Patofisiologi Sindrom Nyeri Miofasial
Patofisiologi sindrom nyeri miofasial melibatkan adanya produksi iregular dan pelepasan berlebihan asetilkolin pada akson terminal. Hal ini menyebabkan jumlah asetilkolin menjadi berlebihan pada motor end plate dan meningkatkan pelepasan jumlah kalsium.
Kondisi kalsium yang berlebih menyebabkan terjadinya pemendekan pada serat otot yang dikenal sebagai “taut band”. Selain munculnya benjolan, kondisi kontraksi yang terus menerus juga menyebabkan iskemia jaringan yang menimbulkan rasa nyeri lokal dan nyeri tekan pada area taut band yang disebabkan karena adanya pelepasan substansi nyeri, seperti substansi P, calcitonin gene related peptide, dan sitokin proinflamasi.
Substansi nyeri kadang dapat menyebar pada beberapa segmen medula spinalis sehingga memicu terjadinya referred pain. Nyeri juga dapat dipicu oleh aktivasi sensitisasi sentral yang meningkatan hipereksitabilitas saraf.[1,2]
Myofascial Trigger Point
Myofascial trigger point (MTrPs) dapat menghasilkan gejala nyeri saat palpasi dan tekanan. Palpasi atau penyisipan jarum dapat memicu local twitch response (LTR), yang dapat mereproduksi gejala nyeri saat palpasi. Berbagai studi mekanik dan elektrofisiologi telah dilakukan untuk menjelaskan mekanisme nyeri MTrP, namun belum ada jawaban yang definitif.
Lokus MTrP dihipotesiskan terdiri dari lokus aktif (motorik) dan lokus sensorik (sensorik). Penyebaran potensi sepanjang serat ekstrafusal dan perbaikan nyeri setelah injeksi toksin botulinum mengindikasikan adanya lokalisasi zona endplate. Berbagai penelitian telah mengidentifikasi adanya aktivitas listrik spontan dari MTrPs, namun belum diketahui apakah ada perbedaan pada situs non-MTrP.[1]