalisir. Area tersering sindrom ini antara lain area punggung atas dan bahu yang dapat menjalar hingga leher dan memprovokasi munculnya nyeri kepala.[1,2]
Deskripsi Nyeri
Nyeri bisa berupa nyeri tajam dan tumpul, atau pada kasus yang jarang dapat berupa rasa terbakar, mati rasa, maupun kelainan sensorik. Nyeri bisa bersifat terus-menerus ataupun paroksismal. Nyeri bisa muncul dipicu oleh suhu dingin, kelelahan, dan beban otot yang berlebihan.[1,2,13]
Gangguan Gerak dan Otot
Pasien juga bisa mengeluhkan kekakuan dan rentang gerak yang terbatas. Manifestasi bisa berupa kekakuan, kelemahan, penurunan daya tahan otot yang terkena, dan hilangnya koordinasi otot terkait.[1,13]
Disautonomia
Pasien juga bisa mengalami disautonomia. Manifestasi klinis yang muncul mencakup keringat berlebih, hiperaktivitas pilomotor, perubahan suhu kulit, lakrimasi, dan salivasi.[13]
Gangguan Proprioseptif
Pasien juga bisa mengalami gangguan proprioseptif berupa pusing, tinnitus, perasaan tidak seimbang, dan gangguan persepsi berat saat mengangkat benda. Hal ini bisa terjadi pada kasus sindrom nyeri miofasial kepala dan leher.[13]
Depresi
Pasien sindrom nyeri miofasial biasanya mengalami keluhan jangka panjang yang menyebabkan kunjungan ke dokter berulang. Hal ini bisa menyebabkan rasa frustasi hingga depresi, terutama jika pasien sudah memiliki faktor risiko gangguan mental.[13]
Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis utama pada pemeriksaan fisik adalah ditemukannya myofascial trigger point (MTrPs) yang akan menyebabkan nyeri saat palpasi.
Myofascial Trigger Point
MTrPs merupakan area nyeri kecil dan sensitif yang muncul pada taut band. MTrPs dapat menyebabkan nyeri spontan pada area yang terlokalisir saat dilakukan palpasi atau akupunktur.[1,8,13]
Taut Band
Taut band ditandai dengan terabanya gumpalan atau benjolan pada sekitar area otot yang mengalami nyeri. Taut band sensitif dan akan teraba kaku saat palpasi.[1,13]
Local Twitch Response
Local twitch response ditandai dengan kontraksi berkedut pada serat otot di taut band yang berkaitan dengan MTrPs.[8,13]
Keterbatasan Gerak
Pada pemeriksaan rentang gerak, otot yang memiliki trigger points bisa mengalami keterbatasan akibat rasa nyeri.[13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sindrom nyeri miofasial yang perlu dipikirkan adalah fibromyalgia, chronic fatigue syndrome, dan polimiositis.
Fibromyalgia
Pada fibromyalgia, lokasi nyeri cenderung dirasakan general dan bilateral. Ini berbeda dengan sindrom nyeri miofasial yang lokasi nyerinya cenderung terlokalisir pada titik tertentu. Nyeri pada fibromyalgia juga tidak berkaitan dengan adanya trigger points.[3,5]
Chronic Fatigue Syndrome
Chronic Fatique Syndrome juga bisa menyebabkan nyeri kronis seperti pada sindrom nyeri miofasial. Namun, chronic fatigue syndrome cenderung didominasi dengan gejala lemah dan letih yang disertai nyeri yang tidak terlokalisir. Pasien juga akan mengalami gejala sistemik lain, seperti hilang konsentrasi, myalgia pada seluruh tubuh, nyeri kepala yang tidak spesifik, dan gangguan tidur.[6]
Polimiositis
Polimiositis merupakan miopati inflamasi idiopatik. Gejala klinis polimiositis adalah kelemahan otot simetris dan nyeri, terutama pada bahu, panggul, dan leher rahim. Atrofi progresif lambat juga dapat terlihat pada otot yang terkena. Jika pasien mengalami lesi kulit, maka kondisi ini disebut sebagai dermatomiositis.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Hingga kini belum ada modalitas pemeriksaan penunjang spesifik yang direkomendasikan untuk mendiagnosis sindrom nyeri miofasial. Pemeriksaan rontgen muskuloskeletal, ultrasonografi (USG), dan magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dipertimbangkan untuk mengeksklusi penyebab nyeri lain.
Beberapa studi mengevaluasi manfaat USG dan MRI dalam mengenali otot dan lokasi miofasial, bentuk, ukuran, kedalaman, elastisitas, nodus, dan kalsifikasi. Meski demikian, belum ada bukti adekuat manfaat dari pemeriksaan ini sehingga tidak rutin dilakukan.[13]
Kriteria Diagnosis
Sebetulnya belum ada kriteria diagnosis universal yang disetujui untuk menegakkan diagnosis sindrom nyeri miofasial. Kriteria Travell dan Simons merupakan salah satu yang paling umum digunakan. Menurut kriteria ini, sindrom nyeri miofasial dapat didiagnosis jika terdapat 5 kriteria mayor dan setidaknya 1 kriteria minor.
Kriteria mayor mencakup:
- Nyeri spontan yang terlokalisir
- Nyeri spontan atau perubahan sensasi pada suatu area nyeri alih
- Teraba adanya benjolan pada otot yang nyeri
- Nyeri tekan lokal pada titik tertentu sepanjang benjolan
- Adanya penurunan ruang gerak pada berbagai derajat
Kriteria minor mencakup:
- Terjadinya nyeri spontan dan perubahan sensasi dengan menekan trigger point
- Adanya respon kedut lokal pada serat otot dengan mempalpasi tajam atau dengan insersi jarum ke trigger point
- Nyeri berkurang dengan peregangan otot atau injeksi trigger point[2]