Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sindrom Nyeri Miofasial monika-natalia 2023-10-11T15:01:20+07:00 2023-10-11T15:01:20+07:00
Sindrom Nyeri Miofasial
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sindrom Nyeri Miofasial

Oleh :
dr. David Susanto, Sp.N, FINA
Share To Social Media:

Penatalaksanaan sindrom nyeri miofasial bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri terutama pada area trigger point. Pilihan tata laksana mencakup pemberian medikamentosa seperti obat antiinflamasi nonsteroid, antidepresan trisiklik, dan anestesi lokal. Modalitas non farmakologi mencakup dry needling dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).[1,2]

Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi dapat berupa peregangan, dry needling, dan TENS.

Peregangan dan Koreksu Postur

Peregangan dilakukan dengan menggerakkan otot secara paksa. Ini bertujuan untuk mendilatasi pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi limfe, dan menghilangkan mediator inflamasi. Setelah dilakukan manipulasi dan peregangan otot, kinesiology tape dapat dipasang untuk menghilangkan spasme, meralaksasi otot, stabilisasi sendi, mengurangi edema, dan menghilangkan nyeri.[13]

Dry Needling

Dry Needling merupakan teknik menggunakan jarum filamen halus yang ditusukkan pada titik–titik tertentu di otot skeletal yang hiperiritabel. Jarum disuntikkan pada trigger point sampai terjadi local twitch response, kemudian dicabut. Bukti ilmiah terkait efikasi tindakan ini masih saling bertentangan. Sebagian mendukung manfaatnya dalam menurunkan intensitas nyeri, tetapi sebagian lain menunjukkan tidak ada manfaat bermakna.[1,9,10]

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) melibatkan penerapan elektroda ke kulit dengan stimulasi listrik pada area yang nyeri. TENS digunakan dalam intensitas dan frekuensi rangsangan listrik tertentu. Hingga kini belum ada panduan penggunaan TENS dalam penanganan sindrom nyeri miofasial. Pada umumnya digunakan terapi TENS intensitas tinggi dengan frekuensi yang rendah dengan tujuan menghasilkan sensasi yang kuat tetapi tidak menyakitkan.[1,2,3,12]

Extracorporeal Shockwave Therapy

Extracorporeal shockwave mengirimkan energi mekanik ke tubuh melalui media tertentu dan bekerja pada trigger points dan jaringan otot spasmodik tanpa merusak jaringan di sekitarnya. Metode ini umumnya dikombinasikan dengan gelombang kejut divergen untuk mengendurkan otot yang tegang, meredakan otot polos, serta mencari dan merawat trigger points superfisial. Gelombang kejut terfokus digunakan untuk menghilangkan lesi pada titik perlekatan tendon, menguraikan deposisi kalsifikasi, serta menemukan trigger points dan titik nyeri.[13]

Terapi Farmakologi

Belum banyak bukti ilmiah mendukung terapi farmakologi dalam penanganan sindroma nyeri myofascial. Terapi farmakologi seperti OAINS dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri.

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) digunakan untuk menghilangkan nyeri. Meski demikian, penggunaan jangka panjang dibatasi oleh risiko efek gastrointestinal dan ginjal. Ini termasuk dispepsia, ulserasi, dan perdarahan gastrointestinal.

Bukti ilmiah yang mendukung OAINS oral dalam penanganan sindrom nyeri miofasial masih terbatas. Meski demikian, terdapat bukti yang menunjukkan efikasi sediaan topikal. Diklofenak dalam bentuk patch dilaporkan efektif mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi pada pasien dengan sindrom nyeri miofasial di trapezius.[1,13]

Anestesi Lokal dan Topikal

Anestesi topikal telah dilaporkan efektif dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi harian pada pasien sindrom nyeri miofasial.

Lidocaine patch merupakan contoh obat anestesi topikal yang bisa digunakan. Lidocaine berfungsi sebagai penghambat saluran natrium nonspesifik, menstabilkan membran sel saraf, dan menghambat inisiasi dan konduksi impuls saraf. Kemungkinan efek samping dari lidocaine yang perlu diwaspadai adalah anafilaksis, depresi saraf pusat, kejang, dan aritmia. Pilihan lain adalah tetracaine patch, krim thiocolchicoside, dan krim capsaicin.

Anestesi lokal juga dapat disuntikkan pada trigger points untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan sindrom nyeri myofascial. Anestesi yang digunakan untuk injeksi trigger point mencakup lidocaine, bupivacaine, prilocaine, serta campuran lidocaine dan triamcinolone acetonide. Meski demikian, bukti ilmiah yang mendukung efikasi dari intervensi ini masih belum adekuat.[1,2]

Antidepresan Trisiklik

Antidepresan trisiklik diharapkan dapat meredakan nyeri pada sindrom nyeri miofasial. Antidepresan trisiklik dapat memberikan efek analgesik melalui penghambatan pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin (NE) di sepanjang jalur nyeri.

Amitriptyline telah dilaporkan memberi efek signifikan dalam pengurangan nyeri sindrom nyeri miofasial. Amitriptyline dapat digunakan dalam kisaran dosis 20 hingga 100 mg setiap hari.[1]

Muscle Relaxant

Terapi muscle relaxant seperti tizanidine yang bekerja pada reseptor alfa 2 agonis dan pridinol yang bekerja pada antagonis kolinergik pada reseptor asetilkolin muskarinik dapat membantu menurunkan spastisitas otot pada penderita sindrom nyeri miofasial.

Efek samping yang perlu diwaspadai adalah hipotensi, bradikardia, dan pandangan kabur. Bukti yang mendukung efikasi obat golongan ini dalam terapi sindrom nyeri miofasial juga masih sedikit.[1-3,7]

Injeksi Toksin Botulinum

Toksin botulinum (Botox) bekerja dengan mencegah pelepasan asetilkolin pada sambungan neuromuskuler untuk mencegah hiperaktivitas dan kejang otot. Toksin botulinum juga mencegah pelepasan neurotransmiter nyeri pada neuron sensorik primer,

Injeksi toksin botulinum diberikan dengan rentang dosis 15–40 IU/lokasi. Lokasi injeksi tergantung pada trigger point yang terlibat. Contoh dari lokasi injeksi yang dapat digunakan adalah otot trapezius, levator scapula, dan infraspinatus. Injeksi toksin botulinum dilaporkan bermanfaat dalam menurunkan intensitas nyeri dan durasi nyeri setelah 4 minggu pasca penyuntikan.[1,11]

Referensi

1. Galasso A, Urits I, An D, et al. A Comprehensive Review of the Treatment and Management of Myofascial Pain Syndrome. Curr Pain Headache Rep, 2020. 24, 43. https://doi.org/10.1007/s11916-020-00877-5
2. Urits I, Charipova K, Gress K, Schaaf AL, et al. Treatment and Management of Myofascial Pain Syndrome. Best Practical & Research Clinical Anaesthesiology. 2020. 34 : 427- 448.
3. Das R, Jhajharia B. Fascia and Myofascial Pain Syndrome – An Overview. Asian Pac. J. Health Sci. 2022. 9(4) : 228-232.
7. Uberall M. Efficacy and Tolerability of the Antispasmodic, pridinol, in patients with muscle pain results of primepain, a retrospective analysis of open label real world data provided by the German pain E – registry. Current Medical Research and Opinion. 2022. 38 (7) : 1203-1217.
8. Barbero M, Schneebeli A, Koetsier E, Maino P. Myofascial pain syndrome and trigger points: evaluation and treatment in patients with musculoskeletal pain. Curr Opin Support Palliat Care. 2019 Sep;13(3):270-276. doi: 10.1097/SPC.0000000000000445. PMID: 31313700..
9. Das S. Updated Review on Overview of Dry Needling. International Journal of Health Sciences. 2022. 6(S1) : 5127 – 5140.
10. Anton DL, Moreno CL, Medero JV, Munoz CG, dan Munoz JA. Effectiveness of Dry Needling of Myofascial Trigger Points in The Triceps Surae Muscles: Systematic Review. 2022. 10 : 1-16.
11. Losada N, Moreno P, dan Osa MD. Botulinum Toxin in the Treatment of Myofascial Pain Syndrome. Rev Soc Esp Dolor. 2021. 28 (2) : 100 – 109.
12. Mansoori SS, Moustafa IM, Ahbouch A, dan Harrison DE. Optimal Duration of Stretching Exercise in Patients with Chronic Myofascial Pain Syndrome: A Randomized Controlled Trial. J Rehabil Med. 2021. 53 : 1 - 8.
13. Cao QW, Peng BG, Wang L, Huang YQ, Jia DL, Jiang H, Lv Y, Liu XG, Liu RG, Li Y, Song T, Shen W, Yu LZ, Zheng YJ, Liu YQ, Huang D. Expert consensus on the diagnosis and treatment of myofascial pain syndrome. World J Clin Cases. 2021 Mar 26;9(9):2077-2089. doi: 10.12998/wjcc.v9.i9.2077. PMID: 33850927; PMCID: PMC8017503.

Diagnosis Sindrom Nyeri Miofasial
Prognosis Sindrom Nyeri Miofasial
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 04 Oktober 2023, 15:22
Nyeri paha tidak sembuh-sembuh
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Pasien usia 29 tahun. Pekerjaan mahasiswa.Keluhan utama, nyeri di paha bagian depan, kedua kaki, sudah 7 hari ini.Sebelumnya, pasien mengalami hemorroid...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.